Karl Barth (10 Mei 188610 Desember 1968) adalah seorang teolog Kristen Hervormd yang berpengaruh. Ia juga seorang pendeta dan pemikir terkemuka dalam gerakan neo-ortodoks.

Masa muda dan pendidikan

Barth dilahirkan di Basel, Swiss dan menghabiskan masa kanak-kanaknya di Bern. Dari 1911 hingga 1921 ia melayani sebagai seorang pendeta Hervormd di desa Safenwil di kanton Aargau. Belakangan ia menjadi profesor teologi di Bonn (Jerman). Ia harus meninggalkan Jerman pada 1935 setelah ia menolak mengucapkan sumpah kesetiaan kepada Adolf Hitler. Barth kembali ke Swiss dan menjadi profesor di Basel.

Barth mulanya belajar dalam tradisi Liberalisme Protestan Jerman di bawah asuhan guru-guru seperti Wilhelm Herrmann, namun ia bereaksi terhadap teologi ini pada masa Perang Dunia I. Reaksinya didorong oleh sejumlah faktor, termasuk komitmennya terhadap gerakan Sosialis Religius Jerman dan Swiss di sekitar orang-orang seperti Herrmann Kutter, pengaruh gerakan Realisme Alkitab di sekitar orang-orang seperti Christoph Blumhardt, dan dampak dari filsafat skeptis dari Franz Overbeck.

Namun pendorong yang paling penting adalah reaksinya tehradap dukungan dari sebagian besar guru-guru liberalnya terhadap tujuan-tujuan perang Jerman.

"Manifesto dari 93 Intelektual Jerman kepada Dunia yang Beradab"[1] pada 1914 memuat tanda tangan dari bekas gurunya, Adolf von Harnack. Barth percaya bahwa guru-gurunya telah disesatkan oleh teologi yang mempertautkan Allah terlalu dekat dengan ungkapan yang paling indah dan terdalam serta pengalaman umat manusia yang berbudaya, hingga mengklaim bahwa Allah memberikan dukungan terhadap perang yang mereka yakini dilakukan dalam upaya mendukung budaya tersebut. Pengalaman awalnya muncul dalam peningkatan cinta kasih dan komitmen rakyat kepada budaya tersebut. Kebanyakan dari pemikiran Barth juga merupakan tanggapan langsung terhadap filsafat Hegel dan teologi Schleiermacher.

Dalam tafsirannya atas Surat Roman (bahasa Jerman: Römerbrief; khususnya dalam edisi kedua yang ditulis ulang pada 1922) Barth berpendapat bahwa Allah yang dinyatakan pada salib Yesus menantang dan menggulingkan upaya apapun yang berusaha mempersekutukan Allah dengan budaya manusia, keberhasilan, ataupun harta miliknya. Banyak teolog yang percaya bahwa karya ini merupakan risalat teologis yang paling penting sejak buku Friedrich Schleiermacher On Religion: Speeches to its Cultured Despisers (Tentang Agama: Pidato kepada Para Pencemoohnya yang Beradab).

Pada dekade setelah Perang Dunia I, Barth terkait dengan sejumlah teolog lainnya, yang sesungguhnya sangat berbeda-beda pandangannya, yang bereaksi terhadap liberalisme guru-gurunya, dalam sebuah gerakan yang dikenal sebagai "Teologi Dialektis" (bahasa Jerman: Dialektische Theologie). Para anggota lain dari gerakan ini termasuk Rudolf Bultmann, Eduard Thurneysen, Emil Brunner, dan Friedrich Gogarten.