Teodisi

Revisi sejak 10 Maret 2021 03.27 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 3 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8)

Teodisi (/θˈɒdɪsi/ dari bahasa Yunani theos "tuhan" + dike "keadilan") adalah upaya untuk menyelesaikan masalah kejahatan dengan menyelaraskan keberadaan Tuhan yang maha pengampun, mahakuasa, dan maha tahu, dengan keberadaan kejahatan atau penderitaan di dunia. Istilah ini dicetuskan pada tahun 1710 oleh filsuf Jerman Gottfried Leibniz dalam karyanya yang berjudul Théodicée, walaupun sebelumnya berbagai solusi untuk masalah kejahatan telah diajukan. Filsuf Britania John Hick menyatakan bahwa terdapat tiga tradisi utama dalam teodisi: teodisi Plotinus, teodisi Agustinus, dan teodisi Ireneus. Filsuf lain menyatakan bahwa teodisi adalah disiplin modern karena Tuhan dalam kepercayaan dunia kuno biasanya tidak sempurna.

Gottfried Leibniz mencetuskan istilah 'teodisi' untuk menyelaraskan keberadaan Tuhan dengan ketidaksempurnaan dunia.

Pranala luar