Perpustakaan Pataba

Revisi sejak 10 Juli 2021 01.44 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: +{{Authority control}})

Perpustakaan Pataba (Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa) adalah perpustakaan pribadi yang terletak di Blora, Jawa Tengah, Indonesia. Perpustakaan ini beralamat di Jalan Pramoedya Ananta Toer (ex. Jalan Sumbawa) 40, RT. 01, RW. 01, Jetis, Blora, Jawa Tengah.[1]

Sejarah

Perpustakaan Pataba adalah perpustakaan nirlaba yang merupakan sumbangan tak ternilai dari Toer bersaudara Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer, dan Soesilo Toer yang dirintis di kota kelahirannya, Blora, sebagai ruang baca dan diskusi untuk semua masyarakat Indonesia dan dunia. Namun belum sempat Perpustakaan Pataba berdiri, Pramoedya Anantar Toer sudah terlebih dahulu wafat dan sebagai usaha mengenang mendiang Pramoedya Ananta Toer, maka Perpustakaan ini didirikan bersamaan dengan hari meninggalnya Pramoedya Ananta Toer yaitu 30 April 2006. Pataba yang merupakan akronim dari Pramoedya Anantoa Toer Anak Semua Bangsa dengan lambang "T" (dalam bahasa Rusia) yang memiliki kaki tiga untuk melambangkan tiga orang Toer bersaudara pendiri Perpustakaan Pataba dan merupakan kepanjangan dari "Toer" itu sendiri.[butuh rujukan] Perpustakaan Pataba menempati ruangan seluas 5 X 4 meter, di bagian samping masih menyatu dengan bangunan rumah di atas tanah berukuran 3.000 meter persegi. Dulunya ruangan tersebut adalah dapur keluarga Toer yang besarnya seluas lapangan badminton. Sementara di bagian utama rumah dimanfaatkan untuk memajang berbagai foto Pramoedya Ananta Toer; selain foto di masa kecilnya, juga foto masa tua, dan berbagai foto lainnya termasuk masa remaja Ibu Kartini dengan dua saudaranya.[2]

Selain untuk mengenang Pramoedya Ananta Toer, perpustakaan kecil yang dibuat sejak tahun 2006 itu juga memiliki tujuan untuk berperan aktif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis, sebagaimana motto yang dimiliki Perpustakaan Pataba, “Masyarakat Indonesia Membangun adalah Masyarakat Indonesia Membaca menuju Masyarakat Indonesia Menulis”.[1]

Koleksi

Jumlah buku di perpustakaan setempat sebanyak 5.000 buku (tahun 2012), mulai sastra, teknik, juga buku yang lainnya, bahkan juga terdapat sejumlah buku berbahasa Rusia. Pengunjungnya rata-rata sekitar 100 orang per bulannya, sejak perpustakaan didirikan, setelah Pramoedya Ananta Toer meninggal pada 2006.[2] Para pengunjung yang ingin membaca di PATABA, tak harus menjadi anggota dulu. Hanya cukup menulis di buku tamu yang disediakan, pengunjung bisa langsung membaca buku-buku di sana.[1]

Perpustakaan PATABA menjadi salah satu perpustakaan pribadi yang sering dikunjungi khususnya dari para pecinta sastra dan pengagum satra Pramoedya Ananta Toer.[3] Dari dalam negeri, tokoh-tokoh yang pernah singgah di Pataba di antaranya, Sindhunata, Ajip Rosidi, Lilo Sunaryo, Djoko Pekik, FX Hoery, Gunawan Budi Susanto, Bowok Kajangan, Babahe Leksono, Muhidin M Dahlan, Imam Bucah, Juwadi, Baskoro, dan tokoh-tokoh dari berbagai komunitas dan lintas agama. Adapun tamu dari luar negeri yang menyempatkan diri berkunjung yaitu Dr Etienne Naveau (Institut National des Langues et Civilisations Oriantales/Inalco, Prancis), Prof Dr Koh Young Hun (Vice Chairman Korea Association of Malay-Indonesian Studies, Seoul, Korea), serta rombongan mahasiswa dari berbagai negara seperti Australia, Thailand, Jerman, Prancis, Italia, Jepang, Belgia, dan mahasiswa Seminari Asia-Pasifik.[4]

Kegiatan

Seiring dengan berjalannya waktu, Perpustakaan Pataba yang semakin dikenal oleh masyarakat Blora, Indonesia, dan bahkan dunia. Selain sebagai perpustakaan, PATABA juga menjadi tempat untuk bedah buku, diskusi, bahan referensi, sarasehan budaya, membuat skripsi, belajar menulis, dan bahkan penerbitan. Sering pula diadakan kegiatan di PATABA seperti Nguripi Tradisi Kendeng Lusi, juga pada hari lahir dan meninggalnya Pramoedya Ananta Toer. Perpustakaan Pataba sempat bekerja sama dengan SMPN 2 Blora dalam pembuatan film Redup Kejora Palagan Jiwa yang bercerita tentang sepenggal kisah hidup Pramoedya Ananta Toer yang memberinya pencerahan menulis. Film tersebut berhasil memenangkan lima kategori juara untuk tingkat Jawa Tengah, di antaranya adalah Sutradara Terbaik, Kameramen Terbaik, dll. Pada tahun 2015 oleh dua orang mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) Visian Pramudika dan Diana Noviana, yang mengikuti Eagle Award Documentary Contest membuat film yang mengangkat tema tentang Soesilo Toer, dengan judul film Tinta Perajut Bangsa dan berhasil memenangkan Kategori Film Favorit Pemirsa.

Perkembangan

Pada tahun 2009, Pataba mulai menerbitkan zine secara kecil-kecilan dengan menggunakan nama Pataba Press, yang berada di bawah naungan Lembaga Kajian Budaya dan Lingkungan Pasang Surut, seperti Pram dan Seks 1, Pram dan Seks 2, Pram dan Seks 3, PATABA Mutiara Dari Blora, Di Antara Pena, Perempuan, dan Keberanian, Pram dalam Sastra dan Fakta, Putri Sendangwungu, Legenda Kedungombo, dll.

Pada Oktober 2011 Pataba Press sempat menerbitkan anak pertama yang berjudul Suwung. Pada awal tahun 2013, tepatnya bulan Februari, Pataba Press bekerja sama dengan penerbit dari Semarang menerbitkan buku Pram dari Dalam.

Sempat vakum selama dua tahun, pada bulan Februari tahun 2015, Pataba Press menerbitkan buku Pram dalam Kelambu. Pada akhir bulan April pada tahun yang sama Pataba Press kembali menerbitkan Pram dalam Bubu, dan Kilas Sekejap tentang Sejarah Islam, dan pada bulan Juli menerbitkan Penjagal Itu Telah Mati dan Komponis Kecil Edisi Baru. Pada bulan Januari tahun 2016, Pataba Press menerbitkan Yuna dan Juna, pada Februari menerbitkan Pram dalam Belenggu dan Anekdot Moskow, pada Maret menerbitkan ulang Nyanyian Penggali Kubur dan Surat dari Timur Jawa secara mandiri dan akan dilanjutkan dengan buku-buku lainnya sampai sekarang.

Buku-buku Terbitan Pataba Press

1. Pram dari Dalam, Soesilo Toer, Cet 3: Juli 2017.

2. Pram dalam Kelambu, Soesilo Toer, Cet 1: Februari 2015.

3. Pram dalam Bubu, Soesilo Toer, Cet 1: April 2015.

4. Kilas Sekejap tentang Sejarah Islam, Soetarmin Poerwo S. Dono, Cet 1: April 2015.

5. Komponis Kecil Edisi Baru, Soesilo Toer, Cet 2: Juli 2015.

6. Penjagal Itu Telah Mati, Gunawan Budi Susanto, Cet 1: Juli 2015.

7. Yuna & Juna, Yundra Karina, Cet 2: Juli 2016.

8. Pram dalam Belenggu, Soesilo Toer, Cet 1: Februari 2016.

9. Anekdot Moskow, Koesalah Soebagyo Toer, Cet 1: Februari 2016.

10. Surat dari Timur Jawa, Mohammad Ij, Cet 2: Maret 2016.

11. Nyanyian Penggali Kubur (kerja sama dengan Fasindo Press), Gunawan Budi Susanto, Cet 2: Maret 2016.

12. Dunia Samin, Soesilo Toer, Cet 3: Maret 2017.

13. Pram dalam Tungku, Soesilo Toer, dkk. Cet 2: April 2017.

14. Antologi Jalan-Nya (kerja sama dengan Satrul Qolam Aswaja), Cet 1: Mei 2016.

15. N (kerja sama dengan Penerbit Sae), Andre Tanama, Cet 1: Mei 2016.

16. Antologi Surat Kecil Untukmu di Surga (kerja sama dengan GS2 Unnes), Cet 1: Juni 2016.

17. Back Up On Omahe Ndoro (kerja sama dengan Taring Pena), Cet 1: November 2016.

18. Akuntansi Pengantar, Moh. Saim, Cet 1: Februari 2017.

19. Ibuku di Surga, Koesalah Soebagyo Toer, Cet 2: Maret 2017.

20. Cinta Pertama, Maxim Gorky, Cet 1: Maret 2017.

21. Anak Bungsu, Soesilo Toer, Cet: 1, April, 2017.

22. Republik Jalan Ketiga, Soesilo Toer, Cet: 1, April 2017.

23. Ingatan yang Berjatuhan, Yudhie Yarcho Cet 1: April 2017.

24. Putri Kapten, Aleksander Pushkin, Cet 1: Juni 2017.

25. Eutanasia (kerja sama dengan Komunitas Kali Kening), Linda Tria Sumarno, Cet 1: Juni 2017.

26. Menjelang, Ivan S Turgenev, Cet 1: Juli 2017.

27. Indra Tualang si Doktor Kopi, Soesilo Toer, Cet 1: Juli 2017.

28. Kisah Harubiru Sang Pengoceh, Danang Pamungkas, Cet 1: Agustus 2017.

29. Dalang Kentrung Terakhir (kerja sama dengan Komunitas Kali Kening), Joyo Juwono, Cet 1: Agustus 2017.

30. Rindu Itu Berganti Hujan (kerja sama dengan Komunitas Kali Kening), Cet 1: Agustus 2017.

31. Rona-rona, Koesalah Soebagyo Toer & Soesilo Toer, Cet 1: September 2017.

32. Pemberontakan di Pelabuhan, Alexandru Sahia, Cet 2: September 2017.

33. Kompromi, Soesilo Toer, Cet 1: September 2017.

Referensi

Pranala luar