Gingivitis merupakan perubahan patologis yang disertai adanya tanda-tanda inflamasi. Gingivitis dapat kita kenal dengan istilah gusi bengkak atau gusi yang meradang. Mikrorganisme mampu menghasilkan produk berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan pada epitel dan sel – sel jaringan penghubung (conective tissue ) seperti halnya unsur – unsur pokok interseluler yaitu: kolagen, faktor pertumbuhan dan glikolis.

Hasil pelebaran dari sel-sel junctional epitelium pada awal terjadinya gingivitis adalah merupakan tempat masukknya agen yang berbahaya yang berasal dari bakteri atau bakteri itu sendiri akan menyebar ke jaringan penghubung

Gingivitis menyebabkan gusi menjadi meradang dan bengkak. Penyebabnya adalah penumpukan plak di sekitar gusi. Jika tidak diobati, dapat menyebabkan abses pada gusi dan menimbulkan rasa nyeri berdenyut.[1]

Tahapan Gingivitis

Gingivitis Tahap 1

Terjadi pelebaran pembuluh darah hal ini merupakan awal terjadinya gingivitis, akan tetapi secara klinis belum terlalu jelas (sub klinis). Gambaran histologi: leukosit dan netrofil PMN meninggalkan kapiler dengan cara bermigrasi melewati dinding kapiler sehingga jumlahnya meningkat pada jaringan penghubung Junctional epitelium dan sulcus gingiva.

Gingivitis Tahap 2

Tanda klinis: Adanya kemerahan ( hiperemi sudah terlihat ) terjadinya pendarahan pada saat probing . Histologi: infiltrasi leucosit dalam jaringan konektive dibawah junctional epitelium leukasit ± 75% dan netrofil yang bermigrasi sebagai mana juga sel-sel plasma.

Gingivitis Tahap 3

Bertambah beratnya lesi inflamasi, aliran darah bertambah lambat, warna gingiva menjadi merah kebiruan. Perbedaan gingivitis tahap II dan III meningkatnya jumlah sel plasma yang berubah menjadi sel inflamasi sel plasma akan menginvasi ke konective tissue tidak hanya dibawah junctional epitelium, akan tetapi ke jaringan yang lebih dalam sekitar pembuluh darah terjadinya pelebaran pada junctional epitelium dan pada ruangan interseluler diisi dengan granuler seluler yaitu lisosom yang berasal dari netrofil yang hancur, limfosit dan monosit, lisosom ini mengandung asam hidrolase yang dapat merusak komponen jaringan. Aktivitas genolitic meningkat pada inflamasi jaringan gingiva oleh enzim kologenase. Enzim kologenase ini secara normal terdapat pada jaringan gingiva yang dapat di produksi oleh beberapa bakteri yang berada di dalam mulut dan oleh PMN

Pembagian Gingivitis

a. Menurut durasinya

1. Gingivitis akut

Adalah suatu kondisi yang sangat nyeri datang tiba-tiba dan durasi waktu yang singkat.

2. Gingivitis subakut

Merupakan fase lebih ringan dari gingivitis akut.

3. Gingivitis rekuren

Adalah gingivitis yang muncul kembali setelah dirawat / hilang dengan sendirinya kemudian muncul kembali

4. Gingivitis kronis

Yaitu: gingivitis yang munculnya perlahan-perlahan, durasi lama, tidak begitu nyeri kecuali bila disertai eksaserbasi akut. Gingivitis kronis merupakan tipe yang paling sering dijumpai.

b. Menurut penyebarannya:

Gingivitis lokalis: mengenai 1 gigi / sekelompok gigi

Gingivitis general: dapat mengenai seluruh gigi

Gingivitis marginalis: mengenai marginal gingiva dan juga sebagian attach gingiva.

Gingivitis papillari: melibatkan papilla interdental sering meluas ke marginal gingiva. Papilla interdental yang paling sering diserang terutama peradangan bila dibandingkan marginal gingiva.

Gingivitis difuse: yang terserang marginal, attache, papilla interdental.

Tanda Klinis Gingivitis

1. Adanya pendarahan pada gingiva

2. Perubahan warna gingiva

3. Perubahan tekstur pemukaan gingiva

4. Perubahan posisi dari gingiva: resesi dan attofi gingiva

5. Perubahan kontur dari gingiva

6. Adanya rasa nyeri

Dalam mengevaluasi tanda klinis gingivitis perlu cara yang sistimatis dan di fokuskan pada perubahan jaringan yang hampir tidak kelihatan.

Perdarahan pada gingiva dapat disebabkan oleh ;

1. Faktor lokal

2. Faktor sistemik

Penyebab paling utama dari perdarahan gingiva:

Adanya inflamasi kronis

Perdarahan yang bersifat kronis dan rekuren dapat diperperah oleh adanya trauma mekanik, misalnya: menyikat gigi, food impaksi, mengigit makanan yang keras, bruxism.

Perdarahan yang bersifat akut

Terjadinya oleh karena adanya perlukaan dapat pula terjadi secara spontan pada penyakit gingiva yang akut perdarahan oleh perlukaan terjadinya oleh adamya laserasi gingiva oleh bulu sikat gigi pada saat penyikatan yang agresif. Bagian tajam dari makanan yang keras dapat menyebabkan perdarahan tanpa adanya penyakit gingivalis. Terbakarnya gingiva oleh makanan yang panas, bahan kimia. Perdarahan spontan atau perdaranan pada ransangan ringan terjadinya pada ANUG.

Faktor Sistemik

Yaitu dipicu oleh adanya factor mekanik akan tetapi terjadi secara spontan yang sulit dikontrol kelainan vaskuler ( defisiensi vitamin c ), adanya alergi. gangguan platelet (idiopatik trombasitopenia purpura), trombasitopenia purpura perlukaan pada sumsum ), hipoprotrombinemia ( defisiensi vitamin k ), akibat penyakit lever kelainan pembekuan (hemafilia, leukemia ) . Kekurangan platelet tromboplastik faktor ( PF III ) akibat oleh uremia,, post rubella purpura pemberian obat secara berlebihan misalnya: salisilat, heparin, antikoagulan.

Perubahan warna pada gingiva

Merupakan tanda klinis yang penting. warna normal oral pink, yang memiliki jaringan vaskuler yang dimodifikasi oleh jaringan ikat yang melapisinya. Oleh karena gingiva akan menjadi:

Warna merah apabila:

1. Adanya peningkatan vaskularisasi.

2. Derajat keratinisasi epitel berkurang / hilang

Warna lebih pucat apabila:

1. Vaskularisasi tereduksi akibat adanya jaringan.

2. Peningkatan keratinisasi epitel.

Referensi

  1. ^ Pd, Dita Primashanti Koesmadi, M. Pd Elisa Novie Azizah, M. Pd Arwendis Wijayanti, M. (2020-02-20). PENDIDIKAN KESEHATAN DAN GIZI ANAK USIA DINI. BuatBuku.com. ISBN 978-623-7548-47-8.