Bahasa Musi

ragam Melayik yang dituturkan di Sumatera Selatan
Revisi sejak 7 Maret 2022 12.38 oleh Mjddd (bicara | kontrib)

Bahasa Musi (Jawi: بهاس موسي) (Kaganga: ꤷꥁꤼ ꤸꤼꥇ) adalah dialek bahasa Melayu yang dituturkan oleh suku Musi yang mayoritas mendiami daerah sekitar aliran Sungai Musi, utamanya di Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Musi Rawas dengan penutur asli berjumlah sekitar 3,1 juta orang. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa dalam rumpun bahasa Musi.[1]

Bahasa Bahasa Musi
BPS: 0052 2
باسا موسي
Basé Musi
Dituturkan diIndonesia
Wilayah Sumatra Selatan
EtnisMusi
Penutur
3,1 juta (2000)[1]
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
  • Austronesia Lihat butir Wikidata
    • Melayu-Polinesia Lihat butir Wikidata
      • Melayu-Sumbawa atau Kalimantan Utara Raya (diperdebatkan)
DialekDialek-dialek dalam bahasa Musi:
SumberLaboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra[2]
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Diatur olehBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kode bahasa
ISO 639-3mui
LINGUIST List
LINGUIST list sudah tidak beroperasi lagi
mui
Glottologmusi1241[3]
IETFmui
BPS (2010)0052 2
Status pemertahanan
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC3 Wider communication
Bahasa Musi dikategorikan sebagai C3 Wider Communication menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini digunakan di wilayah yang cukup luas maupun dipertuturkan cukup luas, misalnya beberapa kota
Referensi: [4]
Lokasi penuturan
Lokasi penuturan Bahasa Musi
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat
Contoh pengucapan penutur bahasa Musi

Sejarah

Secara historis, bahasa Musi memiliki asal-usul yang berasal dari daerah dekat Sungai Musi (utamanya Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Musi Rawas) yang pada zaman modern merupakan bagian dari wilayah provinsi Sumatra Selatan, Indonesia.

Fonologi

Dunggio (1981) mendata 27 fonem dalam bahasa Musi, dengan rincian 21 bunyi konsonan dan 6 bunyi vokal. Namun studi lanjutan dari Aliana (1987) menyatakan bahwa hanya ada 21 fonem dalam bahasa Musi.[5][6]

Vokal

Depan Madya Belakang
Tertutup i u
1/2 Tertutup e o
Tengah ə
Terbuka a

Konsonan

Dwi-bibir Rongga-gigi Pask.-ronggi.
Langit-langit
langit-langit belakang Celah-suara
Sengau m n ɲ ny ŋ ng
Letup/Gesek nirsuara p t t͡ʃ c k ʔ q,'
bersuara b d d͡ʒ j g
Desis nirsuara f s ɣ gh h
bersuara z r
Hampiran semivokal w j y
Sisian l

Dialek

Bahasa Musi memiliki ragam variasi dialek yang dapat dikenali melalui perbedaan fonologi, aksentologi, maupun idiomatologi yang umumya terbagi kedalam distribusi penggolongan melalui beberapa metode, yakni baik secara regional geografis maupun sosiokultural.

Referensi

  1. ^ a b [https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/jendelabuku?c=Bahasa+Musi Bahasa Musi] di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
  2. ^ "Bahasa Musi". Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 
  3. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "[https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/jendelabuku?c=Bahasa+Musi Bahasa Musi]". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.  Hapus pranala luar di parameter |chapter= (bantuan)
  4. ^ "Bahasa Musi". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  5. ^ Dunggio 1983, hlm. 7-10.
  6. ^ Aliana 1987, hlm. 14.

Daftar pustaka

  • Gani, Zainal Abidin (1981). Struktur Bahasa Musi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 
  • Arif, R.M.; Majid, Abdul; Mairu, Tarmizi; Sy., Sudirman (1985). Morfologi dan Sintaksis Bahasa Musi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 
  • Aliana, Zainul Arifin (1987). Morfologi dan Sintaksis Bahasa Musi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • Adelaar, K. Alexander (1992). Proto-Malayic: The reconstruction of its phonology and parts of its lexicon and morphology. Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University. ISBN 9780858834088. 
  • Anderbeck, Karl; McDowell, Jonathan (2020). The Malay Lects of Southern Sumatra. JSEALS Special Publication. 7. University of Hawai'i Press. hdl:10524/52473. 
  • Hanifah, Abu (1999). Undang-Undang Simbur Cahaya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 9794593869. 
  • Marsden, William (1811). History of Sumatra, Containing an Account of the Government (etc.). London: Longman. 
  • Dunggio, P.D. (1983). Struktur bahasa Musi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • McDonnell, Bradley James (2016). Symmetrical Voice Constructions in Besemah: A Usage-based Approach. Santa Barbara: University of California Santa Barbara. 

Pranala luar

ra Selatan}} |ethnicity= Musi |speakers=3,1 juta |date=2000 |ref=e18 |familycolor=Austronesia |fam1 = Austronesia |fam2 =Indonesia Barat |fam3 = Musi |script=

|dialects= Dialek-dialek dalam bahasa Musi:

| posteriori = Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra[1] | minority =   Sumatra Selatan | agency = Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa |iso3=mui |glotto=musi1241 }}

Contoh pengucapan penutur bahasa Musi

Bahasa Musi adalah bahasa yang dituturkan oleh etnis Musi yang mayoritas mendiami daerah sekitar aliran Sungai Musi, utamanya di Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Musi Rawas dengan penutur asli berjumlah sekitar 3,1 juta orang. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa dalam rumpun bahasa Musi.[2]

Sejarah

Secara historis, bahasa Musi memiliki asal-usul yang berasal dari daerah dekat Sungai Musi (utamanya Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Musi Rawas) yang pada zaman modern merupakan bagian dari wilayah provinsi Sumatra Selatan, Indonesia.

Fonologi

Contoh pengucapan penutur

Dunggio (1981) mendata 27 fonem dalam bahasa Musi, dengan rincian 21 bunyi konsonan dan 6 bunyi vokal. Namun studi lanjutan dari Aliana (1987) menyatakan bahwa hanya ada 21 fonem dalam bahasa Musi.[3][4]

Vokal

Depan Madya Belakang
Tertutup i u
1/2 Tertutup e o
Tengah ə
Terbuka a

Konsonan

Dwi-bibir Rongga-gigi Pask.-ronggi.
Langit-langit
langit-langit belakang Celah-suara
Sengau m n ɲ ny ŋ ng
Letup/Gesek nirsuara p t t͡ʃ c k ʔ q,'
bersuara b d d͡ʒ j g
Desis nirsuara f s ɣ gh h
bersuara z r
Hampiran semivokal w j y
Sisian l

Dialek

Bahasa Musi memiliki ragam variasi dialek yang dapat dikenali melalui perbedaan fonologi, aksentologi, maupun idiomatologi yang umumya terbagi kedalam distribusi penggolongan melalui beberapa metode, yakni baik secara regional geografis maupun sosiokultural.

Referensi

  1. ^ "Bahasa Musi". Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama e18
  3. ^ Dunggio 1983, hlm. 7-10.
  4. ^ Aliana 1987, hlm. 14.

Daftar pustaka

  • Gani, Zainal Abidin (1981). Struktur Bahasa Musi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 
  • Arif, R.M.; Majid, Abdul; Mairu, Tarmizi; Sy., Sudirman (1985). Morfologi dan Sintaksis Bahasa Musi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 
  • Aliana, Zainul Arifin (1987). Morfologi dan Sintaksis Bahasa Musi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • Adelaar, K. Alexander (1992). Proto-Malayic: The reconstruction of its phonology and parts of its lexicon and morphology. Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University. ISBN 9780858834088. 
  • Anderbeck, Karl; McDowell, Jonathan (2020). The Malay Lects of Southern Sumatra. JSEALS Special Publication. 7. University of Hawai'i Press. hdl:10524/52473. 
  • Hanifah, Abu (1999). Undang-Undang Simbur Cahaya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 9794593869. 
  • Marsden, William (1811). History of Sumatra, Containing an Account of the Government (etc.). London: Longman. 
  • Dunggio, P.D. (1983). Struktur bahasa Musi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • McDonnell, Bradley James (2016). Symmetrical Voice Constructions in Besemah: A Usage-based Approach. Santa Barbara: University of California Santa Barbara. 

Pranala luar