Kereta api Bima

layanan kereta api di Indonesia

Kereta api Bima merupakan layanan kereta api penumpang kelas eksekutif yang dioperasikan oleh Kereta Api Indonesia (KAI) melayani rute GambirSurabaya Gubeng melalui jalur lintas selatan Jawa (via PurwokertoYogyakartaSolo). Nama Bima sendiri merupakan kepanjangan dari Biru Malam[butuh rujukan] setelah meneruskan layanan kereta tidur sebelumnya yaitu Bintang Sendja dan Bintang Fadjar pada tahun 1967.

Kereta api Bima
Kereta api Bima membawa Lokomotif Spesial HUT KAI Ke-76 Tahun melintas Tambun, Bekasi
Informasi umum
Jenis layananKereta api antarkota
StatusBeroperasi
Mulai beroperasi1 Juni 1967 (1967-06-01)
Operator saat iniKereta Api Indonesia
Lintas pelayanan
Stasiun awalGambir
Stasiun akhirSurabaya Gubeng
Jarak tempuh820 km
Waktu tempuh rerata11 jam 33 menit
Frekuensi perjalananSatu kali keberangkatan tiap hari
Jenis relRel berat
Pelayanan penumpang
KelasEksekutif dan priority
Pengaturan tempat duduk
  • 50 tempat duduk disusun 2–2
    kursi dapat direbahkan dan diputar
  • 28 tempat duduk disusun 2-2 (priority)
    kursi dapat direbahkan dan diputar
Fasilitas restorasiAda
Fasilitas observasiKaca panorama dupleks, dengan blinds, lapisan laminasi isolator panas.
Fasilitas hiburanAda
Fasilitas lainLampu baca, toilet, alat pemadam api ringan, rem darurat, penyejuk udara, peredam suara.
Teknis sarana dan prasarana
Lebar sepur1.067 mm
Kecepatan operasional81.5-120 km/jam
Pemilik jalurDitjen KA, Kemenhub RI
Nomor pada jadwal75–76

Kereta api Bima diluncurkan pada 1 Juni 1967, mengawali sejarah pengoperasian kereta api yang dilengkapi penyejuk udara berfreon di Indonesia. Per tahun 2002, kereta api Bima beroperasi menggunakan bekas rangkaian kereta api JS950 Argo Bromo sebelum beroperasi menggunakan rangkaian kereta keluaran 2016 dan keluaran tahun 2018 buatan Industri Kereta Api (INKA).

Sejarah

Awal pengoperasian kereta api

Layanan kereta tidur

Kereta api Bima pertama kali beroperasi pada 1 Juni 1967, memiliki rute yang sama seperti pendahulunya, Bintang Fadjar dan Bintang Sendja, yaitu melalui stasiun Semarang Tawang dan Kedungjati. Setelah beberapa minggu berikutnya, rute mengalami perubahan, yaitu melalui stasiun Purwokerto dan Yogyakarta.[1] Kereta api ini dilengkapi kereta tidur berwarna biru buatan Waggonbau Görlitz, Jerman Timur.

Selama tahun 1960-an hingga awal 1980-an, kereta api Bima beroperasi dengan susunan rangkaian kereta: 1 buah lokomotif (bercorak hijau-kuning PNKA/PJKA), 2 kereta tidur kelas I (SAGW), 2 kereta tidur kelas II (SBGW), 1 kereta makan (FW), 1 kereta pembangkit (DPW), dan 1 kereta bagasi. Kereta tidur SAGW—diperuntukkan bagi penumpang yang membayar tiket termahal—dilengkapi jendela lebar dengan lorong dan kompartemen yang luas, serta fasilitas lain seperti lemari pakaian, wastafel, serta tempat tidur yang dapat dilipat menjadi tempat duduk dan menghadap arah perjalanan,[1] sedangkan kereta tidur SBGW dilengkapi kaca jendela yang lebih pendek, fasilitas tempat tidur sebanyak tiga tingkat, serta tempat merokok di koridor. Fasilitas yang disediakan pada kereta makan saat itu berupa makanan dengan sistem tuslah serta bagian dalam yang menyerupai restoran.[1] Kualitas layanan kereta api Bima saat itu dianggap "sejajar dengan kualitas hotel berbintang sehingga dapat menghemat biaya pengeluaran untuk penginapan dan transportasi."[2]

Penghapusan layanan kereta tidur

Karena alasan sosial, PJKA mengganti kereta tidur SAGW dengan dua rangkaian kereta kelas eksekutif buatan suatu pabrik di Arad, Rumania bernomor seri K1-847xx (dibuat pada 1984, nomor baru: K1 0 84 xx[catatan 1])—diyakini sebagai "kereta kelas eksekutif terburuk yang pernah dimiliki oleh PJKA" karena kursi yang kurang nyaman dan tidak dapat diputar sehingga dapat "menurunkan kualitas layanan kereta api tersebut"—serta dirangkaikan secara bersamaan dengan kereta tidur SBGW.[3] Terdapat sisa kereta tidur SAGW yang sempat digunakan pada layanan PJKA lainnya, seperti kereta api Mutiara Utara, Senja, atau Mutiara Selatan sebelum dilakukan perombakan menjadi kereta kelas eksekutif. Tiga kereta di antaranya menjadi kereta kenegaraan—kini telah dirombak menjadi kereta pariwisata, antara lain kereta wisata Nusantara, Bali, dan Toraja.

Setelah dilakukan penghapusan layanan kereta tidur SAGW, kereta api Bima tetap beroperasi dengan susunan rangkaian kereta kelas eksekutif dan kereta tidur SBGW hingga akhir 1980-an. Kereta tidur SBGW berhenti beroperasi pada awal 1990-an kemudian semua kereta tidur yang tidak terpakai tersebut dirombak menjadi kereta kelas eksekutif biasa—menghilangkan fasilitas tempat tidur kemudian diganti dengan tempat duduk. Sistem penomoran bekas kereta tidur SAGW dan SBGW diubah menjadi K1-67xxx (K1 0 67 xx).[catatan 1]

Peran kereta tidur SAGW maupun SBGW kemudian digantikan oleh kereta kuset—kereta kelas ekonomi buatan pabrik Nippon Sharyo yang telah ada sejak 1964 dilakukan perbaikan dengan menambahkan pendingin ruangan, sekat ruangan, serta memasang tempat tidur paten.

Pengoperasian kereta api saat ini

Layanan kereta api kelas eksekutif (1995–sekarang)

 
Kereta api Bima saat menggunakan rangkaian kereta lama buatan INKA keluaran 1995 hingga 2016 di Stasiun Gambir
 
Kereta api Bima akan memasuki Surabaya Gubeng dari Malang, 2019

Pada tahun 1995, peluncuran salah satu layanan kereta api Argo, JS950 Argo Bromo, menyebabkan beberapa penumpang memilih layanan kereta api Argo karena ia memiliki waktu tempuh yang lebih cepat—beroperasi melalui lintas utara Jawa seperti layanan kereta api yang telah ada sebelumnya, yaitu Mutiara Utara dan Suryajaya.

Dengan adanya peluncuran kereta api Argo Bromo Anggrek dengan rangkaian kereta buatan INKA keluaran 1997 menyebabkan persediaan untuk pengoperasian kereta api Argo Bromo menjadi berlimpah sehingga rangkaian kereta api JS950 Argo Bromo sempat dialihkan untuk pengoperasian kereta api ini—rangkaian kereta tersebut sewaktu-waktu digunakan apabila rangkaian kereta Argo Bromo Anggrek mengalami masalah. Setelah dilakukan penambahan rangkaian kereta api Argo Bromo Anggrek pada 2001 serta layanan kereta api JS950 Argo Bromo dihapus, bekas rangkaian kereta api JS950 Argo Bromo digunakan sepenuhnya untuk pengoperasian kereta api ini mulai 2002 hingga 2016.

Rute kereta api ini sempat diperpanjang hingga Stasiun Malang per 6 Februari 2014, Namun, rute kereta api ini kemudian dikembalikan lagi seperti semula pada 1 September 2020 karena tingkat keterisian penumpang di lintas Surabaya–Malang menurun yang diakibatkan Pandemi COVID-19 di Indonesia[4]

Sejak 21 Juli 2016, kereta api ini beroperasi menggunakan rangkaian kereta kelas eksekutif buatan INKA keluaran 2016 yang dilengkapi dengan bogie TB-1014 (K10), namun kereta api ini kemudian beroperasi menggunakan rangkaian kereta baja nirkarat per akhir tahun 2020. Sejak akhir Desember 2021 pada masa libur Natal dan Tahun Baru 2021-22, rangkaian kereta eksekutif kini dilapisi oleh livery aplikasi KAI Access dan hari besar keagamaan.[5]

Lokomotif

Pada masa PNKA hingga PJKA, lokomotif BB200, BB201, atau CC200 sempat digunakan sebagai lokomotif penarik kereta api ini. Namun, lokomotif BB301 dan BB304 lebih sering digunakan untuk menarik kereta api ini hingga ia mulai menggunakan lokomotif CC201 buatan General Electric pada tahun 1977.

Pada rentang tahun 1995 hingga 2013, lokomotif CC203 dan CC204 sering digunakan sebagai penarik kereta api ini sebelum digantikan dengan CC206.

Insiden

Pada Oktober 2010, kereta api Bima bersinggungan dengan rangkaian kereta api Gaya Baru Malam Selatan paling belakang yang belum terparkir penuh di Stasiun Purwosari.[6]

Pada 8 September 2015 pukul 05.20, kereta api Bima menabrak mobil bak terbuka yang menerobos pintu perlintasan di Cipinang, Pulo Gadung, Jakarta Timur. Akibatnya, jadwal kereta api jarak jauh dan KRL menjadi terganggu.[7]

Pada 10 November 2015, seorang ibu beserta anaknya tewas tertabrak kereta api Bima pada perlintasan tanpa palang pintu di Kramatjegu, Taman, Sidoarjo setelah pulang dari pasar.[8]

Data teknis

Nomor urut Lokomotif CC206 Kereta pembangkit (P) 1 2 3 4 Kereta makan (M1) 5 6 7 8 9 1*
Keterangan Kereta penumpang kelas eksekutif (K1) Kereta penumpang kelas eksekutif (K1) Kereta penumpang kelas Priority (K1)
Depo Cipinang (CPN)
Sidotopo (SDT)
Jakarta Kota (JAKK)
Catatan :
  • Susunan rangkaian kereta dapat berubah sewaktu-waktu
  • Tanda (*) berarti Rangkaian Kereta Bima ini menandakan rangkaian Kereta Priority hanya dipakai pada hari Jumat dan Minggu.

Galeri

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ a b Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 tahun 2010.

Referensi

  1. ^ a b c Kereta api Express Malam Bima
  2. ^ Seno, Adjie (2017-02-01). "Mengenal Eksotisme Layanan Kereta Tidur di Indonesia". KabarPenumpang.com. Diakses tanggal 2020-04-29. 
  3. ^ Raharjo, Paksi Suryo (2018-04-17). "Kembalinya Kereta Tidur di Jalur Kereta Indonesia". MerahPutih. Diakses tanggal 2020-02-24. 
  4. ^ Saleh, Nurdin (2014-02-02). "Surabaya-Malang Dilayani Kereta Eksekutif Bima". Tempo. Diakses tanggal 2020-04-29. 
  5. ^ Haidar Farozy, Ikko. "Sambut Nataru 2021-2022, KAI Kembali Luncurkan Stiker Tematik". Railway Enthusiast Digest. Gerakan Muda Penggemar Kereta Api. 
  6. ^ Di Solo, KA Bima Tabrak KA Gaya Baru
  7. ^ Tempo: Kereta Bima Tabrak Mobil di Cipinang, KA Komuter Terhambat
  8. ^ Sindo: Ibu dan Anak Tewas Tertabrak KA Bima di Perlintasan Tanpa Pintu

Pranala luar