Bahasa Palembang

bahasa Melayik yang dituturkan di Sumatera bagian selatan

Bahasa Palembang atau Melayu Palembang (Baso Palembang) merupakan dialek dalam bahasa Melayu yang dituturkan di dua per tiga wilayah dari Provinsi Sumatra Selatan di Indonesia, terutama di sepanjang aliran Sungai Musi. Dialek bahasa Palembang yang sering dituturkan merupakan bahasa campuran yang tercampur di Palembang. Bahasa ini telah menjadi basantara antar percakapan orang-orang dan sering digunakan secara poliglosia dengan bahasa Indonesia dan dialek setempat lainnya di daerah tersebut.[8] Dikarenakan penuturan di beberapa bagian dari Sumatra Selatan pernah menjadi kawasan dengan penuturan orang Melayu dan orang Jawa, varietas penuturan dan tatanan bahasa Palembang juga mengikut pada yang ada di bahasa Jawa dan Melayu.[9][1]

Bahasa Palembang
BPS: 0051 0
باسو ڤليمباڠ
Baso Palembang
Dituturkan diIndonesia
Wilayah Sumatra Selatan
EtnisPalembang
Penutur
3,1 juta (2000)[1]
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
  • Austronesia Lihat butir Wikidata
    • Melayu-Polinesia Lihat butir Wikidata
      • Melayu-Sumbawa atau Kalimantan Utara Raya (diperdebatkan)
Dialek
Palembang Lawas
Palembang Pasar
Palembang Pesisir
Modern:

Historis:

SumberBalai Bahasa Palembang[2][3]
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Diatur olehBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
  • Balai Bahasa Palembang
Kode bahasa
ISO 639-3plm
LINGUIST List
LINGUIST list sudah tidak beroperasi lagi
mui-plm
Glottologpale1265[4]
pale1267[5]
pale1268[6]
Linguasfer31-MFA-dh
IETF
BPS (2010)0051 0
Status pemertahanan
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC2 Provincial
Bahasa Palembang dikategorikan sebagai C2 Provincial menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini digunakan di berbagai wilayah ataupun bahasa yang dituturkan pada tingkat antar-provinsi
Referensi: [7]
Lokasi penuturan
Frameless
Lokasi penuturan Bahasa Palembang
Peta
Peta
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini.
Koordinat: 2°59′0″S 104°45′52″E / 2.98333°S 104.76444°E / -2.98333; 104.76444 Sunting ini di Wikidata
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang terbitan 1981
Pedoman Ejaan Bahasa Palembang oleh Balai Bahasa Palembang terbitan 2007[10]

Penggunaan bahasa Palembang diakui secara resmi oleh pemerintah Provinsi Sumatra Selatan sebagai salah satu bahasa pribumi Sumatra Selatan yang wajib dijaga kelestariannya. Sebagai salah satu upaya penggiatan sosialisasi dan pelestarian bahasa Palembang, pemerintah Provinsi Sumatra Selatan yang didukung oleh Kementerian Agama Republik Indonesia mengadakan peluncuran Al-Qur'an (kitab suci umat Islam) dengan terjemahan bahasa Palembang yang dirilis oleh Puslitbang Lektur Dan Khazanah Keagamaan[11] pada tahun 2019.[12][13][14]

Bahasa Palembang tingkatan Jegho/Jero (alias Alus) juga masuk sebagai muatan lokal (kegiatan kurikulum) bagi sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah di wilayah Palembang sejak 2021.[15]

Sejarah

Sebagaimana ragam Melayik lainnya, bahasa Palembang merupakan keturunan dari bahasa Proto-Malayik yang diperkirakan berasal dari Kalimantan bagian barat. Menurut Adelaar (2004), perkembangan Melayu sebagai etnis tersendiri mungkin saja dipengaruhi oleh persentuhan dengan budaya India, setelah migrasi penutur Proto-Malayik ke Sumatra bagian selatan. Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang pada abad ke-7 merupakan salah satu wujud terawal negara bangsa Melayu, jika bukan yang pertama.[16] Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang merupakan bukti tertulis pertama dari rumpun bahasa Malayik yang dipertuturkan di daerah tersebut. Meski begitu, ahli bahasa masih memperdebatkan apakah benar ragam bahasa yang digunakan di prasasti tersebut merupakan leluhur langsung dari bahasa-bahasa Melayu (termasuk Palembang) modern.[17]

Selain dari prasasti-prasasti kuno, sangat sedikit sumber tertulis lainnya yang bisa jadi acuan untuk perkembangan bahasa Palembang. Satu sumber tertulis adalah Kitab Undang-Undang Simbur Cahaya, yang penyusunannya dianggap dilakukan oleh Ratu Sinuhun, istri dari penguasa Palembang Pangeran Sido ing Kenayan pada sekitar abad ke-17. Kitab ini ditulis dalam bahasa Melayu Klasik dengan sedikit pengaruh bahasa Jawa, mengingat keluarga bangsawan Palembang berasal dari Jawa.[18] Pengaruh Jawa di Palembang dimulai setidaknya sejak abad ke-14.

William Marsden mencatat dua ragam bahasa berbeda yang digunakan di Palembang pada abad ke-18. Bahasa di keraton adalah dialek Jawa halus dengan campuran kosakata asing, sementara bahasa sehari-hari penduduk Palembang adalah dialek Melayu, dengan ciri utama pengucapan vokal 'a' yang diganti menjadi 'o' di posisi akhir kata.[19]

William Marsden mencatat dua ragam bahasa berbeda yang digunakan di Palembang pada abad ke-18. Bahasa di keraton adalah dialek Jawa halus dengan campuran kosakata asing, sementara bahasa sehari-hari penduduk Palembang adalah dialek Melayu, dengan ciri utama pengucapan vokal 'a' yang diganti menjadi 'o' di posisi akhir kata.[19]

Fonologi

Dunggio (1981) mendata 30 fonem dalam bahasa Palembang, dengan rincian 24 bunyi konsonan dan 6 bunyi vokal.[20] Namun studi lanjutan dari Aliana (1987) menyatakan bahwa hanya ada 25 fonem dalam bahasa Palembang, yang disebabkan oleh analisa ulang konsonan /z/ sebagai alofoni dari /s/ dan /d͡ʒ/.[21]

Vokal

Depan Madya Belakang
Tertutup /i/ /u/
1/2 Tertutup /e/ /o/
Tengah /ə/
Terbuka /a/

Dalam suku kata tertutup, /i/ dan /u/ dilepaskan sebagai bentuk alofoninya, yakni [ɪ] dan [ʊ].[22]

Konsonan

Dwi-
bibir
Rongga-
gigi
Pask. Ronggi.
langit-
langit
langbel. Celah-
suara
Sengau /m/ /n/ /ɲ/ ny /ŋ/ ng
letup/gesek nirsuara /p/ /t/ /t͡ʃ/ c /k/ /ʔ/ '
bersuara /b/ /d/ /d͡ʒ/ j /ɡ/
Frikatif nirsuara /f/ /s/ /ʃ/ sy /x/ kh /h/
bersuara /v/ /z/ /ɣ/ gh ~/r/
Hampiran Semivokal /w/ /j/ y
Sisian /l/

Ragam

Dialek

Bahasa Palembang memiliki ragam variasi dialek yang dapat dikenali melalui perbedaan fonologi, aksentologi, maupun idiomatologi yang umumya terbagi kedalam distribusi penggolongan melalui beberapa metode, yakni baik secara regional geografis maupun sosiokultural. McDowell dan Anderbeck (2020) membagi secara spesifik membagi kluster Palembang ke dalam tiga dialek, yaitu dialek 1) Dialek Palembang Lawas, 2) Dialek Palembang Pasar, dan 3) Dialek Palembang Pesisir. Dialek Palembang Lama yang dimaksud adalah dialek tradisional yang dituturkan sehari-hari terutama oleh kalangan masyarakat Palembang "asli" baik di kota maupun di wilayah pedesaan sekitarnya. Sementara, dialek Palembang Pasar adalah dialek yang utamanya digunakan sebagai basantara untuk menjembatani komunikasi antarkomunitas, khususnya di Palembang dan Sumatra Selatan pada umumnya. Secara leksikon, dialek Palembang Lama mempertahankan beberapa kosakata serapan Jawa yang tidak lagi dipakai dalam dialek Pasar. Dalam hal fonologi, dialek Pasar juga lebih sering menggunakan bunyi /r~ɣ/ yang diucapkan melalui getaran ujung lidah (apikal), alih-alih bunyi frikatif /ɣ~x/ yang biasanya dipakai dalam dialek Lama.[23]

Tingkatan

Bahasa Palembang mempunyai dua tingkatan linguistik, yaitu Baso Palembang Jegho alias Baso Palembang Alus (kerap diidentifikasi juga sebagai Bebaso) dan Baso Palembang Sari-Sari. Baso Palembang Jegho alias Baso Palembang Alus dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam upacara adat Palembang.

Bahasa Palembang Alus secara umum memiliki unsur serapan linguistik bahasa Jawa dikarenakan adanya hubungan historis Kemaharajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam dengan kerajaan di pulau Jawa yaitu kerajaan Mataram yang pernah menguasai wilayah Palembang. Itulah sebabnya perbendaharaan kata dalam bahasa Palembang (khususnya pada Palembang Jegho alias Palembang Alus) memiliki persamaan karakteristik dengan perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa. [butuh rujukan]

Sebagai hasil realisasi upaya pemerintah Sumatra Selatan sejak tahun 2002 dalam pelestarian bahasa Palembang, pada tahun 2021 Palembang Jegho (alias Palembang Alus) secara resmi masuk sebagai muatan lokal (kegiatan kurikulum) bagi sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah di wilayah Palembang.[24]

Klasifikasi

Bahasa Palembang merupakan bagian dari subkelompok Melayik dari rumpun bahasa Austronesia. Sebagian besar ragam-ragam Melayik di Sumatera bagian Selatan dapat dikategorikan menjadi dua kelompok utama, yaitu 1) kelompok Melayu Tengah atau Melayu Barisan Selatan ([pse]) dan 2) Musi ([mui]), yang juga mencakup kluster Palembang (dulunya dilabeli [plm] sebelum digabung dengan [mui] pada tahun 2007) beserta ragam-ragam dataran rendah lainnya.[25]

Kata serapan

Secara historis, Bahasa Palembang memiliki beberapa pengaruh dari elemen linguistik bahasa lain, utamanya dari bahasa Minangkabau[butuh rujukan] dan bahasa Jawa. Hal ini disebabkan oleh faktor kontak perdagangan antar etnis Minangkabau[butuh rujukan] dan etnis Jawa di tanah Palembang yang telah berlangsung sejak ribuan tahun lalu, salah satu faktor utama lainnya yakni karena Kota Palembang pernah berada di bawah kekuasaan yang sama dengan pulau Jawa untuk masa yang cukup lama,[26]:92 hal-hal tersebutlah yang menyebabkan varietas lingustik dalam bahasa Palembang memiliki elemen linguistik bahasa Jawa yang merasuk hingga ke kosakata intinya.[27]

Kalimat

Contoh Kalimat

Berikut ini merupakan beberapa contoh ungkapan kalimat dalam bahasa Palembang:

Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri[28]

  1. Maso tangan dak pacak salaman, mato dak biso saling jingok, mangko lewat pesen singkat ini tubu ngucapke Selamet ari rayo Idul Fitri 1441 Hijrah Minal Aidin Wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin.
  2. Dak sengajo tubu galak panesan, ado bae nan galak nyaketke ati. Sering nian tubu galak nyingung persaaan nan sering kito panesanke. Mohon Maaf Lahir dan Bhatin Selamet ari rayo idul fitri 1441 H.
  3. Mato galak salah jingok, molot galak salah berucap, ati galak salah sangko, dengen niat nan tolos dan suci tubu ngucapke mohon maaf lahir dan bhatin.
Palembang (Sari-Sari) Bahasa Indonesia Bahasa Melayu Minangkabau
Deklarasi Universal Pasal Hak Asasinyo Wong Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Perisytiharan Hak Asasi Manusia Sejagat Deklarasi Sadunia Hak-Hak Asasi Manusia
Pasal 1 Pasal 1 Perkara 1 Pasal 1
Wong tu dilaherke merdeka galo, jugo samo-samo ado martabat dengen hak galo. Wong-wong beroleh karunia akal dengen nurani, dan mestinyo besuo samo yang laen dengen caro wong bedulur. Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan Semua manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka mempunyai pemikiran dan hati nurani dan hendaklah bergaul antara satu sama lain dengan semangat persaudaraan. Sadonyo manusia dilahiakan mardeka dan punyo martabat sarato hak-hak nan samo. Mareka dikaruniai aka jo hati nurani, supayo satu samo lain bagaul sarupo urang badunsanak.

Referensi

  1. ^ a b Bahasa Palembang di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
  2. ^ "Pedoman Ejaan Bahasa Palembang". Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 
  3. ^ Trisman, Bambang; Amalia, Dora; Susilawati, Dyah (2007). Twilovita, Nursis, ed. Pedoman Ejaan Bahasa Palembang [Palembang Spelling System Guidelines]. Palembang: Balai Bahasa Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. OCLC 697282757. 
  4. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Palembang". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  5. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Palembang". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  6. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Palembang". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  7. ^ "Bahasa Palembang". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  8. ^ McDonnell 2016, hlm. 13.
  9. ^ Tadmor, Uri (16–17 June 2001). Language Contact and Historical Reconstruction: The Case of Palembang Malay. 5th International Symposium on Malay/Indonesian Linguistics. Leipzig. 
  10. ^ Trisman, Bambang; Amalia, Dora; Susilawati, Dyah (2007). Twilovita, Nursis, ed. Pedoman Ejaan Bahasa Palembang [Palembang Spelling System Guidelines]. Palembang: Balai Bahasa Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. OCLC 697282757. 
  11. ^ "Alquran dengan Terjemahan Bahasa Palembang". IDXchannel.com. 2022. 
  12. ^ "Al Quran terjemahan Bahasa Palembang dan Sunda". 2019. 
  13. ^ "Alquran Terjemahan Bahasa Palembang Hanya Dicetak 100 Eksemplar". liputan6.com. 2020. 
  14. ^ "UIN Raden Fatah Serahkan Alquran Terjemahan Bahasa Palembang ke Sumeks.co". sumeks.co. Sumatera Ekspres. 2022. 
  15. ^ "Alhamdulillah, Bahasa Palembang Jegho (Alus) Masuk Muatan Lokal Pada Sekolah Dasar Di Kota Palembang". Pustipd UIN Raden Fatah. 2021. 
  16. ^ Adelaar, K.A., "Where does Malay come from? Twenty years of discussions about homeland, migrations and classifications". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 160 (2004), No. 1, hlmn. 1-30
  17. ^ Adelaar 1992, hlm. 5-6.
  18. ^ Hanifah 1999, hlm. 1-38.
  19. ^ a b Marsden 1811, hlm. 562.
  20. ^ Dunggio 1983, hlm. 7-10.
  21. ^ Aliana 1987, hlm. 14.
  22. ^ Dunggio 1983, hlm. 21-22.
  23. ^ McDowell Anderbeck, hlm. 13–15.
  24. ^ "Alhamdulillah, Bahasa Palembang Jegho (Alus) Masuk Muatan Lokal Pada Sekolah Dasar Di Kota Palembang". Pustipd UIN Raden Fatah. 2021. 
  25. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 10–12.
  26. ^ Coedès, George (1968). Walter F. Vella, ed. The Indianized States of Southeast Asia. trans.Susan Brown Cowing. University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-0368-1. 
  27. ^ Tadmor, Uri (16–17 June 2001). Language Contact and Historical Reconstruction: The Case of Palembang. 5th International Symposium on Indonesian Linguistics. Leipzig. 
  28. ^ "Sebelas Ucapan Selamat Lebaran dalam Bahasa Palembang". SINDOnews.com. MNC Portal. 2020. 

Daftar pustaka

  •   Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang. Kerjasama Lembaga Bahasa dan Fakultas Keguruan Universitas Sriwijaya dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatra Selatan. 1978. 
  •   Arif, R. M. (1981). Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang. 74. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  •   Trisman, Bambang; Amalia, Dora; Susilawati, Dyah; Twilovita, Nursis (2007). Pedoman Ejaan Bahasa Palembang. Balai Bahasa Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 
  • Adelaar, K. Alexander (1992). Proto-Malayic: The reconstruction of its phonology and parts of its lexicon and morphology. Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University. ISBN 9780858834088. 
  • Anderbeck, Karl; McDowell, Jonathan (2020). The Malay Lects of Southern Sumatra. JSEALS Special Publication. 7. University of Hawai'i Press. hdl:10524/52466. 
  • Hanifah, Abu (1999). Undang-Undang Simbur Cahaya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 9794593869. 
  • Marsden, William (1811). History of Sumatra, Containing an Account of the Government (etc.). London: Longman. 
  • Dunggio, P.D. (1983). Struktur bahasa Palembang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • Aliana, Zainul Arifin (1987). Morfologi dan sintaksis bahasa Palembang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • McDonnell, Bradley James (2016). Symmetrical Voice Constructions in Besemah: A Usage-based Approach. Santa Barbara: University of California Santa Barbara. 

Pranala luar