Arema FC
Arema Football Club sebelumnya dikenal dengan nama Arema Cronous adalah sebuah klub sepak bola profesional yang berasal dari Malang, Jawa Timur, Indonesia. Arema berkompetisi di Liga 1 yang merupakan kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Arema juga dikenal dengan sebutan "Singo Edan" atau "The Mad Lions" dalam bahasa inggris.[1] Arema adalah kependekan dari Arek Malang (Orang Malang).
Nama lengkap | Arek Malang Football Club | |||
---|---|---|---|---|
Julukan | Singo Edan | |||
Berdiri | 11 Agustus 1987 | |||
Stadion | Stadion Kanjuruhan (Kapasitas: 42.000) | |||
Pemilik | PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia | |||
Presiden | Gilang Widya Pramana | |||
Manajer | Ali Rifki | |||
Pelatih | Eduardo Almeida | |||
Asisten Pelatih | Singgih Pitono Siswantoro | |||
Liga | Liga 1 | |||
2021–2022 | Peringkat 4 | |||
Situs web | Situs web resmi klub | |||
Kelompok suporter | Aremania | |||
| ||||
Musim ini |
Tim utama |
Tim putri |
Akademi Arema |
Arema didirikan pada tanggal 11 Agustus 1987 sebagai Arema Malang. Pada tahun 2009, Arema berganti nama menjadi Arema Indonesia.[2] Pada tahun 2013, Arema Indonesia berganti nama menjadi Arema Cronous FC untuk alasan sponsor.[butuh rujukan] Pada tahun 2017, Arema Cronous FC berganti nama menjadi Arema FC.[3]
Selama berlaga di Liga 1, Arema bermarkas di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang dan Stadion Gajayana, Kota Malang. Arema adalah tim sekota dari Arema Indonesia, Persema Malang, Persekam Metro, NZR Sumbersari, dan Malang United.
Sejak hadir di dunia sepak bola nasional, Arema telah menjadi kebanggan dari warga Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu) dan sekitarnya. Sebagai perwujudan dari simbol Arema, hampir di setiap sudut kota hingga gang-gang kecil terdapat patung dan gambar patung singa..[4] Kelompok suporter mereka dipanggil Aremania dan Aremanita (untuk pendukung wanita)
Sejarah tentang Arema
Nama Arema pada masa Kerajaan
Nama Arema adalah legenda Malang. Adalah Kidung Harsawijaya yang pertama kali mencatat nama tersebut, yaitu kisah tentang Patih Kebo Arema di kala Singosari diperintah Raja Kertanegara. Prestasi Kebo Arema gilang gemilang. Ia mematahkan pemberontakan Kelana Bhayangkara seperti ditulis dalam Kidung Panji Wijayakrama hingga seluruh pemberontak hancur seperti daun dimakan ulat. Demikian pula pemberontakan Cayaraja seperti ditulis dalam Kitab Negarakertagama. Kebo Arema pula yang menjadi penyangga politik ekspansif Kertanegara. Bersama Mahisa Anengah, Kebo Arema menaklukkan Kerajaan Pamalayu yang berpusat di Jambi. Kemudian bisa menguasai Selat Malaka. Sejarah heroik Kebo Arema memang tenggelam. Buku-buku sejarah hanya mencatat Kertanegara sebagai raja terbesar Singosari, yang pusat pemerintahannya dekat Kota Malang.
Nama Arema di dekade '80-an
Sampai akhirnya pada dekade 1980-an muncul kembali nama Arema. Tidak tahu persis, apakah nama itu menapak tilas dari kebesaran Kebo Arema. Yang pasti, Arema merupakan penunjuk sebuah komunitas asal Malang. Arema adalah akronim dari Arek Malang. Arema kemudian menjelma menjadi semacam "subkultur" dengan identitas, simbol dan karakter bagi masyarakat Malang. Diyakini, Arek Malang membangun reputasi dan eksistensinya di antaranya melalui musik rock dan olahraga. Selain tinju, sepak bola adalah olahraga yang menjadi jalan bagi arek Malang menunjukkan reputasinya. Sehingga kelahiran tim sepak bola Arema adalah sebuah keniscayaan.
Awal mula berdirinya PS Arema
Arema Football Club (Persatuan Sepak Bola Arema, nama resminya) lahir pada 11 Agustus 1987, dengan semangat mengembangkan persepak bolaan di Malang. Pada masa itu, tim asal Malang lainnya Persema Malang bagai sebuah magnet bagi Arek Malang. Stadion Gajayana – home base klub pemerintah itu – selalu disesaki penonton. Di mana posisi Arema waktu itu? Yang pasti, klub itu belum mengejawantah sebagai sebuah komunitas sepak bola. Ia masih jadi sebuah “utopia”.
Adalah Acub Zaenal mantan Gubernur Irian Jaya ke-3 dan mantan pengurus PSSI periode 80-an yang kali pertama punya andil menelurkan pemikiran membentuk klub Galatama di kota Malang setelah sebelumnya membangun klub Perkesa 78 bersama Dirk “Derek” Sutrisno (Alm), pendiri klub Armada ‘86.
Berkat hubungan baik antara Dirk dengan wartawan olahraga di Malang, khususnya sepak bola, SIWO PWI Malang mengusulkan diadakannya seminar untuk melihat "Sudah saatnyakah Kota Malang memiliki klub Galatama?" Ide itu disetujui. Dari situlah SIWO, yang saat itu diurus oleh Drs. Heruyogi (Ketua) dan Drs. Bambang Bes (Sekretaris SIWO) menggelar seminar di Balai Wartawan Jl. Raya Langsep Kota Malang. Temanya "Klub Galatama dan Kota Malang". Nara sumber yang dihadirkan antara lain; Bapak Acub Zainal (Administratur Galatama), Ketua Pengda PSSI Jatim, Komda PSSI Kota Malang, dan Dr. Ubud Salim, MA. Acara itu dibuka oleh Bapak Wali kota Malang Tom Uripan (Alm). Hasil seminar tersebut merekomendasikan bahwa: Kota Malang dinilai sudah layak memiliki sebuah klub Galatama yang professional.
Harus diakui, awal berdirinya Arema tidak lepas dari peran besar Bpk. Derek, pemilih klub lokal Armada '86. Sampai nama klub ini pun awalnya adalah Aremada, yaitu gabungan dari Armada dan Arema. Sedangkan Arema sudah merupakan nama komunitas warga Malang. Namun beberapa bulan kemudian nama Aremada diganti menjadi Arema '86. Sayang, upaya Pak Derek untuk mempertahankan klub Galatama Arema`86 banyak mengalami hambatan, bahkan tim yang diharapkan mampu berkiprah di kancah Galatama VIII itu mulai terhimpit kesulitan dana.
Dari sinilah, Acub Zaenal mengambil alih dan berusaha menyelamatkan Arema`86 untuk tetap survive. Setelah diambil-alih, nama Arema`86 akhirnya diubah menjadi PS. Arema Malang dan ditetapkan pula sebagai klub peserta Galatama. PS. Arema Malang diresmikan berdirinya pada 11 Agustus 1987 sesuai akta notaris Pramu Haryono SH No 58. Penetapan tanggal 11 Agustus 1987 itu, seperti air mengalir begitu saja, tidak berdasar penetapan (pilihan) secara khusus.
Karena berdirinya pada bulan Agustus itulah kemudian simbol Singo (Singa) muncul. Maksudnya, bulan Agustus itu sesuai horoscope identik dengan Zodiac Leo atau Singo.
Perjalanan Arema di Galatama
Di awal keikutsertaan Arema di Kompetisi Galatama, gerilya mencari pemain dilakukan satu bulan sebelum Arema resmi didirikan. Pemain-pemain yang direkrut pada athap pertama itu antara lain Maryanto (ex Persema), Jonathan (klub Satria Malang), Kusnadi Kamaludin (Armada), Mahdi Haris (Arseto), Jamrawi dan Yohanes Geohera (Mitra Surabaya), sampai kiper Dony Latupeirisa yang kala itu tengah menjalani skorsing PSSI. Pelatih sekualitas Sinyo Aliandoe juga bergabung. Kemudian muncul sebuah kendala yaitu mess pemain. Tetapi beruntung, Bandara Abdul Rachman Saleh membantu dan menyediakan barak prajurit Paskhas TNI AU untuk tempat menampung pemain. Selain barak, lapangan Pagas Abdurrahman Saleh juga dijadikan tempat berlatih. Praktis Maryanto Dkk ditampung di barak. TNI-AU memberikan andil besar pada berdirinya Arema.
Lagi-lagi kendala masalah dana, masalah utama yang kelak terus membelit Arema. Sepulang dari Jakarta, Acub Zaenal sepakat menjadi penyandang dana. Prestasi Arema bisa dibilang pasang surut, walaupun tak pernah menghuni papan bawah klasemen. Di setiap musim kompetisi Galatama, Arema tak pernah konstan di jajaran papan atas klasemen. Kendati demikian pada tahun 1992 Arema berhasil menjuarai kompetisi Galatama. saat itu penggawa pemainnya antara lain Aji Santoso, Mecky Tata, Singgih Pitono, Jamrawi, Jonathan, dengan pelatih M Basri, pelatih Timnas PSSI. Klub Arema mampu mewujudkan mimpi masyarakat Kota Malang menjadi juara kompetisi elit di Indonesia.
Perjalanan Arema di Ligina
Sejak mengikuti Liga Indonesia, Arema tercatat sudah tujuh kali masuk putaran kedua. Sekali ke babak 12 besar (1996/1997) dan enam kali masuk 8 besar (1999/2000, 2001, 2002, 2005, 2006 dan 2007). Walaupun berprestasi lumayan, Arema tidak pernah lepas dari masalah dana. Hampir setiap musim kompetisi masalah ini selalu menghantui sehingga tak heran hampir setiap musim, manajemen klub selalu berganti. Pada tahun 2003, Arema mengalami kesulitan keuangan parah yang berpengaruh pada prestasi tim. Hal tersebut kemudian membuat pengelolaan Arema diserahkan ke Bentoel (PT Bentoel Internasional Tbk) pada pertengahan musim kompetisi 2003. Namun pada akhirnya Arema degradasi ke Divisi I. Sejak dibenahi oleh PT Bentoel, prestasi Arema berhasil naik kembali; menjuarai Divisi 1 tahun 2004, kemudian juara Copa Indonesia tahun 2005 dan 2006, Arema U-18 juara Piala Soeratin tahun 2007. Tahun 2006 dan 2007 Arema dan Benny Dollo mendapat penghargaan dari Tabloid Bola sebagai tim dan Pelatih terbaik.
Perjalanan Arema di ISL
Pada Kompetisi Liga Super Indonesia ke-1 2008-2009 Arema berada di urutan ke-10. Dua bulan Setelah kompetisi usai, tepatnya 3 Agustus 2009 di Hotel Santika Malang pemilik klub Arema, PT Bentoel Investama, Tbk melepas Arema ke kumpulan orang-orang peduli terhadap Arema (konsorsium).[5] Pelepasan Arema ini adalah dampak dari penjualan saham mayoritas yang dimiliki PT Bentoel ke British American Tobacco (BAT). Sebelum itu sempat ada wacana untuk menggabungkan Arema dengan Persema Malang, namun Aremania tidak menyetujui wacana tersebut.
Pada musim kompetisi 2009/2010,Arema yang ditukangi oleh Robert Rene Alberts berhasil meraih gelar Juara Liga Super Indonesia dan Runner-up Piala Indonesia.
Legalitas
Pemilik
Secara hukum pemilik Arema adalah Yayasan Arema. Berdasarkan pengesahan SK Menkumham No. AHU-AH.01.06-317 pada tanggal 9 Mei 2012 atas akta Yayasan Arema yang dibuat oleh Notaris Nurul Rahadianti disebutkan bahwa pengurus Yayasan Arema adalah;[butuh rujukan]
- Pembina Yayasan: Darjoto Setyawan
- Ketua Yayasan: Muhammad Nur
- Bendahara: Rendra Kresna
- Sekretaris: Mujiono Mujito
- Pengawas Yayasan: Bambang Winarno.
Pada saat Arema dikelola oleh Bentoel, Badan Hukum yang digunakan adalah PT Arema Indonesia. Badan Hukum tersebut tetap digunakan oleh Yayasan Arema setelah Bentoel mengembalikan Arema kepada Yayasan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. Pada saat dikembalikan kepada Yayasan pada tahun 2009 tersebut, susunan Pemegang saham PT Arema Indonesia adalah Yayasan Arema sebesar 13 lembar saham (93%, mayoritas) dan Lucky Andriandana Zainal sebesar satu lembar saham (7%), yang diberikan sebagai penghormatan kepada beliau sebagai pendiri Arema. Direktur Utama PT Arema Indonesia adalah Iwan Budianto dan General Manager adalah Ruddy Widodo.[butuh rujukan]
Sejak 2015 Iwan Budianto membentuk badan hukum baru sebagai pengelola Arema FC akibat dari adanya larangan menggunakan PT Arema Indonesia dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) karena Arema FC bukan di bawah naungan PT Arema Indonesia . Badan Hukum baru yang digunakan dan didaftarkan oleh Arema sejak 2015 adalah PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (AABBI).
Pengelola
- Lucky Acub Zaenal (1987 - 2003)
- Lucky Acub Zaenal/H.M Mislan (1995 - 1996)
- PT Bentoel Investama, Tbk (2003 - 2009)
- PT Arema Indonesia (2009 - 2011)
- IPL: Grup Ancora (2011 - 2013)
- ISL: PT Arema Indonesia (2011 - 2015)
- PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (2015 - sekarang)
Perubahan nama dan logo
Arema sempat beberapa kali berganti nama:
- Arema Malang (1987 - 2009)
- Arema Indonesia (2009 - 2013)
- Arema Cronous FC (2013 - 2016)
- Arema FC (2017 - Sekarang)
Logo
-
Logo Arema Malang (1987-1995)
-
Logo Arema Malang (1996-2009) dan Arema Indonesia (2009-2013)
-
Logo Arema Cronous FC (2013-2016)
-
Logo Arema FC (2017 - sekarang)
Pengurus Klub
Manajemen
Jabatan | Nama |
---|---|
Presiden Direktur | Gilang Widya Pramana |
Manajer Umum | Ali Rifki |
Manajer Bisnis | Muhammad Yusrinal |
Manajer Legal | Eko Prasetyo |
Manajer Hubungan Internasional | Fuad Ardiansyah |
Media Officer | Sudarmadji |
Staff Pelatih Tim Senior
Posisi | Nama |
---|---|
Pelatih Kepala | Eduardo Almeida |
Asisten Pelatih | Singgih Pitono |
Asisten Pelatih | Kuncoro |
Asisten Pelatih | Siswantoro |
Pelatih Kiper | Felipe Martins Americo Goncalves |
Video Analis | FX Yanuar |
Pemain
Skuat terkini
- Per 12 April 2022.
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
|
|
Transfer
Transfer 2015-2016
Transfer 2017-2018
Transfer 2019
Transfer 2020
Transfer 2021–2022
Transfer 2022–2023
Prestasi
Prestasi Musim per Musim
Musim | Liga | Piala Indonesia | Kompetisi AFC | Top skor | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Divisi | Pld | M | D | K | GF | GA | Pts | Pos | Nama | Gol | ||||
1987-88 | Galatama | 26 | 10 | 10 | 6 | 33 | 20 | 40 | 6th | — | — | — | — | — |
1988-89 | Galatama | 34 | 14 | 8 | 12 | 33 | 32 | 36 | 8th | — | — | — | Mecky Tata | 18 |
1990 | Galatama | 34 | 15 | 11 | 8 | 31 | 26 | 41 | 4th | 8 besar | — | — | — | — |
1990-92 | Galatama | 37 | 18 | 11 | 8 | 54 | 29 | 47 | 4th | 2nd | — | — | Singgih Pitono | 21 |
1992-93 | Galatama | 32 | 18 | 9 | 5 | 53 | 22 | 45 | 1st | — | — | — | Singgih Pitono | 16 |
1993-94 | Galatama (Divisi Timur) | 28 | 5 | 17 | 6 | 19 | 23 | 27 | 6th | — | — | — | — | — |
1994-95 | Divisi Utama (Divisi Timur) | 16 | 7 | 4 | 5 | 21 | 21 | 25 | 7th | — | — | — | Singgih Pitono | 14 |
1995–96 | Divisi Utama (Divisi Timur) | 30 | 8 | 11 | 11 | 19 | 25 | 35 | 12th | — | — | — | — | — |
1996-97 | Divisi Utama (Barat) | 20 | 10 | 5 | 5 | 26 | 20 | 35 | 3rd | — | — | — | N/A | N/A |
Divisi Utama (2S Group C) | 3 | 1 | 0 | 2 | 4 | 5 | 3 | 3rd | ||||||
1997-98 | Divisi Utama (Divisi Timur) | 14 | 4 | 6 | 4 | 9 | 9 | 18 | Liga Berhenti | — | — | — | Pacho Rubio | 3 |
1998–99 | Divisi Utama (Divisi Tengah Grup C) | 10 | 4 | 3 | 3 | 10 | 6 | 15 | 3rd | — | — | — | Charis Yulianto | 3 |
1999-00 | Divisi Utama (Divisi Timur) | 26 | 14 | 5 | 7 | 31 | 18 | 47 | 2nd | — | — | — | Rodrigo Araya | 7 |
Divisi Utama (2S Group B) | 3 | 1 | 1 | 1 | 3 | 5 | 4 | 3rd | ||||||
2001 | Divisi Utama (Divisi Timur) | 25 | 14 | 4 | 7 | 29 | 23 | 46 | 3rd | — | — | — | Ahmad Junaedi | 14 |
Divisi Utama (2S Group B) | 3 | 0 | 0 | 3 | 2 | 9 | 0 | 4th | ||||||
2002 | Divisi Utama (Divisi Barat) | 22 | 11 | 5 | 6 | 31 | 25 | 38 | 2nd | — | — | — | Johan Prasetyo | 13 |
Divisi Utama (2S Group K) | 3 | 1 | 0 | 2 | 1 | 4 | 3 | 4th | ||||||
2003 | Divisi Utama | 38 | 11 | 11 | 16 | 38 | 39 | 44 | 17th | — | — | — | Charles Horik | 13 |
2004 | Divisi 1 (Wilayah Timur) | 22 | 16 | 3 | 3 | 37 | 8 | 51 | 1st | — | — | — | Junior Lima | 13 |
2005 | Divisi Utama (Divisi Barat) | 26 | 13 | 7 | 6 | 42 | 40 | 46 | 2nd | 1st | — | — | Emaleu Serge | 28 |
Divisi Utama (2S Group Timur) | 3 | 0 | 1 | 2 | 1 | 3 | 1 | 4th | ||||||
2006 | Divisi Utama (Divisi Barat) | 26 | 13 | 8 | 5 | 39 | 17 | 47 | 1st | 1st | — | — | Emaleu Serge | 19 |
Divisi Utama (2S Wilayah Barat) | 3 | 1 | 0 | 2 | 3 | 2 | 3 | 3rd | ||||||
2007 | Divisi Utama (Divisi Barat) | 34 | 15 | 12 | 7 | 45 | 28 | 57 | 4th | — | Liga Champions AFC | Babak Grup | Émile Mbamba | 13 |
Divisi Utama (2S Wilayah Barat) | 3 | 1 | 1 | 1 | 3 | 4 | 4 | 3rd | ||||||
2008-09 | Liga Super | 34 | 13 | 8 | 13 | 40 | 42 | 47 | 10th | — | — | — | Emaleu Serge | 6 |
2009-10 | Liga Super | 34 | 23 | 4 | 7 | 57 | 22 | 73 | 1st | 2nd | — | — | Noh Alam Shah | 16 |
2010-2011 | Liga Super | 28 | 15 | 7 | 6 | 52 | 25 | 52 | 2nd | — | Liga Champions AFC | Babak grup | Noh Alam Shah | 9 |
2011-12 | Liga Super | 34 | 10 | 8 | 16 | 45 | 51 | 38 | 12th | — | Piala AFC | Perempat final | Marcio Souza | 7 |
2013 | Liga Super | 34 | 21 | 6 | 7 | 70 | 33 | 69 | 2nd | — | — | — | Cristian Gonzáles | 19 |
2014 | Liga Super (Wilayah Barat) | 20 | 14 | 4 | 2 | 49 | 13 | 46 | 1st | — | Piala AFC | 16 besar | Gustavo López | 7 |
Liga Super (Grup I) | 6 | 3 | 2 | 1 | 14 | 7 | 11 | 2nd | ||||||
Liga Super (KO)4 | 1 | 0 | 0 | 1 | 1 | 3 | 2nd | |||||||
2015 | Liga Super5 | |||||||||||||
2016 | ISC A6 | 34 | 18 | 10 | 6 | 46 | 23 | 64 | 2nd | — | — | — | Cristian Gonzáles | 15 |
2017 | Liga 1 | 34 | 13 | 10 | 11 | 43 | 44 | 49 | 9th | — | — | — | Cristian Gonzáles | 9 |
2018 | Liga 1 | 34 | 14 | 8 | 12 | 60 | 48 | 40 | 5th | — | — | — | Makan Konaté | 13 |
2019 | Liga 1 | 34 | 13 | 7 | 14 | 59 | 62 | 46 | 9th | 16 Besar | — | — | Makan Konaté | 16 |
2020 | Liga 17 | 3 | 1 | 0 | 2 | 3 | 4 | 3 | Liga Berhenti | — | — | — | KH Yudo | 2 |
2021-22 | Liga 1 | 34 | 19 | 9 | 6 | 48 | 27 | 65 | 4th | — | — | — | Carlos Fortes | 20 |
Champion Runners-up 3rd place Promoted Relegated
Note:
^1 Putra Samarinda mundur; Semua pertandingan mereka dari babak kedua kejuaraan dibatalkan.
^2 Semua tim dalam grup ini masing-masing bermain 12 game, namun hasil yang tersisa tidak diketahui. Putra Samarinda lolos ke tahap kedua.
^3 Hasil yang tersisa tidak diketahui. Persisam Putra Samarinda tidak lolos ke tempat final maupun play-off ketiga. Tapi mereka dipromosikan.
^4 Putaran Knockout hanya statistik, tidak menghitung poinnya.
^5 Kompetisi dihentikan.
^6 Indonesia Soccer Championship A merupakan kompetisi tidak resmi menggantikan Indonesia Super League yang sempat ditangguhkan.
^7 Liga 1 2020-21 dihentikan karena terjadi pandemi Covid-19
Liga Nasional
- Galatama
- Juara (1): 1992-93
- Indonesia Super League
- Divisi Satu Liga Indonesia
- Juara (1): 2004
Piala Nasional
- Piala Galatama
- Runner-Up (1): 1992
- Piala Indonesia
Turnamen Nasional
- Piala Gubernur Jatim
- Trofeo Persija
- SCM Cup 2015
- Juara (1): 2015
- Piala Menpora
- Juara (1): 2013
- Soeratin Cup U-18
- Juara (1): 2007
- Inter Island Cup
- Juara (1): 2014
- Bali Island Cup
- Piala Bhayangkara
- Juara (2): 2016, 2017
- Indonesia Soccer Championship (ISC A)
- Runner-Up (1): 2016
- Piala Presiden
- Gojek Traveloka Liga 1 2017
- Peringkat 9:[6] 2017
- Gojek Liga 1 2018
- Peringkat 6: 2018
- Shopee Liga 1 2019
- Peringkat 9: 2019
Rekor Kemenangan-Kekalahan Terbesar
Menang
- (Tandang) 05-09-2014 Persijap FC (8-0)
- (Kandang) 19-06-2011 Bontang FC (8-0)[7]
- (Tandang) 02-10-2010 Bontang FC (5-0)[8]
Kalah
- (Tandang) 26-03-1997 Persebaya (1-6)
- (Kandang) 28-02-2009 Persipura (0-5)
- (Tandang) 26-01-2003 Persipura (0-6)
- (Tandang) 07-03-2011 Persipura (1-6)
Partisipasi di Liga
Galatama
|
Liga Indonesia
|
Liga Super Indonesia
|
Partisipasi di Level Asia
- Kejuaraan Klub Asia 1993–94 (tidak lolos ke babak 6 besar setelah kalah agregat 3-6 dari Thai Farmers Bank Thailand)
- Liga Champions AFC 2006 (dicoret karena PSSI LALAI mendaftarkan peserta AFC Champions League)
- Liga Champions AFC 2007 (gagal lolos dari babak penyisihan karena hanya menempati urutan ke-3)
- Liga Champions AFC 2011 (gagal lolos dari babak penyisihan karena hanya menempati urutan ke-4)
- Piala AFC 2012 (lolos ke perempat final, disingkirkan Al Ettifaq dari Arab Saudi dengan skor 2-0 [home] dan 2-0 [away])
- Piala AFC 2014 Babak 16 Besar
Musim | Kompetisi | Babak | Klub | Kandang | Tandang | |
---|---|---|---|---|---|---|
1993–94 | Asian Club Championship | Babak penyisihan | Quảng Nam Đà Nẵng | 1–0 | 2–1 | |
Babak pertama | Thai Farmers Bank | 2–2 | 1–4 | |||
2007 | AFC Champions League | Group | Kawasaki Frontale | 1–3 | 0–3 | |
Grup | Chunnam Dragons | 0–1 | 0–2 | |||
Grup | Bangkok University | 1–0 | 0–0 | |||
2011 | AFC Champions League | Grup | Cerezo Osaka | 0–4 | 1–2 | |
Grup | Jeonbuk Hyundai Motors | 0–4 | 0–6 | |||
Grup | Shandong Luneng | 1–1 | 0–5 | |||
2012 | AFC Cup | Grup | Ayeyawady United | 1–1 | 3–0 | |
Grup | Navibank Saigon | 6–2 | 1–3 | |||
Grup | Kelantan | 1–3 | 0–3 | |||
Babak 16 Besar | Kitchee | – | 2–0 | |||
Perempat final | Ettifaq | 0–2 | 0–2 | |||
2014 | AFC Cup | Grup | Selangor FA | 1–0 | 1–1 | |
Grup | Hanoi T&T | 1–3 | 1–2 | |||
Grup | Maziya | 3–2 | 3–1 | |||
Babak 16 Besar | Kitchee | 0-2 |
Pelatih
Nama | Kebangsaan | Tahun |
---|---|---|
Sinyo Aliandoe | 1987-1989 | |
Andi M. Teguh (Alm) | 1989-1992 | |
M Basri | 1992-1993, 2000 | |
Gusnul Yakin | 1993-94, 1995-96, 1997-98, 2003, 2008-09 | |
Halilintar Gunawan | 1994-1995 | |
Suharno | 1996-97 | |
Hamid Asnan (Alm) | 1998 | |
Winarto | 1998-1999 | |
Daniel Roekito | 2001-2002 | |
Terry Wetton | 2003 | |
Henk Wullems | 2003 | |
Benny Dollo | 2004 - 2006 | |
Miroslav Janů (Alm) | 2006 - 2007 | |
Bambang Nurdiansyah | 2008 (5 bulan) | |
Robert Rene Alberts | 2009 - 2010 | |
Miroslav Janů (Alm) | 2006-07, 2010-11 | |
Milomir Šešlija (IPL) | 2011-2012 (2 bulan) | |
Dejan Antonić (IPL) | 2011-2012 (5 bulan) | |
Wolfgang Pikal (ISL) | 2011 | |
Joko Susilo (ISL) | 2011 | |
Suharno (Alm) (ISL) | 2012 | |
Rahmad Darmawan | 2012 - 2013 | |
Suharno (Alm) | 2013 - 2015 | |
Joko Susilo | 2015 - 2017 | |
Milomir Šešlija | 2016 - 2017 | |
Aji Santoso | 2017 | |
Joko Susilo[9] | 2017 - 2018 | |
Milan Petrovic[10] | 2018 | |
Milomir Šešlija | 2019 | |
Mario Gómez | 2020 | |
Carlos Oliviera | 2020 | |
Eduardo Almeida | 2021 |
Pemain terkenal
Lokal
|
|
|
- Ridwan Tawainella (2018 - 2022)
- Aji Saka (2020 - 2022)