Lippo Karawaci
PT Lippo Karawaci Tbk (pertama kali didirikan sebagai PT Tunggal Reksakencana) didirikan pada tanggal 24 Oktober 1990 sebagai anak perusahaan Lippo Group. Pada tanggal 5 Januari 1993, Lippo Karawaci meresmikan pembangunan kota mandiri pertamanya Lippo Village tempatnya di kecamatan Curug dan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, yang terletak 30 km sebelah barat Jakarta. Pada tahun yang sama, Perseroan mulai mengembangkan Lippo Cikarang, sebuah kota mandiri dengan kawasan industri ringan yang terletak 40 km sebelah timur Jakarta. Selanjutnya Lippo Karawaci mengembangkan kota mandiri Tanjung Bunga di Makassar, Sulawesi Selatan pada tahun 1997.
Berkas:Menara Matahari - panoramio.jpg | |
Publik | |
Kode emiten | IDX: LPKR |
Industri | Properti |
Didirikan | 24 Oktober 1990 |
Pendiri | Mochtar Riady |
Kantor pusat | Lippo Village, Kabupaten Tangerang, Indonesia |
Tokoh kunci | Ketut Budi Wijaya (co-CEO) John Riady (co-CEO) |
Pendapatan | Rp 12.282 trillion (2018) |
Rp 847.5 billion (2018) | |
Rp 695.1 billion (2018) | |
Total aset | Rp 49.806 trillion (2018) |
Total ekuitas | Rp 25.47 trillion (2018) |
Situs web | Lippo karawaci |
Merger
Pada 15 Mei 2004,[1] Lippo Karawaci mengumumkan niatnya merger dengan 7 perusahaan sekaligus, yang bergerak di bidang hotel, rumah sakit, leisure, dan properti milik Lippo Grup lainnya untuk menciptakan perusahaan properti terpadu. Merger ini telah tuntas dilakukan pada 2 Agustus 2004,[2][3][4] dengan kepemilikan mayoritas tetap dipegang pemegang saham Lippo Karawaci (48,16%), seluruh perusahaan-perusahaan itu melebur ke Lippo Karawaci, tiga perusahaan publik delisting, dan anak usaha dari perusahaan-perusahaan yang dimerger menjadi milik Lippo Karawaci.[5] Dengan adanya merger, berarti memperluas portofolio bisnisnya sebagai salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia.[6] Kini, Lippo Karawaci mengembangkan portofolio usahanya mencakup Urban Development, Large Scale Integrated Development, Retail Malls, Hospitals, Hotels & Leisure serta Fee-based Income. Perusahaan-perusahaan yang dimerger, meliputi:
- PT Lippo Land Development Tbk
Perusahaan ini merupakan bisnis properti pertama yang dimiliki keluarga Riady. Lippo sendiri mengakuisisi perusahaan yang didirikan pada 20 Agustus 1983[5] oleh Hasjim Ning bersama tiga perusahaan Belanda, yaitu Inter Beton BV, DHV Beheer BV, dan BV Pabema, dengan proyek utamanya membangun gedung Centre Point (kini BeritaSatu Plaza, diresmikan pada 1986) pada pertengahan 1980-an.[7][8] Perusahaan yang awalnya bernama PT NIDEPA tersebut kemudian berganti nama menjadi PT Lippo Land Development Tbk pada 21 Agustus 1990 (kode emiten LPLD), dan pada 15 Juli 1991 masuk ke Bursa Efek Jakarta (BES) dan Surabaya (BES).[5] Tidak lama kemudian, perusahaan ini juga mengembangkan bisnis-bisnis lain seperti membangun Menara Sudirman[9] dan mengembangkan Lippo Village,[10] dengan pada 1994 mencapai 14 proyek.[11]
- PT Aryaduta Hotels Tbk
Didirikan pada 24 Juli 1969 dengan nama PT Hotel Prapatan,[5] bisnis perusahaan ini bergerak di bidang perhotelan dengan mendirikan Hotel Aryaduta Jakarta pada tahun 1971, mulai beroperasi pada Juni 1974, dan berkongsi dengan Hyatt pada 1976.[12] Masuk ke BEJ pada tahun 29 Februari 1984[5] dengan kode emiten HPSB, perusahaan ini awalnya dimiliki oleh keluarga tokoh pers B.M. Diah. Di era 1990-an, PT Hotel Prapatan sempat berencana membeli gedung apartemen pada 1995 (batal pada 1996) dan memperluas jaringan hotel serta restoran miliknya untuk meluaskan bisnisnya.[13][14] Pada tahun 1990-an perusahaan ini sempat dirumorkan akan diambil alih oleh Salim Group,[15] namun kemudian baru pada 1997 keluarga Diah melepas 40% sahamnya ke Grup Lippo.[16] Lippo masuk awalnya ke perusahaan itu dengan menggandeng Sumitro Djojohadikusumo pada 1996, ketika salah satu pemiliknya Endang Utari Mokodompit harus menjual sahamnya (dan Auric Pacific) ke tangan Lippo akibat harus menyelesaikan masalah kredit macet Bank Pacific.[17][18] Bagaimanapun, isu perubahan kepemilikan ini sempat menuai beberapa kali kontroversi.[19] Pada 30 Juni 2000, nama perusahaan menjadi PT Aryaduta Hotels Tbk.
- PT Siloam Health Care Tbk
Perusahaan ini dikenal awalnya sebagai PT Baligraha Medikatama yang didirikan oleh pemilik Bank Bali, Djaja Ramli bersama 12 dokter dengan skema patungan (50-50%) untuk para dokter tersebut dan Djaja. Didirikan pada 11 Maret 1988,[5] bisnis pertamanya (dan satu-satunya) adalah RS Graha Medika (kini Siloam Hospitals Kebon Jeruk) yang diresmikan pada 13 Agustus 1991.[20] Baligraha sendiri melepas sahamnya di BEJ pada 26 Desember 1997,[21] dan kemudian 28,42% sahamnya dipegang publik. Tidak lama kemudian, melalui sejumlah anak perusahaan dan skema, Grup Lippo tampil sebagai pengendali utama Baligraha.[21]
Lippo lalu menggabungkan perusahaan rumah sakit miliknya yang lain, yaitu PT Siloam Gleneagles Healthcare Tbk. Perusahaan ini adalah pengelola rumah sakit Siloam pertama di Indonesia, yang didirikan pada 1996 sebagai perusahaan rumah sakit patungan pertama antara asing dan lokal (60% Lippo dan 40% Parkway Hospitals) bernama RS Siloam Gleneagles yang berpusat di Lippo Karawaci, Tangerang. Perusahaan ini kemudian melepas sahamnya di BES pada tahun 1997,[22] sebesar 32% dari modalnya dengan harga penawaran Rp 2.950/lembar.[23] Sejak tahun 1998, Parkway melepas seluruh sahamnya dan Lippo menjadi pengendali penuh perusahaan ini.[24] Di tanggal 28 Maret 2000, Lippo lalu me-merger PT Siloam Gleneagles dengan PT Baligraha, dengan Baligraha sebagai perusahaan penerima penggabungan,[5] dan eks-pemegang saham Siloam Gleneagles menjadi pengendali PT Baligraha.[21] Merger yang sesungguhnya terjadi antara perusahaan induk dan anak usaha ini terjadi agar Siloam dapat mencatatkan sahamnya di BEJ (backdoor listing), setelah sebelumnya terpaksa terdaftar di BES akibat tidak memenuhi syarat,[25] dan Baligraha menjadi perusahaan yang menerima merger karena keuangannya lebih baik.[21] PT Baligraha Medikatama kemudian mengganti namanya menjadi PT Siloam Health Care Tbk, dengan aset RS Siloam Gleneagles Tangerang dan RS Graha Medika. Akan tetapi, dalam perkembangannya perusahaan ini cenderung selalu merugi.[21]
- PT Sumber Waluyo
Anak usaha PT Siloam Health Care ini didirikan pada 26 September 1996, dengan usahanya adalah mengoperasikan RS Budi Mulya Surabaya (kini RS Siloam Surabaya). Nama usahanya diubah dari awalnya PT Budi Mulya Surabaya menjadi PT Sumber Waluyo pada 27 Maret 2002.[5]
- PT Metropolitan Tatanugraha
Didirikan pada 6 Agustus 1992 sebagai usaha penanaman modal asing dengan nama PT Metropolitan Anugrah, namanya berganti menjadi PT Metropolitan Tatanugraha pada 12 November 1993. Bisnisnya adalah pengelolaan hotel Imperial Aryaduta Hotel Makassar (kini Hotel Aryaduta Makassar) sejak Juli 2003. Hotel ini sebelumnya dikelola oleh Sedona International Hotel Pte. Ltd. (Singapura) dengan nama Hotel Sedona Makassar, dari Januari 1997. Imperial Aryaduta sendiri didirikan pada 1995.[5]
- PT Kartika Abadi Sejahtera
Didirikan pada 22 Mei 2003, perusahaan ini merupakan induk dari Gowa Makassar Tourism Development Tbk.[5]
- PT Anggadipa Berkat Mulia
Didirikan pada 30 April 2002, Anggadipa memiliki anak usaha yang memiliki tanah di Puri Indah, Jakarta Barat.[5]
Beberapa anak perusahaan Lippo Karawaci
Properti (Lippo Homes)
- Lippo Village
- Lippo Cikarang
- Tanjung Bunga
- Holland Village Manado
- Royal Serpong Village
Superblok
- City of Tomorrow
- Kemang Village
- Holland Village Jakarta
- Millennium Village
- Orange County
- The St. Moritz Penthouses & Residences
Rumah Sakit
- Rumah Sakit Siloam (Lippo Village, Kebun Jeruk, Lippo Cikarang, Surabaya, Jambi, Balikpapan)
- Rumah Sakit Siloam MRCCC
- Semanggi Specialist Clinic
Pusat Perbelanjaan (Lippo Malls)
Hotel
Restoran
- Maxx
Taman Makam
Rujukan
- ^ 8 Perusahaan Grup Lippo Merger
- ^ LPKR ~ Lippo Karawaci Tbk.
- ^ KOMPAS 100 Coporate Marketing Cases
- ^ Informasi & peluang bisnis SWA sembada, Volume 21,Masalah 16-21
- ^ a b c d e f g h i j k Prospektus Merger 2004
- ^ Merupakan berita tentang perusahaan individu kegiatan
- ^ Jakarta Jakarta
- ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 7,Masalah 1-6
- ^ Top eksekutif Indonesia, Volume 2
- ^ Urban Land, Volume 53
- ^ Asiamoney, Volume 5,Masalah 1-5
- ^ Pendahuluan
- ^ JP/Hotel Prapatan's profits decline
- ^ Informasi, Volume 16,Masalah 183-186
- ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 4,Masalah 23-30
- ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 8,Masalah 41-49
- ^ Inside Indonesia, Masalah 46-52
- ^ Financial Fragility and Instability in Indonesia
- ^ Transparansi independensi pengawasan kejahatan pasar modal
- ^ BAHAN KULIAH
- ^ a b c d e PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI: Pendekatan Modul
- ^ Corporate Handbook, Singapore, Masalah 1
- ^ Financing Review: IFR., Masalah 1168-1171
- ^ Building Wealth through REITS (Expanded Edition)
- ^ JP/Investors' ownership in Baligraha to decline by 66%