Cacar monyet
Cacar monyet adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus cacar monyet pada sejumlah hewan, termasuk manusia.[1] Gejalanya dimulai dengan demam, sakit kepala, nyari otot, pembengkakan kelenjar getah bening, dan rasa lelah. Hal ini kemudian diikuti oleh munculnya ruam yang membentuk lepuh dan krusta pada kulit. Masa inkubasi antara paparan virus hingga timbulnya gejala klinis sekitar 10 hari. Gejala-gejala tersebut akan dialami penderita selama dua pekan.[2]
Cacar monyet | |
---|---|
Ruam kulit akibat cacar monyet pada anak perempuan berusia 4 tahun | |
Informasi umum | |
Spesialisasi | Penyakit menular |
Penyebab | Virus cacar monyet[1] |
Aspek klinis | |
Gejala dan tanda | Demam, sakit kepala, nyeri otot, ruam melepuh, pembengkakan kelenjar getah bening[2] |
Awal muncul | 5-21 hari setelah terpapar[2] |
Durasi | 2 sampai 4 minggu[2] |
Diagnosis | Deteksi DNA virus |
Kondisi serupa | Cacar air, Variola[3] |
Tata laksana | |
Pencegahan | Vaksin cacar[4] |
Pengobatan | Tecovirimat |
Distribusi dan frekuensi | |
Prevalensi | Langka[1] |
Kematian | kurang dari 1% (klad Afrika Barat),[5] hingga 10%[2] (klad Cekungan Kongo, tak diobati)[6] |
Seseorang dapat terinfeksi virus setelah digigit atau dicakar hewan, bersentuhan dengan daging atau cairan tubuh hewan liar terinfeksi, objek terkontaminasi, atau berada dalam jarak dekat dengan orang yang terinfeksi. Virus cacar monyet umumnya bersirkulasi di antara hewan pengerat.[7] Diagnosis ditegakkan dengan mendeteksi DNA virus dari sampel luka.[4] Tanda klinis penyakit ini mirip dengan cacar air.[3]
Vaksin cacar (variola) dapat mencegah infeksi dengan efektivitas 85%.[4][8] Pada tahun 2019, vaksin cacar monyet, Jynneos (juga dikenal sebagai Imvanex di Uni Eropa dan Imvamune di Kanada[9]), telah disetujui untuk diaplikasikan pada orang dewasa di Amerika Serikat.[10] Terapi standar yang digunakan saat ini adalah tecovirimat, antivirus yang secara khusus ditujukan untuk mengobati infeksi virus orthopox seperti cacar dan cacar monyet. Obat ini disetujui untuk mengobati cacar monyet di Uni Eropa dan Amerika Serikat. Cidofovir atau brincidofovir mungkin juga bermanfaat untuk penyakit ini.[3][11] Risiko kematian, jika tidak diobati, dilaporkan sebesar 10% hingga 11% untuk klad Cekungan Kongo (Afrika Tengah).[2][12][13]
Cacar monyet pertama kali diidentifikasi pada tahun 1958 di antara monyet laboratorium di Kopenhagen, Denmark.[14] Walaupun demikian, monyet bukanlah reservoir alami virus tersebut.[15] Kasus pertama pada manusia ditemukan pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.[14] Wabah cacar monyet yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2003 diduga berasal dari toko hewan peliharaan, tempat penjualan hewan pengerat yang diimpor dari Ghana.[4] Wabah cacar monyet tahun 2022 merupakan insiden pertama penularan masyarakat secara luas di luar Afrika, yang dimulai di Inggris pada Mei 2022, dengan kasus-kasus berikutnya dikonfirmasi di Eropa, Amerika Utara, Australia dan Israel.[16][17]
Epidemiologi
Kasus cacar monyet pertama kali ditemukan pada tahun 1970, yaitu di Republik Demokratik Kongo.[18] Lalu, pada tahun 1996 hingga 1997 wabah kedua penyakit ini terjadi lagi di Republik Demokratik Kongo.
Kasus cacar monyet pertama di luar benua Afrika ditemukan pada tahun 2003 di Amerika Serikat. Sebagian besar pasien ini diduga telah melakukan dengan anjing padang rumput peliharaan yang terinfeksi. Anjing ini teinfeksi oleh tikus Afrika yang diimpor ke Amerika Serikat.[19]
Pada 8 Mei 2019, seorang lelaki berusia 38 tahun yang baru saja kembali dari Nigeria, dirawat di bangsal isolasi National Centre for Infectious Diseases Singapura. Setelah dikonfirmasi sebagai kasus cacar monyet pertama di negara itu, alhasilnya, 22 orang terdekatnya telah dikarantina.[20]
Referensi
- ^ a b c "About Monkeypox". CDC (dalam bahasa Inggris). 11 May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2017. Diakses tanggal 15 October 2017.
- ^ a b c d e f "Signs and Symptoms Monkeypox". CDC (dalam bahasa Inggris). 11 May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2017. Diakses tanggal 15 October 2017.
- ^ a b c McCollum AM, Damon IK (January 2014). "Human monkeypox". Clinical Infectious Diseases. 58 (2): 260–267. doi:10.1093/cid/cit703 . PMID 24158414.
- ^ a b c d "2003 U.S. Outbreak Monkeypox". CDC (dalam bahasa Inggris). 11 May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2017. Diakses tanggal 15 October 2017.
- ^ Sklenovská N, Van Ranst M (September 2018). "Emergence of Monkeypox as the Most Important Orthopoxvirus Infection in Humans". Frontiers in Public Health. 6: 241. doi:10.3389/fpubh.2018.00241 . PMC 6131633 . PMID 30234087.
- ^ Osorio, J.E.; Yuill, T.M. (2008). "Zoonoses". Encyclopedia of Virology. hlm. 485–495. doi:10.1016/B978-012374410-4.00536-7. ISBN 9780123744104.
- ^ "Transmission Monkeypox". CDC (dalam bahasa Inggris). 11 May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2017. Diakses tanggal 15 October 2017.
- ^ "Treatment | Monkeypox | Poxvirus | CDC". www.cdc.gov (dalam bahasa Inggris). 2021-07-18. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-06-15. Diakses tanggal 2022-05-18.
- ^ "Smallpox Vaccine Supply & Strength". National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID). 26 September 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 October 2019. Diakses tanggal 16 October 2019.
- ^ "FDA approves first live, non-replicating vaccine to prevent smallpox and monkeypox". FDA (dalam bahasa Inggris). 24 September 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 October 2019. Diakses tanggal 27 September 2019.
- ^ "Treatment | Monkeypox | Poxvirus | CDC". www.cdc.gov (dalam bahasa Inggris). 28 December 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 June 2019. Diakses tanggal 11 October 2019.
- ^ Marriott KA, Parkinson CV, Morefield SI, Davenport R, Nichols R, Monath TP (January 2008). "Clonal vaccinia virus grown in cell culture fully protects monkeys from lethal monkeypox challenge". Vaccine. 26 (4): 581–588. doi:10.1016/j.vaccine.2007.10.063. PMID 18077063.
- ^ "Multi-country monkeypox outbreak in non-endemic countries". World Health Organization. Diakses tanggal 22 May 2022.
- ^ a b "Monkeypox". CDC (dalam bahasa Inggris). 11 May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2017. Diakses tanggal 15 October 2017.
- ^ https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/monkeypox
- ^ "Monkeypox cases investigated in Europe, the United States, Canada and Australia". BBC News. Diakses tanggal 20 May 2022.
- ^ Efrati, Ido. "Israel Confirms First Case of Monkeypox Virus". Haaretz (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 21 May 2022.
- ^ Ladnyj ID, Ziegler P, Kima E (1972). "A human infection caused by monkeypox virus in Basankusu Territory, Democratic Republic of the Congo". Bulletin of the World Health Organization. 46 (5): 593–7. PMC 2480792 . PMID 4340218.
- ^ "What You Should Know About Monkeypox" (PDF). Fact Sheet. Centers for disease control and prevention. 2003-06-12. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2008-06-25. Diakses tanggal 2008-03-21.
- ^ "News Scan for May 09, 2019, Singapore sees first monkeypox case — in Nigerian national". CIDRAP (dalam bahasa Inggris). Center for Infectious Disease Research and Policy, University of Minnesota. Diakses tanggal 10 May 2019.
Pranala luar
- CDC - Monkeypox Fact Sheet
- WHO - Monkeypox Fact Sheet
- Virology.net Picturebook: Monkeypox
- Could Monkeypox Take Over Where Smallpox Left Off? Smallpox may be gone, but its viral cousins—monkeypox and cowpox—are staging a comeback March 4, 2013 Scientific American
Klasifikasi |
---|