SoLaWi atau ist eine SoLaWi Kooperative (dalam Bahasa lain: Gaten Coop)[1] adalah sebuah kelompok yang terhimpun dalam sebuah koperasi yang bertujuan untuk menyukseskan perkebunan sayur organik di Jerman. SoLaWi sendiri merupakan akronim dari Solidarische Landwirtschaft. Kelompok SoLaWi berjumlah sekitar 300 orang, mereka berada di Kota Freiburg, Jerman. Meskipun berbasis di Freiburg, SoLaWi juga membuka lahan Perkebunan sendiri di Tunsel. Mereka saling bekerjasama dan berbagi untuk menanggung segala biaya dan risiko. Segala hasil panen, baik maupun buruk, akan didistribusikan secara merata kepada seluruh anggota. Mereka menekankan beberapa poin penting di dalam kelompoknya, yaitu kepemilikan bersama, kontribusi dalam bekerja, ekonomi solidaritas, organik total, 100% bibit asli, dan lain-lain.[2]

Awal Mula

SoLaWi didirikan oleh Luciano periode tahun 2000-an. Dia terinspirasi oleh gerakan La Via Campesina yang berisi tentang semangat kedaulatan pangan. Secara pribadi, Luciano juga pernah terlibat dalam gerakan-gerakan antiglobalisasi yang disebut dengan Southern Movements di Brasil, Meksiko, dan negara-negara Amerika Latin lainnya, serta India. Dalam aksi protesnya, dia sempat membuat camp-camp tertentu sebab protes yang ia pimpin berlangsung dalam jangka waktu cukup lama.[3] Ia dan teman-temanya bahkan ada yang dimasukan ke dalam penjara serta diliput berbagai media. Selain pengalaman-pengalaman tersebut, Luciano juga pernah mengenyam pendidikan di bidang Pertanian. Dia pernah belajar ilmu pertanian secara formal di sebuah perguruan tinggi di Belgia. Latar belakang pendidikan dan pengalaman pribadinya tersebut adalah dua hal utama yang mendorong Luciano mendirikan SoLaWi.[4]

Selain itu, Luciano juga memiliki pengalaman menghabiskan beberapa waktu di Kota Freiburg. Ia beranggapan bahwa kota itu sangat asri dan indah dengan populasi penduduk yang tidak terlalu padat. Terlebih lagi, Freiburg juga dikelilingi oleh alam yang indah seperti black forest dan lembah Sungai Rhein yang sangat subur berikut hawa, tanah, dan air yang bagus. Kota Freiburg memang menjadi benteng pertahanan awal untuk gerakan hijau (green movement). Gerakan itu dimaksudkan untuk protes atau melawan penanaman tenaga nuklir di sekitar kota tersebut. Freiburg juga dikenal sebagai kota hijau karena keunggulannya dalam mengelola transportasi, konservasi energy, pengelolaan limbah, dan konservasi lahan yang menjadikan Freiburg mampu berkontribusi pada pelestarian lingkungan melalui ekonomi hijau. Penjelasan tersebut membuat Luciano yakin bahwa Freiburg adalah kota yang layak untuk dijadikan sebagai awal lahirnya kelompok SoLaWi. Pengamatan Luciano terhadap kehijauan Kota Freiburg menjadikannya pilihan terbaik untuk membangun SoLaWi di sana.

Alasan-alasan lain yang mendasari Luciano membangun SoLaWi adalah karena banyaknya orang yang membeli produk-produk organik daripada yang mampu diproduksi petani. Selain itu, meskipun banyak pemuda-pemudi yang sudah memiliki keterampilan cukup dan keinginan kuat untuk berkebun sendiri, mereka masih mengalami kesulitan untuk mulai membangunnya. SoLaWi dengan demikian diyakini Luciano mampu mengakomodasi ketertarikan anak muda tersebut. Lebih dari itu, Luciano juga terinspirasi dengan pengelolaan koperasi CSA Les Jardins de Cocagne di Jenewa. Dia bersama rekan-rekannya pernah mengunjungi tempat itu pada tahun 2009. Luciano sangat terinspirasi bagaimana koperasi tersebut berjalan. Hal itu membuatnya termotivasi untuk membangun koperasi yang kurang lebih sama di Jerman.

Keanggotaan dan Partisipasi

Saat ini, SoLaWi memiliki kurang lebih anggota aktif. Komponen anggota SoLaWi berasal dari beragam profesi dan latar belakang, beberapa di antaranya merupakan pendatang dari Jerman dan kota luar Jerman. Secara garis besar, ada dua jenis keanggotaan, yaitu individu dan kolektif. Anggota kolektif akan membayar biaya keanggotaan sama rata sesuai dengan kesepakatan kelompok. Mereka umumnya menyukai aspek ekologis dan sosial yang dikerjakan oleh SoLaWi yang tidak hanya sebatas aktivitas memproduksi makanan atau sayuran organik yang sehat bagi tubuh.

Sementara untuk petani, ada 5 jenis petani professional yang bekerja di lahan SoLaWi. Mereka semua adalah petani organik yang masih muda, berusia sekitar 20-30 tahun. Mereka bertugas menghitung biaya produksi yang dibutuhkan karena mereka lah yang mengetahui persis segala proses produksi. Setelah itu, para petani akan mengumumkannya di forum kepala seluruh anggota lalu saling berbagi jumlah yang harus dihitung.[5]

Upah para petani pada dasarnya ditentukan oleh kedua belah pihak, petani sendiri dan anggota lain. Para petani akan menentukan terlebih dahulu jumlah upah yang ingin mereka peroleh. Kemudian, mereka akan menyampaikannya kepada forum. Form tersebut akan menyepakati apakah upah yang petani ajukan terlalu sedikit atau terlalu mahal.

Mengenai partisipasi, anggota SoLaWi berkewajiban untuk bekerja minimal 4 kali dalam setahun, yaitu pukul 08.00 sampai dengan pukul 13.00 atau 14.00 dan membantu mengantarkan hasil panen ke titik-titik distribusi yang telah ditentukan. Meskipun memiliki peraturan seperti tersebut, Luciano tidak pernah mengecek maupun menghakimi para petani yang tidak datang ke lahan. Mereka paham bahwa para petani juga memiliki kesibukannya masing-masing. Bagi Luciano, mengupah 5 petani professional sudah lebih dari cukup.

Prinip Dasar

SoLaWi memiliki sembilan prinsip dasar yang cenderung politis. Beberapa prinsip dasar tersebut adalah:

Garten Copp Freiburg mach mit: (SoLaWi Freiburg bekerja dengan):

- Nachhaltig: berlangsung lama, tahan lama

- Regional: regional

- Unkomerziell: tidak komersial

- Selbstorganiziert: pengelolaan mandiri

- Produzenten=konsumenten: produsen=konsumen

- Basisdemokratisch: demokrasi

- Sloidarisch: solidaritas

- Okoligisch: ekologis

- Skill sharing: berbagi keterampilan

Selain kesembilan prinsip dasar tersebut, kelompok SoLaWi juga menonjolkan dua nilai CSA (Community Supported Agriculture),[6] yaitu:

- The members take the responsibilities to cover all expenses: para angota bertanggung jawab terhadap segala pembiayaan

- All the produce is distributed within these members: semua hasil produksi didistribusikan kepada para anggota.

Di samping itu, secara acak, mereka juga menyebutkan apa yang menjadi cita-cita SoLaWi. Cita-cita kelompok ini tertuang dalam poin-poin sebagai berikut:

- Climate justice nad post-fossilism

- “Organic

- Food autonomy

- Solidarity and collective

- Regional and seasonal

- Self organized and grass root democratic

- Levely and personally

Lahan di Tunsel

Meskipun berbasis di Freiburg, SoLaWi juga membuka lahan perkebunan sendiri di Tunsel. Lahan perkebunan yang dibangun di Tunsel didasari oleh kesulitan yang dihadapi Luciano untuk menemukan lahan pertanian di dalam kota. Umumnya, lahan-lahan di Freiburg telah menjadi sasaran Agribisnis selama bertahun-tahun. Lahan-lahan tersebut juga telah digarap dengan sistem monokultur dengan komoditas utamanya berupa jagung, stroberi, asparagus, dan tembakau.

Tunsel dipilih karena selain masih banyak lahan subur yang berpotensi menjadi lahan perkebunan, lokasinya juga tidak terlalu jauh, yaitu sekitar 19 km dari pusat Kota freiburg. Apabila menggunakan transportasi umum, dapat ditempuh dengan melewati Bad Krozingen lalu lanjut 10 menit bersepeda atau naik bus sampai ke lokasi perkebunan. Secara administratif, Tunsel berada di Provinsi Baden-Wurttemberg.

Total luas lahan di Tunsel adalah 8 ha, namun baru ada 2 ha yang digarap. Lahan tersebut disewa oleh Luciano dari seorang mantan petani di Tunsel yang tertarik dengan prinsip dan nilai-nilai SoLaWi. Petani tersebut tidak hanya menyewakan lahan, melainkan juga infrastruktur pendukung lainnya. Ia ingin, lahan miliknya dikelola secara organik. Meskipun lahan tersebut masih berstatus sebagai lahan sewa, Luciano berencana untuk suatu saat membelinya dan menjadikannya properti kolektif dan lahan komunal.

Pemilihan Bibit

Dalam hal pemilihan bibit, SoLaWi terkesan sangat politis. Mereka mengatakan bahwa mereka memiliki keputusan politis untuk menggunakan bibit asli 100%. Bibit asli yang mereka maksud bukanlah bibit hibrida. Mereka tidak memilih bibit hibrida karena apabila mendukung kelompok tertentu yang secara rutin memproduksi bibit-bibit tersebut, maka mereka akan membuat kualitas generasi selenjutnya tidak sama baiknya. Bibit hibrida juga mengakibatkan ketergantungan terhadap perusahaan-perusahaan besar seperti Monsanto dan Syngenta. Para aktivis pertanian organik sangat menentang penggunaan bibit hibrida karena alasan lingkungan dan monopoli pasar yang merugikan petani-petani kecil.

SoLaWi menggunakan bibit non-hibrida yang diperoleh dari koperasi-koperasi dan perusahaan-perusahaan produsen bibit tersebut, mulai dari yang skalanya regional seperti Piluweri yang jaraknya 9 km dari lahan perkebunan di Tunsel, sampai yang level internasional seperti Sativa di Swiss dan Kokopelli di Prancis. Alasan mereka membeli bibit tersebut dari pihak lain adalah karena untuk memproduksi bibit asli sendiri sangat tidak mudah. Dibutuhan banyak tenaga, waktu, dan infrastruktur yang memadai. Sementara SoLaWi belum memiliki kapasitas untuk mengerjakan hal itu.

Referensi

  1. ^ Landwirtschaft, Netzwerk Solidarische. "Startseite :: Netzwerk Solidarische Landwirtschaft". www.solidarische-landwirtschaft.org (dalam bahasa Jerman). Diakses tanggal 2017-11-13. 
  2. ^ "Solidarische Landwirtschaft (SoLaWi) – ISWI 2017: 12th-21st of May". 2017.iswi.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-13. 
  3. ^ Brehm, Joan M., Eisenhauer, Brian W. 2008. Motivations for Participating in Community Supported Agriculture and Their Relationship with Community Attachment and Social Capital. Southern Rural Sociology 23 (1), 2008, Hal. 94-115
  4. ^ Fikri, Muhammad Arief Al. 2015. Ekonomi Solidaritas dalam Gerakan Sosial Baru: Pengalaman Garten Coop di Freiburg, Jerman. Skripsi. Program Studi Antropologi Universitas Gadjah Mada
  5. ^ Rivas, Jonathan. (2013). The Motivation of Gartencoop Members' to participate in Field Activities: The Grounded Theory Approach (tesis)
  6. ^ "Farm Blog". blueskyorganicfarms.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-13. Diakses tanggal 2017-11-13.