Gala

surat kabar harian Indonesia
Revisi sejak 30 November 2021 04.44 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: diseberang → di seberang (WP:BAHASA))

Harian Gala adalah surat kabar yang terbit di Bandung dan beredar di Jawa Barat. Koran diterbit PT Galamedia pertama kali pada 1966 setebal delapan halaman.

Pada masa itu Gala dikelola Pemimpin Umum Sjamsuyar Adnan, Redaksi Pelaksana Azhary Sulaiman, dan Redaktur Khusus H. Mahbub Djunaidi (bukan Mahbub Djunaidi pemimpin Duta Masyarakat). Mereka punya dua kantor, siang di Jalan Asia-Afrika Nomor 84 dan malam di Jalan Sumatera Nomor 10, Bandung.

Koran ini terbit dengan dua izin: Surat Izin Terbit No. 01428/Per-1/Sk Dirjen PG/SIT/73 tanggal 26 Agustus 1975 dan izin Panglima Komando Daerah Militer VI, Siliwangi, HR Darsono, bernomor Np/05-6/Kamda/B/Laksus Pangkomtatib Jawa Barat tertanggal 20 Januari 1974.

Tarif iklan harian ini sebagai berikut. Buat iklan umum/display harganya Rp 300 per milimeter. Iklan satu kolom Rp 150 per milimeter. Iklan mini Rp 200 per baris. Adapun iklan dukacita Rp 150 per milimeter.

Pada era 1975-an, ketika bioskop menjadi satu-satunya tempat hiburan umum, banyak bioskop di Bandung yang pasang iklan di Gala, seperti Nusantara, Elita Teathre, danPanti Budaya Aneka Teathre. Pemilik bioskop-bioskop itu pelanggan sekaligus pengiklan dominan di Gala.

Berapa rupiah yang berhasil dikail Gala dari para pemasang iklan itu? Pada edisi Kamis, 29 April 1976, bioskop Nusantara, misalnya, pernah memasang iklan display sebesar 4 kolom dengan panjang 184 milimetr untuk promosi film The French Conection yang dibintangi Gene Hackman. Jadi harian itu memperoleh pendapatan sebesar Rp 220.800. Adapun Elita Theatre memasang iklan sebesar 5 kolom x 184 mm yang seharga Rp 276.000 dan Aneka Theatre menambah 3 kolom x 277 mm seharga Rp 249.300.

Surya Paloh melalui PT Surya Persindo memberi asupan saham kepada Gala pada 1989. Akibatnya oplah koran ini naik menjadi 40.000 eksemplar. Tapi, tepat pada 4 Oktober 1999, Pikiran Rakyat membeli Gala dan mengganti namanya menjadi Galamedia. Perubahan ini disusul perubahan perusahaan dari PT Galamedia menjadi Galamedia Perkasa. Namun, para pendiri Gala, seperti Sjamsuyar Adnan, tetap memegang kemudi redaksi Galamedia.

Sejarah Gala

Gala merupakan koran kedua setelah Pikiran Rakyat yang sudah lebih 40 tahun tetap berkibar dan setia melayani pembacanya. Koran ini dirintis/didirikan oleh H. Syamsujar Adnan (Alm). Ada dua hal penting yang selalu dipesankan oleh pendirinya saat itu, "Koran yang baik adalah koran yang laku dijual dan banyak dibaca masyarakat" dan "Dalam kondisi apapun, Gala harus tetap hadir di masyarakat". Kedua pesan tersebut, menjadikan Harian Gala yang sekarang menjadi HU Galamedia, merupakan koran yang selalu hadir di masyarakat dan identik dengan korannya warga Bandung khususnya dan umumnya warga Jawa Barat. Koran yang tetap berkibar selama lebih 40 tahun di Indonesia, jumlahnya bisa dihitung oleh jari, karena memang tidak mudah untuk mempertahankan bisnis media, terutama tahun-tahun terakhir yang persaingan bisnisnya sudah menjurus pada upaya saling mematikan.

Redaksi koran ini pernah ngantor di Gedung Miramar Jln. Asia Afrika, kemudian pindah ke Jln. Rajawali dan kemudian memiliki kantor sendiri di Jln. Soekarno-Hatta, kurang lebih 1 km dari kantor redaksi HU. Pikiran Rakyat sekarang. Saat dibeli Surya Paloh sekitar tahun 1988-1989, kantor HU. Gala menempati gedung mentereng di Jln. Braga (Braga Plaza) tepat di seberang Hotel Braga/Sarinah. Sekarang kantor tersebut digunakan oleh Radio PR FM. Saat itu, Redaktur Exekutifnya antara lain Panda Nababan dan Derek Manangka, kemudian diteruskan antara lain oleh Tjetje Padmadinata, Achmad Fadillah dan Don Bosco Selamun. Saat itu wartawannya antara lain Yustnianus Ibik, Ging Ginanjar, Lea Pamungkas, Sony Farid Maulana, Aep S. Abdullah, Sutisna AM, H. Yayat Wiryadi, H. E. Ahmad Zall, Setia Permana (Alm), Ikin Sodikin, Idon Haryana (fotografer) dll.

Setelah kerjasama dengan PT. Surya Persindo Group (Perusahaannya Pak Surya Paloh) berakhir, beberapa orang redaksi Gala dulu ada yang berpindah ke Lampung kemudian mendirikan Lampung Post sepert Syamsul Bahri (Lian Nasution) dan Sobur Wadio. Selain itu, yang lainnya ada yang mengikuti ke induk perusahaan PT. Surya Persindo Group, seperti Edi Hidayat, Mathias Brahmana dll, termasuk mantan Redaktur Exekutif Don Bosco Selamun. Beberapa mantan wartawan Gala saat ngantor di Jalan Braga ada juga yang pindah ke media luar negeri antara lain Ging Ginanjar.

Referensi

  • "Gala: Jitu Mengail Pengiklan", Jurnal Nasional, 22 Agustus 2007
  • Galamedia