Muhammad Sudirman
Ailiu Da Costa atau lebih dikenal dengan nama Muhammad Sudirman (lahir 13 Agustus 1970) adalah seorang anggota milisi pro-integrasi Timor Timur dengan Indonesia. Ia berpindah agama ke agama Islam pada tahun 1987, saat itu di juga berganti nama menjadi Muhammad Sudirman. Setelah Timor Timur berpisah dari Republik Indonesia, Muhammad Sudirman memilih tinggal di Indonesia dan saat ini menetap di Desa Puncak Indah, Kabupaten Luwu Timur dan menjalani kesehariannya sebagai pekerja sosial di daerah pedalaman.[1]
Muhammad Sudirman | |
---|---|
Lahir | 13 Agustus 1970 Dili, Timor Portugis |
Kebangsaan | Indonesia |
Biografi
Muhammad Sudirman atau lebih akrab dipanggil Dirman merupakan anak ke enam dari sembilan bersaudara, ia menjalani masa kecinya di Dili, Timor Potugis dan merupakan saksi hidup ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste pada tanggal 7 Desember 1975, FRETILIN didampingi dengan ribuan rakyat mengungsi ke daerah pegunungan untuk untuk melawan tentara Indonesia.[2]
Pada saat Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia tahun 1976 sebagai provinsi ke-27, Gubernur Jendral Timor Portugis terakhir Mario Lemos Pires melarikan diri dari Dili maka terjadila perang saudara antara masayarakat pro Potugis dan masyarakat pro-integrasi dengan Indonesia. Portugal juga gagal dalam proses rekolonisasi di Timor Portugis dan selalu mengklaim Timor Portugis sebagai wilayahnya walaupun ia sudah meninggalkan daerah tersebut.. Suasana seperti ini membuat keluarga Muhammad Sudirman mendukung sepenuhnya integrasi dengan Indonesia.[3]
Pada usia 14 tahun, Muhammad Sudirman sudah bergabung dengan milisi pro-integrasi dan berjuang bersama rakyat Timor Timur di Sektor Tengah bagian yang dikuasi kelompok anti Purtugis..Selama kurang lebih 20 tahun, Muhammad Sudirman berjuang bersama dengan rakyat Timor Timur dan akhirnya ia harus kalah pada pelaksaan referendum tahun 1999
Setelah PBB menyatakan kemenangan di pihak masyarakat pro kemerdekaan Timor Timur, Muhammad Sudirman mengambil inisiatif untuk segera membawa sebagian pengungsi keluar dari Dili menuju ke Sulawesi Selatan. Ia kemudian bersama J. Mario Belougi, aktivis Indonesia asal Sulawesi Utara yang menjadi ketua relawan dari Pulau Sulawesi menjadi fasilitator untuk membawa sekitar 3.000 orang lebih pengungsi ke Makasar dan pemerintah menempatkan mereka di Desa Puncak Indah, Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur dan sejumlah daerah di Sulawesi Tenggara.[2]
Aktivitas
Pada tahun 2008, Muhammad Sudirman bergabung dengan para aktivis lingkungan dan menjadi Deputi hubungan luar negeri progran Indonesia Back to Nature yang dikelolah oleh Solidaritas Anak pedalaman Untuk Liingkungan dan Pendidikan (SAPULIDI) bersama dengan Rantemario Foundation. Selain itu, Muhammad Sudirman juga menjadi salah satu pemuka masyarakat di Luwu Timur dan menjalani kesehariaannya sebagai seorang aktivis sosial di daerah pedalaman.[4][5]
Lihat Pula
Pranala luar
- Muhammad Sudirman di Facebook
- (Indonesia) Muhammad Sudirman di Folap dikti Diarsipkan 2016-08-11 di Wayback Machine.
Referensi
- ^ Forlap.dikti.go.id "Kegiatan Muhammad Sudirman" Diarsipkan 2016-08-11 di Wayback Machine., Diakses tangga 16 Juni 2016
- ^ a b Edy Bau (Tribun Kupang, 20 September 2015) "Hidup Pengungsi Eks Timor Timur", Diakes tanggal 16 Juni 2016
- ^ Gloria E Barus "Proses Integrasi Nasional Warga Eks Pengungsi Timor ", http://etd.repository.ugm.ac.id. Diakses tanggal 18 Juni 2016
- ^ Mediakendari.con (14 Maret 2016) "Sulawesi Tenggara Realisasikan Indonesia Back to Nature", Diarsipkan 2016-05-29 di Wayback Machine. Diake tanggal 16 Juni 2016
- ^ Dishub Prov Jawa Barat (2016) "Kisah Anak Muda yang Berhasil Hijaukan Kembali Hutan Indonesia", Diarsipkan 2016-06-12 di Wayback Machine. Diakses tanggal 16 Juni 2016