Penghuni surga (Islam)

Revisi sejak 3 Desember 2022 11.31 oleh MUH. FATIH AMAR FAUZAN (bicara | kontrib) (Membuat halaman baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Dalam Islam, penghuni surga adalah para manusia yang akan memasuki dan menikmati segala kenikmatan di dalam surga. Kriteria manusia yang layak menghuni surga disebutkan oleh Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 82. Sementara pengisahannya disebutkan dalam Surah Al-A'raf ayat 43. Kenikmatan tertinggi bagi penghuni surga adalah melihat Allah secara langsung.

Kelayakan

Dalam Surah Al-Baqarah ayat 82, Allah menetapkan kriteria penghuni surga. Penghuni surga adalah orang-orang beriman yang mengerjakan kebajikan. Para penghuni surga ini akan kekal di dalam surga.[1]

Pengisahan

Memasuki surga

Ketika penghuni surga memasuki surga untuk pertama kalinya, mereka memuji Allah atas kenikmatan yang diberikan-Nya kepada mereka. Pujian ini disematkan atas nikmat Allah berupa petunjuk-Nya bagi manusia untuk mencapai surga. Kisah pemujian penghuni surga kepada Allah ini disebutkan dalam Surah Al-A'raf ayat 43.[2]

Kenikmatan yang diperoleh

Kemah-kemah

Para penghuni surga akan memperoleh kemahnya masing-masing. Bahan pembuatan kemah ini adalah permata yang berongga. Masing-masing kemah membentang sepanjang 60 mil.[3]

Istri dari bidadari

Bagi laki-laki penghuni surga disediakan istri-istri dari bidadari. Para istri ini tinggal di dalam kemah-kemah. Istri-istri mereka tidak saling melihat satu sama lain sehingga tidak ada keributan di dalam surga antara para istri ini.[3]

Kebun-kebun

Para penghuni surga juga memperoleh kebun yang isinya terbuat dari emas dan perak.[3]

Melihat Allah secara langsung

Melihat Allah secara langsung merupakan kenikmatan yang terbesar yang diterima oleh para penghuni surga. Tingkat kenikmatannya melebihi tingkat kenikmatan apapun yang disediakan di dalam surga. Para penghuni surga akan melihat Allah dengan sangat jelas. Kejelasannya melampaui kejelasan ketika manusia menatap bulan pada saat purnama maupun ketika menatap matahari pada hari yang cerah.[4]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Qamariyah, Ulfa (2015). Usman dan Alfrida, ed. Nama-Nama Surga dan Penghuninya. Semarang: Bengawan Ilmu. hlm. 2. ISBN 978-979-021-573-3. 
  2. ^ Al-Qaradhawi, Yusuf (2019). Artawijaya, ed. Tafsir Juz 'Amma. Diterjemahkan oleh Nurdin, Ali. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 6. ISBN 978-979-592-827-0. 
  3. ^ a b c Hadi 2021, hlm. 99.
  4. ^ Hadi 2021, hlm. 96.

Daftar pustaka