Perdamaian

keadaan yang harmonis dan tanpa permusuhan

Perdamaian adalah segala hal yang membahas mengenai pencapaian kesejahteraan hidup manusia melalui keadilan dan kondisi damai. Pemaknaan perdamaian ditentukan oleh sudut pandang manusia mengenai dunia. Perdamaian dapat dicapai oleh politikus untuk tujuan pencegahan konflik.

Damai membawa konotasi yang positif; hampir tidak ada orang yang menentang perdamaian; Perdamaian dunia merupakan tujuan utama dari kemanusiaan. Beberapa kelompok, berpandangan berbeda tentang apakah damai itu, bagaimana mencapai kedamaian, dan apakah perdamaian benar-benar mungkin terjadi.

Definisi

 
Burung merpati dan daun zaitun sering digunakan sebagai lambang perdamaian.

Damai memiliki banyak arti: arti kedamaian berubah sesuai dengan hubungannya dengan kalimat. Perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan perang, atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh. Damai dapat juga berarti sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat-tempat yang terpencil, mengizinkan untuk tidur atau meditasi. Damai dapat juga menggambarkan keadaan emosi dalam diri dan akhirnya damai juga dapat berarti kombinasi dari definisi-definisi di atas. Dalam arti luas, perdamaian adalah terciptanya keadilan dalam segala aspek kehidupan manusia yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan manusia. Aspek ini meliputi aspek ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan spiritual. Makna perdamaian didasarkan kepada pandangan manusia tentang dunia.[1]

Konsepsi damai setiap orang berbeda sesuai dengan budaya dan lingkungan. Orang dengan budaya berbeda kadang-kadang tidak setuju dengan arti dari kata tersebut, dan juga orang dalam suatu budaya tertentu.

Ketiadaan perang

Sebuah definisi yang sederhana dan sempit dari damai adalah ketiadaan perang. (bahasa Roma kuno untuk damai adalah Pax yang didefinisikan sebagai Absentia Belli, ketiadaan perang). Dengan definisi seperti ini, kita dapat menganggap Congo, Sudan, dan mungkin Korea Utara dalam keadaan damai karena mereka tidak sedang berperang dengan musuh dari luar.

Dan lagi, dengan definisi ini, kita sekarang tinggal pada zaman dunia damai, tanpa perang aktif antara negara-negara. Perawatan perdamaian yang lama antar negara merupakan kesuksesan besar dari PBB. Damai dapat terjadi secara sukarela, di mana peserta perang memilih untuk tidak masuk dalam keributan, atau dapat dipaksa, dengan menekan siapa yang menyebabkan gangguan.

Kenetralan yang kuat telah membuat Swiss terkenal sebagai sebuah negara yang mempertahankan perdamaian sejak lama. Swedia sekarang ini memiliki sejarah perdamaian yang berkelanjutan terlama. Sejak invasi 1814 Norwegia, Kerajaan Swedia tidak melakukan kekerasan gaya-militer.

Ketiadaan kekerasan dan Peperangan; Keberadaan keadilan

Membatasi konsep perdamaian hanya kepada ketiadaan perang internasional hanya menutupi genosida, terorisme, dan kekerasan lainnya yang terjadi dalam negara. Hanya sedikit yang menggambarkan genosida yang terjadi di Kongo pada 1890-an sebagai sebuah contoh damai. Beberapa, oleh karena itu, mendefinisikan 'damai' sebagai ketiadaan kekerasan: tidak hanya ketiadaan perang, tetapi juga ketiadaan setan (evil).

Dan banyak juga yang percaya bahwa perdamaian tidak hanya ketiadaan dari kejadian sosial yang tragis. Dari sudut pandang ini, perdamaian tidak hanya ketiadaan kekerasan tetapi juga kehadiran keadilan, seperti yang digambarkan oleh Martin Luther King, Jr.. Dalam konsepsi ini, sebuah masyarakat di mana suatu grup ditekan oleh grup lainnya juga merupakan ketiadaan kedamaian, karena penekanan ini juga merupakan bagian dari setan.

Perdamaian jamak

Beberapa pemikir perdamaian memilih membuat ide damai tunggal; dan mendorong ide banyak arti dari damai. Mereka berpikir tidak ada definisi tunggal yang benar tentang damai; damai, harus dilihat sebagai sesuatu yang jamak.

Contohnya, di Wilayah Danau Besar Afrika, kata damai adalah kindoki, yang menunjuk kepada keseimbangan yang harmonis antara manusia, dan dunia alam lainnya, dan juga kosmos. Pandangan ini lebih luas dari damai yang berarti "ketiadaan perang" atau bahkan "kehadiran keadilan".

Banyak pemikir yang sama juga mengkritik ide damai sebagai harapan dan yang akan terjadi pada suatu hari. Mereka mengenal damai tidak harus sesuatu yang manusia harus capai "suatu hari". Mereka menganggap bahwa damai hadir, bila kita menciptakan dan mengembangkannya dalam cara yang kecil dalam kehidupan sehari-hari, dan damai akan berubah secara terus menerus.

Damai dan tenang

 
Damai dan tenang — Danau Mapourika, Selandia Baru.

Dalam beberapa hubungan, damai dapat menunjuk secara umum ke keadaan tenang - ketiadaan gangguan atau godaan.

Bagi orang yang sering bepergian ke daerah terpencil sering kali memperhatikan perbedaan antara tingkat kebisingan antara kota dan desa; oleh karena itu muncul istilah 'damai dan tenang'.

Damai dalam diri

Satu arti dari damai menunjuk ke damai dalam diri; sebuah keadaan pikiran, badan, dan jiwa, yang dikatakan terjadi di dalam diri kita. Orang yang melakukan eksperimen dengan damai dalam diri mengatakan bahwa rasa ini tidak tergantung oleh waktu, orang, atau tempat, menekankan bahwa setiap individu dapat mengalami ketenangan dalam diri di dalam suatu peperangan.

Apakah kekerasan diperlukan?

Ada banyak pandangan yang menganggap apakah kekerasan dan perang dibutuhkan. Pengikut Jainisme, berusaha untuk tidak melakukan penderitaan bahkan kepada hewan dan pasifis seperti Anarkis Kristen melihat segala kekerasan sebagai penahanan-diri. Kelompok lainnya memiliki pendirian mereka sendiri yang bermacam-macam.

Contoh sejarah

Propaganda Sekutu menyebut Perang Besar di Eropa sebagai "perang untuk mengakhiri segala perang." Meskipun Sekutu menang perang, Perjanjian 'Damai' Versailles yang dihasilkan hanya meratakan jalan untuk Perang Dunia II yang lebih berdarah. Sebelum kemenangan Sekutu, Bolshevik menjanjikan rakyat Rusia "damai, tanah, dan roti". Meskipun mengakhiri perang melawan Blok Sentral yang membawa bencana, Vladimir Lenin menjagal jutaan rakyat untuk mengkonsolidasi kekuatannya, dan penggantinya Josef Stalin malah menyebabkan terjadinya horor pada penduduk Rusia. Kegagalan tersebut mencerminkan masalah menggunakan perang dalam usaha mencapai perdamaian .

Penganjur teori demokrasi damai mengklaim menegaskan adanya bukti empiris bahwa demokrasi (hampir) tidak pernah menimbulkan perang satu sama lain. Banyak bangsa yang menjadi demokratis sejak Revolusi Industri. Perdamaian dunia menjadi mungkin jika tren ini berlanjut.

Pencegahan konflik

Terjadinya konflik antar-umat beragama maupun antar-umat manusia dapat dicegah oleh para politikus. Pencegahan terjadinya konflik dapat dilakukan oleh politik dalam tingkat struktural maupun operasional.[2]

Pencipta perdamaian

Pencipta perdamaian adalah tokoh yang mengatasi kekerasan dan konflik yang dihadapi melalui kepemimpinan dan visi untuk mencapai perdamaian.

Penghargaan Perdamaian Nobel

Penghargaan Nobel Perdamaian dianugerahkan setiap tahun untuk tokoh terkemuka, umumnya pencipta perdamaian dan visioner yang telah mengatasi lingkaran setan kekerasan, konflik, atau penindasan melalui kepemimpinan moralnya, namun yang menimbulkan kontroversi, banyak mantan penghasut perang yang dipercaya membawa dunia mendekati akhir keadaan tersebut melalui pemberian istimewa dalam mencoba mencapai perdamaian.

Di bawah ini adalah sebagian daftar penerima Nobel Perdamaian yang dianggap kontroversial oleh sebagian pihak:

Kutipan

"Perdamaian yang sesungguhnya bukan semata-mata tidak ada ketegangan: melainkan adanya keadilan."
  • Dari Henry Timrod, dikenal sebagai Penyair Istana Konfederasi, yang menulis puisi yang bersemangat yang menyebabkan banyak pemuda yang mendaftarkan diri sebagai Tentara Konfederasi selama Perang Saudara Amerika. Namun, setelah menyaksikan horor perang, ia menulis doa untuk perdamaian yang amat pedih:
"Tidak semua kegelapan negeri dapat menyembunyikan mata dan tangan yang terangkat; maupun konflik yang berdentang harus berakhir, untuk membuat-Mu mendengar jerit kami demi perdamaian."

Referensi

  1. ^ Zainal, S., Yunus, S., dan Fadli (2019). Irawan, ed. Pendidikan Perdamaian: Model Pembelajaran, Tantangan dan Solusinya (PDF). Banda Aceh: Bandar Publishing. hlm. 1. ISBN 978-623-7499-29-9. 
  2. ^ Abdullah, A., dkk. (2010). Mustaqim, A., dan Ruswantoro, A., ed. Antologi Isu-Isu Global dalam Kajian Agama dan Filsafat (PDF). Bantul: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. hlm. 3. ISBN 978-602-8869-072. 

Pranala luar