Candi Klero

bangunan kuil di Indonesia

Candi Klero atau Candi Tengaran adalah candi bercorak Hindu yang terletak di Desa Ngentak Lor, Kelurahan Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Ketika pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1995,[1] candi ini dalam kondisi runtuh. Akan tetapi, sekarang reruntuhan tersebut berhasil dipugar menjadi sebuah bangunan candi oleh BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) daerah Provinsi Jawa Tengah yang sekarang berubah menjadi BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Jawa Tengah. Candi Klero disebut juga dengan nama Candi Tengaran oleh penduduk lokal. Penamaan Candi Klero atau Candi Tengaran ini berdasarkan lokasi candi tersebut ditemukan pada masa sekarang. Sekarang, Candi Klero terletak tidak jauh sekitar 500 meter[2] dari Jalan Raya Solo-Semarang. Dari segi keamanan, di sekeliling Candi Klero telah terpasang pagar tembok permanen.

Candi Klero.

Bentuk bangunan candi ini unik. Morfologi Candi Klero terdiri atas bagian kaki, bagian tubuh, dan bagian atap. Bagian kaki Candi Klero adalah teras berbentuk persegi berukuran 14 meter x 14 meter x 1,4 meter.[1][2] Pada bagian atas teras tersebut terdapat tonjolan-tonjolan yang mengitari bagian tubuh candi. Tonjolan tersebut diduga dahulu merupakan landas (umpak) yang berfungsi untuk menyangga tiang. Pengunjung dapat menaiki teras melalui anak tangga berhias makara yang tampaknya belum selesai dikerjakan. Pada salah satu sudut dinding teras, terdapat prasasti pendek beraksara Kawi atau Jawa Kuno dalam kondisi yang sudah aus.

Bagian tubuh Candi Klero memiliki satu bilik (grbagrha) yang di dalam nya terdapat sebuah yoni. Di bawah bagian cerat dari yoni Candi Klero terdapat ornamen seekor ular yang sedang menyunggi seekor kura-kura. Menurut informasi, sebuah arca Dewa Siwa juga ditemukan di Candi Klero.[2] Akan tetapi, arca Siwa tersebut sudah dipindahkan oleh kantor Dinas Purbakala dengan alasan faktor keamanan.

Kondisi

Candi ini terdiri satu bangunan candi utama tanpa ada candi pendamping atau candi perwara. Candi ini belum dikembangkan sebagai objek wisata seperti kawasan candi yang banyak di temukan di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Lokasi Candi Klero cukup tersembunyi dari jalan raya sehingga cukup wajar bila banyak orang tidak mengetahui bahwa di desa Klero ini terdapat sebuah candi.

Bangunan Candi Induk Klero mirip dengan Candi Sambisari namun tidak ada dinding yang mengelilinginya. Selain itu hanya terdapat satu candi induk tanpa ada candi perwara yang mendampinginya. Keberadaan candi induk tanpa perwara ini sulit mengindikasi bahwa candi tersebut merupakan candi Hindu karena patokan candi Hindu adalah candi induk dengan tiga buah perwara. Namun para berkesimpulan sementara bahwa Candi Klero merupakan Candi Hindu ditinjau dari keberadaan lingga dan yoni yang di temukan di dalam candi induk dan disekitar candi.

Pada dinding candi biasanya banyak terdapat relief dan arca, namun tidak tampak di candi Klero. Dinding Candi Klero hanya terlihat polos sebagai batu berukuran kotak yang disusun secara rapi. Bentuk candi yang sederhana ini dapat menjadi salah satu perkiraan bahwa umur candi cukup tua walaupun tidak ditemukan prasasti pembangunan candi di tempat ini.

Memasuki bagian dalam candi, terdapat lingga dan yoni yang berukuran cukup besar hampir memenuhi ruangan dalam candi. Bentuk dan ukurannya hampir mirip dengan lingga dan yoni yang terdapat di Candi Induk Sambisari. Di bagian sudut ruangan terdapat sesaji dan dibagian pintu masuk ruangan dalam candi diberi tirai dari bambu. Hal ini membuktikan Candi Klero masih digunakan sebagai tempat beribadah. Meninggalkan candi induk dan berjalan menuju pintu keluar, kami mendapati beberapa potongan batu dan sepasang lumpang dan alu.

   Mbah Lumpang Kentheng merupakan nama batu yang ditemukan berbentuk lumpang dan alu di samping candi. Lumpang dan alu tersebut terbuat dari batu andesit.

Pemugaran dan penataan candi ini sudah terbilang cukup baik, pagar pembatas dengan lahan persawahan sudah dibangun dan dibangun taman dibagian tepi candi. Selesai menikmati Candi Klero, kami meninggalkan tempat ini kembali ke kos yang dekat situs candi ini. Penataan situs candi sudah cukup baik, sayang belum dikembangkan sebagai objek wisata.

Bentuk Candi Klero kurang lebih menyerupai Candi Sambisari. Walau tanpa pagar candi. Bagian luar bilik utama dikelilingi oleh kotak-kotak. Dahulu kala kotak tersebut merupakan tempat menancapkan kayu. Untuk menjadi semacam pagar mungkin. Bilik utama menghadap ke arah barat, dan di dalamnya terdapat sebuah yoni tanpa lingga. Warga menyebut batu itu sebagai Mbah Lumpang Kentheng. Cukup menarik, mengingat baru sekali ini menjumpai ada alat pertanian ditemukan berdampingan dengan sebuah candi.

Candi Klero telah ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya yang dilindungi dengan

No. Induk Objek Benda:

OBPO2014102800016

utara: Desa Karangduren

timur: Desa Cukil dan Regunung

selatan: Desa Tengaran

Batas barat: Desa Butuh

Nomor registrasi Nasional

RNCB.20070326.02.000289

SK Penetapan

SK Menteri No. PM.24/PW.007/MKP/2007 26 Maret 2007

SK Menteri No. PM.57/PW.007/MKP/2010 22 Juni 2010

Yang ditetapkan di Jakarta dan ditandatangani oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik

Pemilik dan pengelola

BPCB Prov Jateng & Pemkab.Smg

Referensi

  1. ^ a b Sedyawati, Edi; Santiko, Hariani; Djafar, Hasan; Maulana, Ratnaesih; Ramelan, Wiwin Djuwita Sudjana; Ashari, Chaidir (2013). Candi Indonesia Seri Jawa. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 62–63. ISBN 978-602-17669-3-4. 
  2. ^ a b c "Candi Klero". Diakses tanggal 20 Oktober 2017. 

Pranala luar