Antipaus Benediktus XIII

Revisi sejak 27 November 2022 13.06 oleh Arya-Bot (bicara | kontrib) (Pranala luar: clean up, removed stub tag)

Benediktus XIII (25 November 1328 – 23 Mei 1423), dikenal dengan julukan el Papa Luna dalam bahasa Aragon dan Spanyol, adalah orang Aragon dan secara resmi dianggap oleh Gereja Katolik Roma sebagai seorang Antipaus.

Anti-Paus Benediktus XIII

Benediktus XIII ini berbeda dengan Paus Benediktus XIII dari Gereja Katolik Roma yang memerintah dari tanggal 27 Mei 1724 hingga 21 Februari 1730.

Masa Muda

Pedro Martínez de Luna lahir di Illueca, Aragon (bagian dari Spanyol sekarang) pada tahun 1328. Ia berasal dari Keluarga de Luna, yang merupakan kalangan bangsawan di Aragon. Ia belajar hukum di Universitas Montpellier, di mana ia memperoleh gelar Doktor dan kemudian menajar Hukum Kanon. Pengetahuannya atas Hukum Kanon, garis keturunan bangsawan dan gaya hidup yang bersahaja mendapatkan perhatian dari Paus Gregorius XI yang mengangkatnya sebagai Kardinal Rendah Santa Maria di Cosmedin pada tanggal 30 Desember 1375.

Pemilihan sebagai Paus Avignon

Pada tahun 1377 Pedro de Luna dan para kardinal lainnya kembali ke Roma dengan Paus Gregorius XI, yang telah diyakinkan oleh Katarina dari Siena untuk meninggalkan kedudukan tahta kepausannya di Avignon. Setelah wafatnya Paus Gregorius XI pada tanggal 27 Maret 1378 rakyat Roma takut kalau para kardinal akan memilih seorang paus dari Prancis dan mengembalikan tahta kepausan ke Avignon. Akibatnya, mereka menimbulkan huru-hara dan menyekap para kardinal, memaksa mereka untuk memilih paus dari Italia. Konklaf, sesuai dengan aturan yang berlaku dan bukan atas paksaan langsung tersebut, memilih Bartholomeo Prignani, Uskup Agung Bari, sebagai Paus Urbanus VI pada tanggal 9 April 1377, tetapi sayangnya Sri Paus yang baru terbukti sangat keras kepala dalam perihal sikap permusuhannya terhadap para kardinal. Beberapa kardinal kemudian melakukan pertemuan lagi di Fondi di bulan September 1378, dan menyatakan bahwa pemilihan paus sebelumnya tidak sah dan memilih Robert dari Geneva sebagai paus baru mereka, menandai dimulainya Skisma Barat. Robert menerima keputusan itu dan menjadi Klemens VII, serta pindah kembali ke Avignon.

De Luna, seorang pendukung Klemens VII sepanjang kepemimpinannya, terpilih secara bulat dalam sebiah konklaf yang dihadiri dua puluh empat kardinal di Avignon pada tanggal 28 September 1394, setelah wafatnya Klemens VII pada tanggal 16 September 1394. Konklaf ini terdiri atas sebelas kardinal Prancis, delapan kardinal Italia, empat kardinal Spanyol dan satu kardinal Savoy. Setelah wafatnya Paus Urbanus VI pada tahun 1389 Asosiasi Kardinal di Roma memilih Paus Bonifasius IX. Pemilihan Benediktus XIII ini meneruskan hidupnya Skisma Barat. Di awal masa kepemimpinannya, de Luna diterima sebagai Sri Paus oleh kerajaan-kerajaan Prancis, Skotlandia, Sisilia, Castile, Aragon, Navarre dan Portugal. Pada tahun 1396 Benediktus XIII mengirim Sanchez Muñoz, salah satu anggota Kuria Avignon yang paling setia, sebagai duta ke Uskup Valencia untuk meningkatkan dukungan atas Kepausan Avignon di Spanyol.

Namun, pada tahun 1398 Prancis menarik kembali persekutuan mereka dengan Kepausan Avignon. Benediktus XIII lantas ditinggalkan oleh tujuh belas kardinalnya, hanya tersisa lima kardinal yang masih setia kepadanya. Sebuah pasukan dibawah pimpinan Geoffrey Boucicaut, saudara seorang panglima yang banyak pengalaman sukses dalam pertempuran, menduduki Avignon dan memulai pengepungan istana kepausan pada tahun 1398, yang berakhir ketika Benediktus XIII berhasil melarikan diri dari Avignon pada tanggal 12 Maret 1403 dan mencari perlindungan di daerah yang dikuasai oleh Louis II dari Anjou. Pada tahap ini, kekuasaan Benediktus XIII sudah tidak lagi dikenal di Prancis, Portugal dan Navarre, tetapi ia masih dianggap sebagai Sri Paus di Skotlandia, Sisilia, Aragon dan Castile.

Setelah Sri Paus Roma Paus Innosensius VII wafat pada tahun 1406, Sri Paus yang baru, Paus Gregorius XII, memulai negosiasi dengan Benediktus XIII, menawarkan pilihan agar mereka berdua mengundurkan diri sehingga Sri Paus yang baru bisa terpilih untuk menyatukan kembali Gereja Katolik. Ketika pembicaraan ini berakhir di jalan buntu pada tahun 1408, Raja Prancis Charles VI menyatakan bahwa Prancis netral dalam urusan kepausan. Charles VI membantu mengadakan Konsili Pisa tahun 1409. Konsili ini semestinya mengatur cara bagi Paus Gregorius XII dan Benediktus XIII untuk mengundurkan diri bersama sehingga seorang paus baru yang diterima seluruh dunia bisa terpilih. Namun, semenjak Benediktus XIII dan Paus Gregorius XII menolak untuk turun tahta, satu-satunya hasil dalam konsili ini adalah kehadiran kandidat ketiga bagi Tahta Suci: Peter Philargi yang kemudian menjadi Aleksander V.

Sebagai bagian untuk meningkatkan dukungan atas tahta kepausannya yang semakin menurun, Benediktus XIII memulai Perseteruan Tortosa pada tahun 1413 yang berlangsung selama setahunan, yang menjadi perseteruan Kristen-Yahudi yang paling menonjol pada Abad Pertengahan.

Benediktus XIII juga dikenal atas keputusan-keputusannya yang menindas orang Yahudi. Hukum-hukum itu dibatalkan oleh Paus Martinus V setelah ia menerima utusan dari kaum Yahudi yang dikirim oleh sinode terkenal di mana orang-orang Yahudi berkumpul di Forlì pada tahun 1418.

Konsili Konstanz

Pada tahun 1415 Konsili Konstanz mengakhiri perseteruan mengenai siapa yang berhak atas Tahta Kepausan. Paus Gregorius XII dan Baldassare Cossa yang baru saja terpilih untuk meneruskan Philarhi sebagai calon paus dari Konsili Pisa pada tahun 1410 dan yang mengambil nama Yohanes XXIII, keduanya setuju untuk turun tahta. Benediktus XIII, di lain pihak, menolak untuk turun sehingga ia dinyatakan sebagai seorang pemecah-belah dan dikucilkan dari Gereja Katolik oleh Konsili Konstanz pada tanggal 27 Juli 1417. Benediktus XIII, yang pernah tinggal di Perpignan dari tahun 1408 hingga tahun 1417, lantas melarikan diri ke kastil di Peñiscola dekat Valencia di Spanyol. Ia masih menganggap dirinya Sri Paus yang resmi, tetapi hal ini kini hanya diterima di Kerajaan Aragon di mana ia dilindungi oleh Raja Alfonso V. Benediktus XIII tinggal di Peñiscola dari tahun 1417 hingga wafatnya pada tanggal 23 Mei 1423.

Suksesi

Sehari sebelum wafatnya, Benediktus XIII menunjuk empat kardinal yang terbukti setia untuk memastikan suksesi ke paus berikutnya yang setia pada garis kepemimpinan Avignon yang saat itu sudah bermasalah. Tiga kardinal ini bertemu pada tanggal 10 Juni 1423 dan memilih Sanchez Muñoz sebagai paus baru mereka, dengan Muñoz mengambil gelar kepausan Klemens VIII. Kardinal keempat, Jean Carrier, Diakon Agung Rodez dekat Toulouse, tidak hadir pada konklaf tersebut dan mempermasalahkan keabsahan konklaf tersebut. Carrier sendiri kemudian bertindak sebagai Asosiasi Kardinal seorang diri dan memilih Bernard Garnier, petugas gereja pengurus sakristi di Rodez, sebagai paus dengan Garnier mengambil gelar kepausan Benediktus XIV.

Lain-lain

Kastil di Peñiscola di mana Benediktus XIII tinggal dari tahun 1417 hingga wafatnya pada tahun 1423 diperbaiki, dan kemudian ditambah tembok-tembok baru pada tahun 1960 ketika film garapan Anthony Mann berjudul "El Cid" mengambil latar disana. Kota dan kastil Peñiscola memainkan peran sebagai Valencia. Kastil ini sekarang adalah salah satu tujuan wisata yang terkenal.

Buku "The Anti-pope (Peter de Luna, 1342-1423): A study in obstinacy" karya Alec Glasfurd, Roy Publishers, New York (1965) B0007IVH1Q adalah sebuah cerita fiksi atau imajinatif dari kehidupan Benediktus XIII.

Drama "Pluja seca" karya Jaume Cabré (2001) adalah sebuah drama yang berdasar pada wafat dan suksesi Benediktus XIII.

Istilah bahasa Spanyol "seguir en sus trece" (bertahan di angka tiga-belasnya), bermakna sebuah kelakuan keras kepala, merujuk pada kebandelan Benediktus XIII dan angka di belakang nama gelarnya.

Pranala luar

  • Philip Hughes, A History of the Church from Aquinas to Luther, (London, Sheed and Ward, third impression 1993).
  • Rev Joseph S. Brusher, Popes Through the Ages "The Great Schism"
  • Audio guide to the Papal Palace at Avignon in France.