R.T. Dipayudha IV.

Dalam tulisan Priyadi (2006), Mas Kadirman (nama kecil dari Dipayuda IV atau Dipayuda Banjarnegara) adalah putra Ngabehi Dipawidjaya yang menikah dengan putri Dipayuda II.

Dipawijaya (nama kecil Bagus Gugu ikut kakak ayahnya Patih Danureja I (Yudanegara III) di keraton Jogjakarta setelah pensiun dari dikenal sebagai Dipamenggala) adalah anak bungsu Dipayuda Seda Jenar, Ngabehi Karanglewas Purbalingga 1749-1751.

Dipayuda Seda Jenar atau Dipayuda I adalah putra Adipati Yudanegara II di Banyumas, meninggal saat perang Jenar/ perang Mangkubumen.

Ngabehi Dipadiwirya  seorang Demang di Ngayah-Adireja  juga adik Dipayuda IV selanjutnya diangkat menjadi Patih Banjar Watulembu. Dipadiwirya adalah ayah R.Arya Wiraatmadja (Patih Purwokerto).

Pada era Dipayudha IV ini Pusat Pemerintahan dipindahkan ke Selatan Sungai Serayu di daerah pesawahan yang cukup lebar (Banjar) dan di namakan  Banjarnegara (Banjar= sawah; Negara= kota).1 Dipayuda IV menjabat Bupati sampai tahun 1846 kemudian diangkatlah Raden Adipati Dipadiningrat sebagai penggantinya. Beliau dimakamkan di Makam Purbayasa, Desa Pucang Kecamatan Bawang Banjarnegara.

Dipadiningrat memerintah hingga pensiun tahun 1878, setelah itu digantikan oleh Mas Ngabehi Atmadipura Patih Kabupaten Purworejo yang setelah menjadi bupati di Banjarnegara bergelar Tumenggung Jayanegara I. Pada saat ia memerintah, pada tahun 1884 sistem irigasi modern pertama di bangun di Banjarnegara dan diberi nama irigasi Singamerta.

sumber:

1.         Priyadi S, Pradono RD, Abdulah IT. Tedhakan Serat Babad Banyumas: Suntingan Teks, Terjemahan dan Fungsi Geneologi dalam Kerangka Struktur naratif. BPPS-UGM 1995;8:483-94.

2.         Silsilah Keturunan. (Accessed at

3.         Priyadi S. Sejarah Trah Yudanegara Banyumas. Humaniora 2004;16:303-12.

4.         Armando R. Dari Kadipaten ke Karesidenan (Sejarah Perkembangan Pemerintahan Banyumas dari tahun 1800-1950) [Tinjauan Pustaka]. Denpasar: Universitas Udayana; 2012.

5.         Priyadi S. Konflik Sosial Masyarakat Perdesaan di Purbalingga dan Banyumas. Humaniora 2006;18:165 - 77.