Pestisida
Pestisida atau pembasmi hama (dari bahasa Inggris pesticide) adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu.[1] Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tetapi tak selalu, beracun.
Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Berdasarkan Konvensi Stockholm mengenai Polutan Organik Persisten, 9 dari 12 senyawa kimia organik berbahaya adalah pestisida.[2][3]
Sejarah
Sebelum tahun 2000 SM, manusia telah menggunakan pestisida untuk melindungi tanaman pertanian. Pestisida pertama berupa sulfur dalam bentuk unsur yang ditebarkan di atas lahan pertanian di Sumeria sekitar 4500 tahun yang lalu. Rig Veda yang berusia 4000 tahun menyebutkan penggunaan tanaman beracun untuk mengendalikan hama.[4] Sejak abad ke 15, senyawa berbahaya seperti arsenik, raksa, dan timbal diterapkan di lahan pertanian untuk membunuh hama. Pada abad ke 17, nikotin sulfat diekstraksi dari daun tembakau untuk dijadikan insektisida. Abad ke 19, piretrum dari bunga krisan dan rotenon dari akar sayuran mulai dikembangkan.[5] Hingga tahun 1950an, pestisida berbahan dasar arsenik masih dominan.[6] Paul Herman Müller menemukan DDT yang sangat efektif sebagai insektisida. Organoklorin menjadi dominan, tetapi segera digantikan oleh organofosfat dan karbamat pada tahun 1975 di negara maju. Senyawa piretrin menjadi insektisida dominan.[6] Herbisida berkembang dan mulai digunakan secara luas pada tahun 1960an dengan triazin dan senyawa berbasis nitrogen lainnya, asam karboksilat, dan glifosat.[6]
Pada tahun 1960an, ditemukan bahwa DDT menyebabkan berbagai burung pemakan ikan tidak bereproduksi, yang menjadi masalah serius bagi keanekaragaman hayati. Penggunaan DDT dalam pertanian kini dilarang dalam Konvensi Stockholm, tetapi masih digunakan di beberapa negara berkembang untuk mencegah malaria dan penyakit tropis lainnya dengan menyemportkannya ke dinding untuk mencegah kehadiran nyamuk.[7]
Definisi
Jenis pestisida | Sasaran |
---|---|
Herbisida | Gulma |
Arborisida | Semak dan Belukar |
Algisida atau Algasida | Alga |
Avisida | Burung |
Bakterisida | Bakteri |
Fungisida | Fungi |
Insektisida | Serangga |
Mitisida atau Akarisida | Tungau |
Molluskisida | Siput |
Nematisida | Nematoda |
Rodentisida | Rodent |
Virusida | Virus |
Larvisida | Ulat |
Silvisida | Pohon Hutan |
Ovisida | Telur |
Pisisida | Ikan Mujahir |
Termisida | Rayap |
Predasida | Predator atau Hewan Vertebrata |
FAO mendefinisi pestisida sebagai "zat atau campuran zat yang bertujuan untuk mencegah, membunuh, atau mengendalikan hama tertentu, termasuk vektor penyakit bagi manusia dan hewan, spesies tanaman atau hewan yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan kerusakan selama produksi, pemrosesan, penyimpanan, transportasi, atau pemasaran bahan pertanian (termasuk hasil hutan, hasil perikanan, dan hasil peternakan).Istilah ini juga mencakup zat yang mengendalikan pertumbuhan tanaman, merontokkan daun, mengeringkan tanaman, mencegah kerontokkan buah, dan sebagainya yang berguna untuk mengendalikan hama dan memitigasi efek dari keberadaan hama, baik sebelum maupun setelah panen."[8]
Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan target organisme yang menjadi sasarannya,[3][9] struktur senyawanya bahan bakunya (misal organik, inorganik, sintetis, biopestisida),[10] dan wujud fisiknya serta cara penerapannya (misal fumigasi pada pestisida berwujud gas).[10] Biopestisida mencakup pestisida mikrobiologi dan biokimia.[11] Pestisida berbahan dasar tumbuhan saat ini telah berkembang, yaitu piretrum, rotenon, nikotin, strychnine, dan scillirosida.[12]
Berbagai pestisida dapat dikelompokan menjadi famili senyawa kimianya. Famili senyawa kimia pestisida yang terkenal yaitu organoklorin, organofosfat, dan karbamat. Famili hidrokarbon organoklorin dapat dibagi menjadi diklorodifeniletana (DDT), senyawa siklodiena, dan lainnya. Organoklorin bekerja dengan mengganggu keseimbangan ion kalium-natrium di dalam jaringan saraf. Tingkat keracunan senyawa ini dapat bervariasi, tetapi seluruh senyawa organoklorin bersifat persisten dan dapat terakumulasi secara biologi.[12] Organofosfat dan karbamat telah menggantikan organoklorin. Keduanya menghambat kerja enzim asetilkolinesterase yang mengirimkan asetilkolin ke jaringan saraf, mampu menyebabkan kelumpuhan. Organofosfat secara umum beracun bagi vertebrata.[12]
Herbisida seperti fenoksi bekerja secara selektif dan hanya mengincar gulma berdaun lebar dan tidak mengincar rerumputan. Fenoksi dan asam benzoat berfungsi mirip seperti hormon pertumbuhan tanaman, dan menumbuhkan sel secara tidak terkendali, sehingga memaksa kerja sistem transportasi tanaman (floem dan xylem) dan merusaknya.[12] Triazin mengganggu fotosintesis.[12] Glifosat yang kini banyak digunakan, belum dikategorikan dalam famili senyawa herbisida manapun.
Pestisida juga dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme biologisnya dan metode penerapannya. Kebanyakan pestisida bekerja dengan meracuni hama.[13] Pestisida sistemik diserap oleh tanaman dan bergerak di dalam tanaman sehingga meracuni hama yang menghisap nutrisi tanaman. Insektisida dan fungisida bergerak melalui xylem. Insektisida sistemik dapat membahayakan serangga non target, bahkan serangga yang menguntungkan seperti lebah dan polinator lainnya, karena sinsektisida sistemik juga bergerak dari dalam tubuh tumbuhan ke bunga.
Pada tahun 2009, fungisida paldoksin diperkenalkan dan bekerja dengan memanfaatkan senyawa yang dilepaskan oleh tumbuhan, fitoaleksin. Secara alami, fungi melakukan detoksifikasi melawan fitoaleksin. Paldoksin menghambat enzim yang berperan dalam detoksifikasi tersebut. Fungisida ini dipercaya lebih aman.[14]
Pestisida juga bisa diklasifikasikan berdasarkan kemampuan terurainya (biodegradable dan persisten) yang dapat berlangsung selama beberapa detik hingga tahunan. DDT membutuhkan waktu tahunan untuk terurai di alam, dan akan terakumulasi dalam rantai makanan.[15]
Organofosfat
Pestisida organofosfat mempengaruhi sistem saraf dengan mengganggu enzim yang mengatur asetilkolin, zat penghantar sinyal saraf. Ditemukan pada awal abad ke 19, tetapi efeknya pada serangga dan manusia baru diketahui pada tahun 1932: organofosfat sama berbahayanya bagi serangga dan manusia. Beberapa sangat beracun dan digunakan di Perang Dunia II sebagai senjata. Namun biasanya tidak bersifat persisten di alam.
Karbamat
Sama seperti organofosfat, tetapi efeknya bersifat reversible dan dapat disembuhkan.
Organoklorin
Organoklorin bekerja dengan mengganggu keseimbangan ion kalium-natrium di dalam jaringan saraf. Organoklorin telah dilarang penggunaannya di berbagai negara karena membahayakan lingkungan dan kesehatan serta bersifat sangat persisten.
Piretroid
Dikembangkan sebagai versi sintetik dari senyawa alami piretrin yang ditemukan di bunga krisan. Namun senyawa piretroid sintetik berbahaya bagi kesehatan sistem saraf.
Sulfonilurea
Pestisida ini membunuh tanaman dengan menghambat enzim asetolaktat sintase.[16]
Biopestisida
Biopestisida dikembangkan dari bahan alami, dari hewan, tumbuhan, bakteri, dan bahan tambang mineral. Contohnya adalah minyak kanola dan baking soda memiliki kemampuan sebagai pestisida. Klasifikasi biopestisida yaitu:
- Biopestisida mikrob yang merupakan sekumpulan mikrob (bakteri, fungi, virus) sebagai bahan aktifnya. Biopestisida ini bersifat selektif dan mengincar target tertentu saja. Telah terdapat fungi yang didayagunakan sebagai penghambat pertumbuhan gulma tertentu. Beberapa jenis fungi juga menjadi parasit bagi serangga dan dapat digunakan untuk membunuh serangga tersebut.
- Bacillus thuringiensis adalah contoh bakteri biopestisida. Bakteri ini memproduksi protein yang membunuh larva serangga. Protein ini mengganggu saluran pencernaan sehingga menyebabkan larva serangga kelaparan.
- Tanaman juga dapat dimodifikasi secara genetika untuk menghasilkan senyawa yang mampu melindungi tanaman.
- Pestisida biokimia yang secara alami terdapat di alam dapat mengendalikan hama secara non-toksik. Contohnya adalah feromon yang mempengaruhi siklus perkembang biakan serangga sehingga rantai keturunan serangga terputus. Feromon juga bisa berfungsi sebagai pemikat serangga untuk menuju ke jebakan serangga.
Contoh pestisida lainnya yaitu:
Jenis | Efek |
---|---|
Atraktan | Menarik Serangga pada lokasi yang mendapat perlakuan |
Antifouling | Membunuh organisme yang menempel di badan kapal penangkap ikan |
Defoliant | Merontokkan daun (foliage: daun) |
Dessicant | Mengeringkan jaringan tumbuhan |
Disinfektan | Membunuh atau menon-aktifkan mikroorganisme penyebab penyakit |
Kemosterilan | Memandulkan Serangga atau Hewan Vertebrata |
Repellent | Menolak atau mencegah kehadiran serangga |
Sterilan Tanah | Pensterilasi Tanah dari Mikroorganisma dan organisma pengganggu lainnya |
Stimulan | Di gunakan sebagai Perangsang |
Inhibitor | Penghambat |
Pengawet Kayu | Misalnya Penta Kloro Phenol (PKP) |
Anti-feedan | Berkerja untuk menghalangi Hama makan, tetapi tetap tinggal sehingga mati kelaparan |
Pemanfaatan
Pestisida digunakan untuk mengendalikan keberadaan hama yang diyakini membahayakan.[17] Misal nyamuk yang dapat membawa berbagai penyakit mematikan seperti virus Nil Barat, demam kuning, dan malaria. Pestisida juga ditujukan kepada hewan yang mampu menyebabkan alergi seperti lebah, tawon, semut, dan sebagainya. Insektisida pun digunakan di peternakan dalam mencegah kehadiran serangga yang mampu menularkan penyakit dan menjadi parasit.[17] Pestisida pun digunakan dalam pengawetan makanan, seperti mencegah tumbuhnya jamur pada bahan pertanian dan mencegah serta membunuh tikus yang biasa memakan hasil pertanian yang disimpan. Herbisida juga digunakan dalam transportasi seperti membunuh gulma di pinggir jalan dan trotoar. Tumbuhan dan hewan invasif juga dapat ditanggulangi dan dicegah dengan pestisida. Herbisida dan algasida telah digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan alga dan tumbuhan air di perairan.[18] Hama seperti rayap dan jamur dapat merusak struktur bangunan yang terbuat dari kayu.[17]
Pestisida dapat menyelamatkan usaha pertanian dengan mencegah hilangnya hasil pertanian akibat serangga dan hama lainnya. Di Amerika Serikat, diperkirakan setiap dolar yang dikeluarkan untuk pestisida menyelamatkan empat dolar uang yang dapat hilang karena hama.[19] Studi lainnya menemukan bahwa tanpa penggunaan pestisida, hasil pertanian dapat turun sekitar 10%.[20] Studi lainnya yang dilakukan pada tahun 1999 menemukan bahwa pelarangan pestisida di Amerika Serikat dapat menyebabkan kenaikan harga pangan, hilangnya lapangan pekerjaan, dan meningkatnya penderita kelaparan.[21]
DDT yang disemprotkan di tembok rumah dapat melawan malaria dan digunakan pada tahun 1950an dan WHO mendukung hal tersebut.[22][22] Namun pada tahun 2007, sebuah studi mengkaitkan kanker payudara dengan paparan DDT pra-pubertas.[23] Gejala keracunan fatal juga dapat terjadi ketika DDT dan senyawa hidrokarbon berklorin masuk ke dalam saluran makanan manusia. Meski begitu, para ilmuwan memperkirakan DDR dan bahan kimia organofosfat lainnya telah menyelamatkan 7 juta jiwa sejak tahun 1945 dengan mencegah penyebaran penyakit malaria, wabah bubonik, tripanosomiasis afrika, dan typhus.[24] Meski demikian, penggunaan DDT tidak selalu efektif karena resistansi terhadap DDT telah ditemukan sejak tahun 1955, dan pada tahun 1972 19 spesies nyamuk dinyatakan telah tahan terhadap DDT.[25] Sebuah studi oleh WHO pada tahun 2000 di Vietnam menemukan bahwa pengendalian malaria tanpa DDT dapat lebih efektif dibandingkan DDT.[26]
Pada tahun 2006 dan 2007, dunia telah menggunakan setidaknya 5.2 miliar pon pestisida dengan herbisida merupakan porsi terbesar, mencapai 40%, diikuti insektisida 17%, dan fungisida 10%.[27] Pada tahun yang sama, Amerika Serikat menggunakan 1.1 miliar pon pestisida.[27] Saat ini terdapat 155 juta bahan aktif yang terdaftar sebagai pestisida[28] yang dapat digunakan bersama-sama untuk membentuk 20000 jenis produk pestisida.[29] Diperkirakan pasar ini akan mendapatkan keuntungan sebesar US$ 52 miliar pada tahun 2019.[30]
Alternatif
Berbagai metode dapat digunakan untuk mengendalikan hama, termasuk modifikasi metode budi daya, penggunaan pengendalian hama biologis seperti feromon dan protein mikrob, rekayasa genetika, dan metode penghalangan perkembang biakan serangga.[24] Penerapan kompos dari sampah kebun juga dapat digunakan untuk mengendalikan nematoda.[31] Metode ini menjadi semakin populer karena lebih aman dibandingkan penggunaan bahan kimia konvensional.
Modifikasi praktik budi daya mencakup praktik polikultur, rotasi tanaman, penanaman di lahan yang tidak dapat ditumbuhi hama, penanaman berdasarkan musim di mana hama tidak banyak muncul, dan penggunaan tanaman jebakan yang memikat hama dari tanaman yang diproduksi.[24] Penyiraman air panas juga sama efektifnya dengan pestisida dengan biaya yang sama dengan penyemprotan pestisida.[24]
Pelepasan organisme yang melawan hama juga dapat menjadi alternatif dari penanggulangan hama. Organisme tersebut adalah predator atau parasit dari hama target.[24]
Intervensi siklus reproduksi serangga dapat dicapai dengan sterilisasi serangga jantan sehingga betina tidak menghasilkan telur.[24] Metode ini pertama digunakan pada serangga Cochliomyia hominivorax pada tahun 1958.[32][33] Namun metode ini dapat memakan banyak biaya dan waktu, serta hanya efektif pada serangga jenis tertentu.[24]
Alternatif lainnya adalah perlakuan panas pada tanah (sterilisasi) menggunakan uap untuk membunuh hama yang hidup atau dorman di dalam tanah.
Efektivitas
Berbagai bukti menunjukan bahwa metode pengendalian hama alternatif memiliki efektivitas yang setara dengan pestisida kimia. Swedia telah mengurangi setengah pestisida berbahaya tanpa mengurangi hasil pertaniannya.[24] Di Indonesia, petani telah mengurangi pestisida pada sawah sebanyak 65% dan hanya mengalami penurunan prduksi 15%.[24] Di Florida penanaman jagung yang diikuti dengan penerapan kompos sampah kebun dengan rasio C/N yang tinggi dapat mengurangi parasit nematoda dan meningkatkan hasil produksi.[31]
Resistansi pestisida secara umum meningkat sehingga peningkatan penggunaan pestisida kimia cenderung tidak berarti. Pada tahun 1940an di Amerika Serikat, petani kehilangan 7% dari hasil pertanian akibat hama. Peningkatan penggunaan pestisida meningkat, tetapi pada tahun 1980an petani kehilangan 13% hasil pertanian akibat hama. Sejak tahun 1945, diperkirakan antara 500 hingga 1000 spesies serangga dan gulma telah mengembangkan ketahanan terhadap pestisida.[34]
Kerugian
Pestisida secara umum membawa kerugian bagi lingkungan dan kesehatan manusia.[35]
Bahaya bagi kesehatan
Pestisida dapat menyebabkan efek akut dan jangka panjang bagi pekerja pertanian yang terpapar.[36] Paparan pestisida dapat menyebabkan efek yang bervariasi, mulai dari iritasi pada kulit dan mata hingga efek yang lebih mematikan yang mempengaruhi kerja saraf, mengganggu sistem hormon reproduksi, dan menyebabkan kanker.[37] Sebuah studi pada tahun 2007 pada limfoma non-Hodgkin dan leukemia menunjukan hubungan positif dengan paparan pestisida.[38] Bukti yang kuat juga menunjukan bahwa dampak negatif dari paparan pestisida mencakup kerusakan saraf, kelainan bawaan, kematian janin, dan gangguan perkembangan sistem saraf.[39][40] American Medical Association merekomendasikan pembatasan paparan pestisida dan mulai menggunakan alternatif yang lebih aman.[10]
WHO dan UNEP memperkirakan bahwa setiap tahunnya 3 juta pekerja pertanian mengalami keracunan pestisida, dan 18000 diantaranya meninggal.[24] Dan kemungkinan 25 juta orang mengalami gejala keracunan pestisida ringan setiap tahunnya.[41] Bunuh diri dengan meracuni diri sendiri dengan pestisida merupakan cara bunuh diri paling populer ketiga di dunia.[42] Wanita pada usia kehamilan 8 minggu yang hidup dekat dengan ladang yang disemprot pestisida organoklorin jenis dikofol dan endosulfan memiliki kemungkinan mendapatkan anak yang lahir dalam kondisi autis.[43]
Efek bagi lingkungan
Penggunaan pestisida meningkatkan jumlah permasalahan pada lingkungan. Lebih dari 90% insektisida dan 95% herbisida yang disemprotkan menuju ke tempat yang bukan merupakan target.[24] Arus pestisida terjadi ketika pestisida yang tersuspensi di udara sebagai partikel terbawa oleh angin ke wilayah lain, sehingga berpotensi menimbulkan pencemaran. Pestisida merupakan masalah utama polusi air dan beberapa pestisida merupakan polutan organik persisten yang menyebabkan kontaminasi tanah.
Pestisida juga mengurangi keanekaragaman hayati pertanian di tanah sehingga mengurangi laju pengikatan nitrogen.[44] hilangnya polinator,[45][46][47][48] menghancurkan habitat (terutama habitat burung),[49] dan membahayakan satwa terancam.[24] Seiring waktu, spesies hama dapat mengembangkan ketahanan terhadap pestisida sehingga dibutuhkan penelitian untuk mengembangkan pestisida jenis baru.
Karena pestisida hidrokarbon terklorinasi larut di dalam jaringan lemak dan tidak diekskresikan, organisme yang terpapar akan mempertahankan senyawa tersebut sepanjang hidupnya. Akumulasi akan terjadi pada rantai makanan, di mana pestisida akan terkonsentrasi pada pemuncak rantai makanan. Di habitat laut, konsentrasi pestisida ada pada ikan karnivora, terutama ikan pemangsa burung dan mamalia.[50] Distilasi global adalah proses di mana pestisida yang menguap mengalir dari lingkungan yang lebih panas ke lingkungan yang lebih dingin, terutama kutub dan puncak gunung. Pestisida ini dapat terbawa oleh angin dan terkondensasi, kembali ke tanah sebagai hujan atau salju.[51]
Harm | Annual US Cost |
---|---|
Public Health | $1.1 billion |
Pesticide Resistance in Pest | $1.5 billion |
Crop Losses Caused by Pesticides | $1.4 billion |
Bird Losses due to Pesticides | $2.2 billion |
Groundwater Contamination | $2.0 billion |
Other Costs | $1.4 billion |
Total Costs | $9.6 billion |
Dalam mengurangi dampak negatif ini, pestisida diharapkan mampu terdegradasi atau setidaknya tidak menjadi aktif setelah masuk ke lingkungan di luar lahan target penyemprotan. Inaktivasi dapat dilakukan dengan mendayagunakan sifat kimia dari senyawa atau memanfaatkan proses yang terjadi di lingkungan.[52][53] Adsorpsi pestisida oleh tanah juga dapat menghambat pergerakan pestisida, tetapi membahayakan keanekaragaman hayati di dalam tanah.[54]
Keekonomian
Di Amerika Serikat, kerugian biaya akibat dampak pestisida bagi kesehatan dan lingkungan diperkirakan mencapai US$ 9.6 miliar.[55] Biaya tambahan mencakup proses registrasi dan pembelian pestisida. Proses registrasi zat atau produk pestisida baru membutuhkan waktu beberapa tahun hingga selesai karena membutuhkan lebih dari 70 jenis uji lapang dan memakan biaya sebesar US$ 50 - 70 juta untuk satu pestisida.[55]
Lihat pula
Referensi
- ^ US Environmental (July 24, 2007), What is a pesticide? epa.gov. Diakses 15 September 2007.
- ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-03-15. Diakses tanggal 2013-12-12.
- ^ a b Gilden RC, Huffling K, Sattler B (2010). "Pesticides and health risks". J Obstet Gynecol Neonatal Nurs. 39 (1): 103–10. doi:10.1111/j.1552-6909.2009.01092.x. PMID 20409108.
- ^ Rao GVR, Rupela OP, Rao VR and Reddy YVR (2007) "Role of biopesticides in crop protection: present status and future prospects"[pranala nonaktif permanen] Indian Journal of Plant Protection, 35 (1): 1–9.
- ^ Miller, GT (2002). Living in the Environment (12th Ed.). Belmont: Wadsworth/Thomson Learning. ISBN 0-534-37697-5
- ^ a b c Ritter SR. (2009). Pinpointing Trends In Pesticide Use In 1939. C&E News.
- ^ Lobe, J (Sept 16, 2006), "WHO urges DDT for malaria control Strategies," Diarsipkan 2006-10-17 di Wayback Machine. Inter Press Service, cited from Commondreams.org. Retrieved on September 15, 2007.
- ^ Food and Agriculture Organization of the United Nations (2002), International Code of Conduct on the Distribution and Use of Pesticides. Retrieved on 2007-10-25.
- ^ "www.chromatography-online.org". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-17.
- ^ a b c Council on Scientific Affairs, American Medical Association. (1997). Educational and Informational Strategies to Reduce Pesticide Risks. Preventive Medicine, Volume 26, Number 2
- ^ EPA. Types of Pesticides. Last updated on Thursday, January 29th, 2009.
- ^ a b c d e Kamrin MA. (1997). Pesticide Profiles: toxicity, environmental impact, and fate. CRC Press.
- ^ Cornell University. Toxicity of pesticides. Pesticide fact sheets and tutorial, module 4. Pesticide Safety Education Program. Diakses 2007-10-10.
- ^ EurekAlert. (2009). New 'green' pesticides are first to exploit plant defenses in battle of the fungi.
- ^ "Types of Pesticides". US Environmental Protection Agency. Diakses tanggal 20 February 2013.
- ^ "Nicosulfuron". EXTOXNET. Diakses tanggal 9 May 2013.[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b c The benefits of pesticides: A story worth telling Diarsipkan 2010-06-09 di Wayback Machine.. Purdue.edu. Diakses 15 September 2007.
- ^ Helfrich, LA, Weigmann, DL, Hipkins, P, and Stinson, ER (June 1996), Pesticides and aquatic animals: A guide to reducing impacts on aquatic systems Diarsipkan 2009-03-05 di Wayback Machine.. Virginia Cooperative Extension. Diakses 2007-10-14.
- ^ Kellogg RL, Nehring R, Grube A, Goss DW, and Plotkin S (February 2000), Environmental indicators of pesticide leaching and runoff from farm fields Diarsipkan 2002-06-18 di Wayback Machine.. United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service. Diakses 2007-10-03.
- ^ Kuniuki S (2001). Effects of organic fertilization and pesticide application on growth and yield of field-grown rice for 10 years Diarsipkan 2008-01-18 di Wayback Machine.. Japanese Journal of Crop Science Volume 70, Issue 4, Pages 530-540. Retrieved 2008-01-08.
- ^ Knutson, R.(1999). Economic Impact of Reduced Pesticide Use in the United States.Agricultural and Food Policy Center. Texas A&M University.
- ^ a b World Health Organization (September 15, 2006), WHO gives indoor use of DDT a clean bill of health for controlling malaria. Diakses 13 September 2007.
- ^ http://www.sustainableproduction.org/downloads/EnvandOccCausesofCancer-2007Update-DownloadVersion_000.pdf
- ^ a b c d e f g h i j k l Miller GT (2004), Sustaining the Earth, 6th edition. Thompson Learning, Inc. Pacific Grove, California. Chapter 9, Pages 211-216.
- ^ "PANNA: PAN Magazine: In Depth: DDT & Malaria". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-01-18. Diakses tanggal 2013-12-12.
- ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-03-14. Diakses tanggal 2013-12-12.
- ^ a b EPA Pesticide Industry Sales and Usage Report http://www.epa.gov/opp00001/pestsales/07pestsales/market_estimates2007.pdf
- ^ U.S. Environmental Protection Agency. http://www.ncbi.nlm.nih.gov.silk.library.umass.edu:2048/pubmed/18032337 Diarsipkan 2020-06-08 di Wayback Machine.
- ^ http://www.cdc.gov/niosh/topics/pesticides/
- ^ "Market Study: Crop Protection (UC-2805)". 2012. Diakses tanggal 2012-08-09.
- ^ a b R. McSorley and R. N. Gallaher, "Effect of Yard Waste Compost on Nematode Densities and Maize Yield", J Nematology, Vol. 2, No. 4S, pp. 655–660, Dec. 1996.
- ^ (July 2007), The biological control of pests Diarsipkan 2010-01-03 di Wayback Machine.. Diakses 17 September 2007.
- ^ SP-401 Skylab, Classroom in Space: Part III - Science Demonstrations, Chapter 17: Life Sciences. History.nasa.gov. Diakses 17 September 2007.
- ^ http://www.panna.org/issues/pesticides-101-primer#2
- ^ Fantke P, Friedrich R, Jolliet O (2012). "Health impact and damage cost assessment of pesticides in Europe". Environ Int. 49: 9–17. doi:10.1016/j.envint.2012.08.001. PMID 22940502.
- ^ U.S. Environmental Protection Agency (August 30, 2007), Pesticides: Health and Safety. National Assessment of the Worker Protection Workshop #3.
- ^ http://www.epa.gov/pesticides/health/human.htm
- ^ Bassil KL, Vakil C, Sanborn M, Cole DC, Kaur JS, Kerr KJ (2007). "Cancer health effects of pesticides: Systematic review". Can Fam Physician. 53 (10): 1704–11. PMC 2231435 . PMID 17934034.
- ^ Sanborn M, Kerr KJ, Sanin LH, Cole DC, Bassil KL, Vakil C (2007). "Non-cancer health effects of pesticides: Systematic review and implications for family doctors". Can Fam Physician. 53 (10): 1712–20. PMC 2231436 . PMID 17934035.
- ^ Jurewicz J, Hanke W (2008). "Prenatal and childhood exposure to pesticides and neurobehavioral development: review of epidemiological studies". Int J Occup Med Environ Health. 21 (2): 121–32. doi:10.2478/v10001-008-0014-z. PMID 18614459.
- ^ Jeyaratnam J (1990). "Acute pesticide poisoning: a major global health problem". World Health Stat Q. 43 (3): 139–44. PMID 2238694.
- ^ Gunnell D, Eddleston M, Phillips MR, Konradsen F (2007). "The global distribution of fatal pesticide self-poisoning: Systematic review". BMC Public Health. 7: 357. doi:10.1186/1471-2458-7-357. PMC 2262093 . PMID 18154668.
- ^ Roberts EM, English PB, Grether JK, Windham GC, Somberg L, Wolff C. Maternal residence near agricultural pesticide applications and autism spectrum disorders among children in the California Central Valley. Environ Health Perspect. 2007;115(10):1482–9. doi:10.1289/ehp.10168. PMID 17938740. PMC 2022638. Lay summary: EHP, 2007.
- ^ Rockets, Rusty (June 8, 2007), Down On The Farm? Yields, Nutrients And Soil Quality. Scienceagogo.com. Retrieved on September 15, 2007.
- ^ Hackenberg D (2007-03-14). "Letter from David Hackenberg to American growers from March 14, 2007". Plattform Imkerinnen — Austria. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-06-04. Diakses tanggal 2007-03-27.
- ^ Wells, M (March 11, 2007). "Vanishing bees threaten U.S. crops". www.bbc.co.uk. London: BBC News. Diakses tanggal 2007-09-19.
- ^ Haefeker, Walter (2000-08-12). "Betrayed and sold out – German bee monitoring". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-27. Diakses tanggal 2007-10-10.
- ^ Zeissloff, Eric (2001). "Schadet imidacloprid den bienen" (dalam bahasa German). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-03-20. Diakses tanggal 2007-10-10.
- ^ Palmer, WE, Bromley, PT, and Brandenburg, RL. Wildlife & pesticides - Peanuts. North Carolina Cooperative Extension Service. Retrieved on 2007-10-11.
- ^ Castro, Peter, and Michael E.Huber. Marine Biology. 8th. New York: McGraw-Hill Companies Inc., 2010. Print.
- ^ L. Quinn, Amie. "The impacts of agriculture and temperature on the physiological stress response in fish." Uleth. University of Lethbridge, n.d. Web. 20 Nov 2012.
- ^ Sims, G. K. and A.M. Cupples. 1999. Factors controlling degradation of pesticides in soil. Pesticide Science 55:598-601.
- ^ Sims, G. K. and L.E. Sommers. 1986. Biodegradation of pyridine derivatives in soil suspensions. Environmental Toxicology and Chemistry. 5:503-509.
- ^ Wolt, J. D., J.K. Smith, J.K. Sims, and D.O. Duebelbeis. 1996. Products and kinetics of cloramsulam-methyl aerobic soil metabolism. J. Agric. Food Chem. 44:324-332.
- ^ a b Pimentel, David. "Environmental and Economic Costs of the Application of Pesticides Primarily in the United States." Environment, Development and Sustainability 7 (2005): 229-252., [1]. Retrieved on February 25, 2011.
Bahan bacaan terkait
- Buku
- Greene, Stanley A.; Pohanish, Richard P. (editors) (2005). Sittig's Handbook of Pesticides and Agricultural Chemicals. SciTech Publishing, Inc. ISBN 0-8155-1516-2.
- Tomlin, Clive (editor) (2006). "The Pesticide Manual", 14th edition, 1350 pages. British Crop Protection Council (BCPC). ISBN 1-901396-14-2.
- Hamilton, Denis; Crossley, Stephen (editors) (2004). Pesticide residues in food and drinking water. J. Wiley. ISBN 0-471-48991-3.
- Hond, Frank; et al. (2003). Pesticides: problems, improvements, alternatives. Blackwell Science. ISBN 0-632-05659-2.
- Kegley, Susan E.; Wise, Laura J. (1998). Pesticides in fruits and vegetables. University Science Books. ISBN 0-935702-46-6.
- Levine, Marvin J. (2007). Pesticides: A Toxic Time Bomb in our Midst. Praeger Publishers. ISBN 978-0-275-99127-2.
- Ware, George W.; Whitacre, David M. (2004). Pesticide Book. Meister Publishing Co. ISBN 1-892829-11-8.
- Watson, David H. (editor) (2004). Pesticide, veterinary and other residues in food. Woodhead Publishing. ISBN 1-85573-734-5.
- Darmansyah, Iwan, dan Ariani Setiawati (1982). Pedoman Pengobatan Keracunan Pestisida. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Bagian Farmakologi, tanpa penerbit.
- Jurnal
- Walter A. Alarcon; et al. (2005). "Acute Illnesses Associated With Pesticide Exposure at Schools". Journal of the American Medical Association. 294 (4): 455–465. doi:10.1001/jama.294.4.455. PMID 16046652.
- World Health Organization Persistent Organic Pollutants: Impact on Child Health
- Berita
- Janofsky, M (August 4, 2006). "E.P.A. recommends limits on thousands of uses of pesticides". New York Times. Diakses tanggal 2006-08-24.
- Janofsky, M (2006-08-02). "Unions say E.P.A. bends to political pressure". New York Times. Diakses tanggal 2007-10-10.
- Kaiser, J (2005). "Endocrine disrupters trigger fertility problems in multiple generations". Science. 308 (5727): 1391–1392. doi:10.1126/science.308.5727.1391a. PMID 15933166.
- Kaiser, J (2005). "House would foil human pesticide studies". Science. 308 (5726): 1234. doi:10.1126/science.308.5726.1234b. PMID 15919959.
- Webster, P (Dec 2004). "Study finds heavy contamination across vast Russian Arctic". Science. 306 (5703): 1875. doi:10.1126/science.306.5703.1875a. PMID 15591171.
- Stokstad, E (Nov 2004). "EPA criticized for study of child pesticide exposure". Science. 306 (5698): 961. doi:10.1126/science.306.5698.961. PMID 15528421.
- Helmuth, L (Nov 2000). "Pesticide causes Parkinson's in rats". Science. 290 (5494): 1068. doi:10.1126/science.290.5494.1068a. PMID 11184997.
- Adam, D (Nov 2000). "Pesticide use linked to Parkinson's disease". Nature. 408 (6809): 125. doi:10.1038/35041740. PMID 11089940.
Pranala luar
- National Pesticide Information Center (NPIC) Information about pesticide-related topics.
- Pesticide laws guidance on NetRegs.gov.uk
- Pesticide Modes of action (International Pesticide Application Research Centre)
- Beyond Pesticides, founded in 1981 as the National Coalition Against the Misuse of Pesticides - Source of information on pesticide hazards, least-toxic practices and products, and on pesticide issues. Website has Daily News Blog relating to pesticides.
- Compendium of Pesticide Common Names: Classified Lists of Pesticides Lists of pesticide names by type.
- Pesticide Action Network. PAN Pesticides Database. Compilation of multiple regulatory databases into a web-accessible form.
- Pesticide pathfinder Information about pesticide use in the workplace and links to U.S regulatory information.
- USDA Pesticide Data Program, tracking residue levels in food
- Snell Scientifics Pesticide Development Lab General Pesticide Development Information
- Lembaga pengatur penggunaan pestisida
- [2] College voor toelating bestrijdingsmiddelen en biociden. Regulatory authority in the Netherlands - information available in English
- UK Pesticides Safety Directorate
- European Commission pesticide information
- Lake Ontario Waterkeeper[pranala nonaktif permanen] (May 21, 2008) -- Pesticide legislation suggests industry lobby is still alive and well
- United States Environmental Protection Agency Office of Pesticides Program
- US EPA Pesticide Chemical Search
- Kesehatan manusia
- NIH encyclopedia pages with emergency treatment of Insecticide exposure
- Durango Software Diarsipkan 2018-12-15 di Wayback Machine. - Provides risk assessment tools for pesticide use
- Environmental Working Group (July 14, 2005), The Pollution in Newborns Diarsipkan 2009-01-31 di Wayback Machine..
- Hazard Communications for Agricultural Workers (October 2007)
- National Agricultural Workers Survey
- Pesticides and Health -- Greenpeace China Diarsipkan 2010-08-22 di Wayback Machine.
- David Suzuki Foundation: Protecting Your Health from Pesticides Diarsipkan 2011-08-18 di Wayback Machine.
- Estimation of human intake of pesticides from all potential pathways by L Tran, R Glass, P Ritchie, A Sleeuwenhoek, L MacCalman, J Cherrie. Institute of Occupational Medicine Research Report TM/08/01
- Field evaluation of protective clothing against non-agricultural pesticides Diarsipkan 2012-07-23 di Wayback Machine. by A Soutar and others. Institute of Occupational Medicine Research Report TM/00/04
- A comparison of different methods for assessment of dermal exposure to nonagricultural pesticides in three sectors Diarsipkan 2012-07-23 di Wayback Machine. by SN Tannahill and others. Institute of Occupational Medicine Research Report TM/96/07