Suku Damal
Damal atau Damalme (terj. har., orang Damal) adalah suatu kelompok etnis atau suku bangsa yang berasal dari wilayah pegunungan daerah Nabire di Provinsi Papua Tengah, Indonesia. Bahasa Damal adalah media komunikasi antara sesama etnis Damal. Suku ini memiliki hubungan dengan Suku Amungme.
Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
Indonesia: Papua Tengah: 30.000 Jiwa | |
Bahasa | |
bahasa Uhunduni (Damal-kal) | |
Agama | |
Mayoritas Kristen Protestan dan Katolik, namun ada sedikit yang beragama Islam, Animisme, Animatisme, Dinamisme dan Totem | |
Kelompok etnik terkait | |
Suku Amungme, Suku Dani, Suku Yali, Suku Lani dan Suku Moni. |
Etnis Damal pada zaman dahulu telah memasak makanan dengan menggunakan api. Api dibuat dengan “Hagan” yaitu kayu kecil kering yang dibela tengah dan menggunakan tali rotan yang kering, tali rotan dijepit dengan kaju kering yang tengahnya dibela itu, lalu ke dua ujung tali rotannya di tarik terus menerus hingga gesekan antara tali rotan dan kayu mulai panas, kemudian panas itu mengeluarkan asap sampai tali rotan itu putus dan menghasilkan api.
Sejarah
Menurut legenda orang Damal berasal dari daerah ‘Mepingama’ Lembah Baliem Wamena. Hal ini dapat ditelusuri dari kata ‘kurima’ yang artinya tempat pertama kali nenek moyang orang Damal berkumpul dan 'Hitigima’ yang berarti nenek moyang orang Damal pertama kali mendirikan honai dari alang-alang.
Honai merupakan rumah adat suku damal secara turun-temuruan sampai kini. Honai yang terbuat dari alang-alang ini berarti bukan semuanya dari alang-alang melainkan atapnya saja yang dari alang-alang, kalau yang lain semuanya dari kayu-kayu tertentu yang bisa bertahan hingga puluhan tahun lamanya.
Dari tempat kurima inilah pendiri berbagai suku tinggal, dari sini mereka meninggalkan kurima satu persatu menju ke arah barat. Orang Mee pertama kali keluar dari daerah ini, diikuti oleh suku ‘Moni’ setelah itu suku Damal dan suku Dani. Orang Damal Memasuki Daerah Ilaga dan Beoga Orang Damal mulai memasuku daerah Ilop yang sekarang disebut Ilaga dan Beoga. Daerah Beoga ini merupakan pusatnya suku Damal, mereka mendiami di sepanjang sungai Beogong dari hilir sampai dengan hulu.
Dari daerah Beoga dan Ilaga inilah orang Damal kemudian menyebar ke Jila, Alama, Bella, Stinga, Hoeya, Temabagapura (kampung Waa), Aroanop, Timika, dan Agimuga. Daerah-daerah ini secara turun-temurun mereka hidup menetap.
Demografi
Penduduk asli daerah Ilaga dan Beoga adalah orang Damal. Pembagian menurut marga Damal yang memiliki hak ulayat di daerah Ilaga adalah marga Magai yang menduduki daerah mulai dari kali Kungnomun sampai Owinomun.
Marga Alom menduduki daerah mulai dari Namungku Wanin sampai Towengki. Marga Murib (mom)menduduki daerah Towengki dan bagian muarah kali Ilogong menduduki oleh Hagabal, Dang, dan Dewelek. Mulai dari Tagaloan sampai kelebet didiami oleh marga Kiwak. Daerah yang pertama kali didiami orang Damal adalah Ilaga dan Beoga yang merupakan pusat perkembangan orang Damal.
Selain itu Suku Damal menganut sistem exogamous meioties dimana masyarakat Damal terbagi menjadi dua kelompok social yang disebut meioty (bahasa inggris) yang bernama Magaij dan Mom, tidak ada perbedaan status sosial mengenai kelompok Magaij dan Mom, akan tetapi anggota Magaij harus menikah dengan anggota Mom dan sebaliknya, dilarang untuk menikahi sesama anggota kelompok yang sama. Dalam satu kelompok meioty terdiri dari beberapa klan yang bermarga sama seperti klan Awom, Wakerokwa, dst. Di Beoga sendiri terdapat 37 klan sedangkan di Ilaga terdapat 8 klan. [1]
Sistem kepemimpinan dalam masyarakat Damal dipimpin oleh Nagwan ( nagawan) yang diharuskan ahli dalam bidanv ekonomi seperti perladangan, peternakan babi, dan perdangangan kulit kerang (bia). Diharapkan pemimpin memiliki sifat dermawan (alapme), berani dan pintar dalam bebicara untuk memimpin dalam peperangan.[1]
Masyarakat Damal menyatu dengan alam, mereka sulit sekali untuk merantau di daerah suku kerabat lainnya. Mereka sangat mencintai daerah mereka sebagai pemberian sang pencipta yang berlimpah dengan kekayaan alam yang begitu subur, dan menyimpan mutiara kehidupan.
Gunung-gunung dan lembah-lembah menyimpan kekayaan alam seperti tambang, emas, perak, tembaga, minyak bumi, kayu gaharu, hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan. Alam tempat tinggal mereka menyediakan berbagai bahan sandang dan pangan untuk menyambung kehidupan mereka.
Orang Damal percaya bahwa mereka adalah keturunan pertama dari anak sulung nenek moyang bangsa manusia. Mereka hidup di sebela utara dan selatan pegunungan kartens dan juga di sepanjang sungai Nogolonogong (Mambramo).
Dari suku Damal ini terpecah menjadi dua suku bangsa, yaitu yang pertama adalah suku Damal yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Puncak Papua, Ilaga dan Beoga, yang ke dua adalah suku Amungme yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Mimika, dan anak sukunya adalah suku Delem yang hidup dan bertempat tinggal di sepanjang sungai Mambramo.
Mereka ini hanya satu suku dan satu nenek moyang namun satu dengan lain hal mereka terpecah. Suku Delem dan Amungme adalah anak suku dari suku Damal. Sebenarnya suku Delem ini gabungan dari tiga suku, yaitu suku Damal, suku Dani, dan suku Wano.
Referensi
- (Indonesia) Suku Damal Papua
- (Inggris) Cartenz Pyramid And Papua Tribe
- Teppy Komekson Komangal, my honai dec, 21, 2009
- Kabupaten Puncak Papua [1]
- ^ a b Melalatoa, M.J. (1995). Ensiklopedi suku bangsa di Indonesia: A-K. Ensiklopedi suku bangsa di Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. hlm. 216–217. Diakses tanggal 2022-10-25.