Soekemi Sosrodihardjo
Raden Soekemi Sosrodihardjo (15 Juni 1873 – 18 Mei 1945) adalah seorang guru di Surabaya dan ayah dari presiden pertama Indonesia Soekarno.
Raden Soekemi Sosrodihardjo | |
---|---|
Lahir | Wirosari, Grobogan, Hindia Belanda | 15 Juni 1873
Meninggal | 18 Mei 1945 Jakarta, Masa Pendudukan Jepang | (umur 71)
Pekerjaan | Guru |
Tahun aktif | 1898–1945 |
Suami/istri | |
Anak | Soekarmini Soekarno |
Orang tua |
|
Karier
Ia diangkat sebagai guru pada bulan Agustus 1898 di Surabaya. Tanggal ini berdasarkan tulisan ia yang bersumber dari buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, karya Cindy Adam. Soekemi sebagai guru pemerintah Kolonial Belanda tinggal di kampung Pandean, dan sungai Kali Mas masih berfungsi sebagai jalur transportasi.
Pada tanggal 28 Desember 1901, Soekemi menerima besluit untuk di pindah tugas ke kecamatan Ploso di Jombang sebagai Mantri Guru. Lingkungan Ploso pada masa itu masih sangat desa sekali. Selanjutnya pada tanggal 23 November 1907, ia menerima besluit dari Kementrian Pendidikan Kolonial Belanda di Batavia untuk di pindah tugas ke Sidoarjo kota kecil pada waktu itu yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Surabaya.
Pada tanggal 22 Januari 1909, Soekemi menerima besluit lagi untuk di pindah tugas ke Mojokerto, selanjutnya di pindah tugas lagi ke Blitar sebagai guru di Normaalschool berdasarkan besluit tertanggal 2 Februari 1915 dari Batavia.
Kehidupan Akhir dan Kematian
Pada saat ke Jakarta merupakan perjalanan yang terakhir dari Soekemi, pada saat itu ia diminta datang ke Jakarta oleh putranya Soekarno untuk melihat kelahiran Cucunya yang pertama Guntur, saat berjalan-jalan menghirup hangatnya udara Jakarta, Soekemi terjatuh dan sakit keras sampai meninggal pada tanggal 18 Mei 1945.
Referensi
- Jika saat ini, bahkan Bung Karno menyebut nama ayahandanya Soekemi, maka nama yang asli adalah Sosrodihardjo dengan nama alias Soekemi. Soekemi Alias Raden Sosrodihardjo kelahiran distrik Wirosari Kabupaten Grobogan, pada 15 Juni 1873 (tanggal tersebut jelas tegas ditulis dalam Stamboek lihat dalam : Merenda Terbitnya Matahari; Hery Setiabudi 2017-2020)