Roeslan Abdulgani

Tentara dan politikus Indonesia
Revisi sejak 30 Desember 2022 01.20 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 1 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.2)

Prof. Dr. (H.C.) H. Roeslan Abdulgani (24 November 1914 – 29 Juni 2005) adalah negarawan dan politikus Indonesia yang merupakan Menteri Luar Negeri Indonesia pada tahun 1956-1957. Dia akrab dipanggil Cak Roes. Dia juga pernah menjadi Rektor IKIP Bandung yang pertama periode 1964-1966, dan tercatat sebagai Pimpinan ke 3 Kampus Bumi Siliwangi sejak bernama PTPG Bandung.

Roeslan Abdulgani
Wakil Perdana Menteri Ke-15
Masa jabatan
18 Maret 1966 – 27 Maret 1966
Menjabat bersama Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Johannes Leimena, Idham Chalid, Dan Adam Malik
PresidenSoekarno
Menteri Penerangan Indonesia ke-15
Masa jabatan
13 November 1963 – 27 Agustus 1964
PresidenSoekarno
Menteri Luar Negeri Indonesia ke-9
Masa jabatan
24 Maret 1956 – 9 April 1957
PresidenSoekarno
Rektor IKIP Bandung ke-1
Masa jabatan
2 Mei 1964 – 12 Juni 1966
PresidenSoekarno
Sebelum
Pendahulu
Periode PTPG Bandung dan FKIP UNPAD
Informasi pribadi
Lahir(1914-11-24)24 November 1914
Surabaya, Hindia Belanda
Meninggal29 Juni 2005(2005-06-29) (umur 90)
Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
ProfesiDiplomat
Tanda tangan
Karier militer
PihakIndonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Pangkat Jenderal TNI (Kehormatan)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Riwayat Hidup

Masa Hindia Belanda dan Jepang

Roeslan Abdulgani lahir di Surabaya pada 24 November 1914. Saat remaja ia bergabung dengan Natipy, kepanduan yang berhaluan nasional. Ia juga menjadi anggota Jong Islamieten Bond serta Indonesia Muda. Waktu itu Indonesia Muda dianggap sebagai organisasi yang berbahaya oleh pemerintah Hindia Belanda. Setelah tamat dari HBS (setingkat sekolah lanjutan sekarang), Roeslan diterima di Openbare Europese Kweekschool, sekolah guru untuk orang Eropa, namum ia dikeluarkan karena ketahuan menjadi anggota Indonesia Muda. Ia juga pernah menjadi Ketua Pedoman Besar Indonesia Muda, setelah ketuanya yang lama, Sukarni menghilang karena dikejar-kejar Belanda.Di zaman penjajahan Jepang, ia memimpin gerakan Angkatan Muda.

Ia juga ikut merebut kekuasaan dari Jepang, saat Proklamasi Kemerdekaan. Ketika pasukan sekutu mendarat di Surabaya, ia terlibat beberapa pertempuran dan sesudah 10 November 1945, ia terpaksa menyingkir ke Malang. Disana ia bekerja di Kementerian Penerangan, ia pun diangkat menjadi Seketaris Jenderal Kementerian Penerangan, yang waktu itu berkedudukan di Yogyakarta. Pada saat Agresi Militer ke-2, tanggal 19 Desember 1945, ia tertembak pada tangan kanan[1] dan beberapa jari tangannya terpaksa dipotong [2]

Setelah penyerahan kedaulatan, ia ikut pindah ke Jakarta, kariernya terus menanjak, ia pernah menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri pada tahun 1954-1956. Setahun kemudian, dia menjadi Sekretaris Jenderal Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955. Setelah jabatan Menteri Luar Negeri pada Kabinet Ali Sastromidjojo II, ia menjadi Menteri Penerangan pada tahun 1962-1966, dan Wakil Perdana Menteri pada tahun 1966-1967. Saat itu pula ia dipercaya menjadi Rektor IKIP Bandung dan Ketua Jurusan Sejarah Budaya IKIP Bandung (1964-1966).

Setelah tampuk kepresidenan berganti dari Soekarno ke Soeharto, Roeslan dipercaya menjadi Duta Besar RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa (1967-1971) dan menjabat Ketua Tim Penasihat Presiden mengenai Pancasila selama 20 tahun sejak tahun 1978.

Roeslan juga mempunyai gelar Jenderal TNI Kehormatan Bintang Empat, Bintang Mahaputra. Semasa hidupnya, dia dikenal mempunyai hubungan yang dekat dengan Presiden Soeharto. Dari pernikahannya dengan Sihwati Nawangwulan, dia memperoleh lima anak.

Riwayat Pendidikan

Karier Akademik dan Politik

  1. Sekretaris Jenderal Kementerian Penerangan RI (1947–1949);
  2. Menteri Luar Negeri, (1956–1957);
  3. Ketua Jurusan Sejarah Budaya IKIP Bandung, (1962–1966);
  4. Menko Hubungan Rakyat, (1962–1965);
  5. Menteri Penarangan, (1962–1965);
  6. Rektor IKIP Bandung, (1964–1966);
  7. Duta Besar RI untuk PBB, (1967–1971);
  8. Kepala BP7 Pusat, (1978–1992)

Karya Ilmiah [3]

  1. Mendajung dalam Taufan: Politik Luar Negeri Indonesia, 1956-1967 (Djakarta: Kementerian Luar Negeri, 1958);
  2. Penggunaan Ilmu Sedjarah (Djakarta: B.P. Prapantja, 1962);
  3. "Sosialisme Indonesia" (Djakarta: Jajasan Prapantja, 1965);
  4. Nationalism, Revolution, and Guided Democracy in Indonesia (Australia: Monash University, 1973);
  5. Konferensi Asia-Afrika, Bandung: Sejarah, Cita-cita, dan Pengaruhnya (Jakarta: Yayasan Idayu, 1975);
  6. Asia Tenggara di Tengah Raksasa Dunia (Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan, 1978);
  7. Indonesia Menatap Masa Depan (Jakarta: Pustaka Merdeka, 1987)
  8. Pemikiran pembudayaan ideologi Pancasila : (suatu alternatif) (Malang : Laboratorium Pancasila IKIP Malang , 1992)[4]

Catatan kaki

  1. ^ Majalah Tempo (1975) "Cak Roes, Dari Kapten Langsung..."
  2. ^ Ensiklopedi Nasional Indonesia, Penerbit PT. Delta pamungkas, 2004
  3. ^ Buku: Suwita, Andi dan Zulkabir. 2010. "Membangun Pendidikan Guru Tingkat Universitas: Pemikiran dari Mas Sadarjoen Siswomartojo hingga Sunaryo Kartadinata, 1954-2010" Bandung: UPI Press Halaman 72
  4. ^ "Pemikiran pembudayaan ideologi Pancasila : (suatu alternatif) / editor, Team Laboratorium Pancasila IKIP Malang, Roeslan Abdulgani, Machmud Subarkah, Oetojo Oesman | OPAC Perpustakaan Nasional RI". opac.perpusnas.go.id. Diakses tanggal 2021-11-30. 

Pranala luar

Jabatan diplomatik
Didahului oleh:
Lambertus Nicodemus Palar
Duta Besar RI untuk PBB
1967–1971
Diteruskan oleh:
Yoga Soegomo
Jabatan politik
Didahului oleh:
Ida Anak Agung Gde Agung
Menteri Luar Negeri Indonesia
1956–1957
Diteruskan oleh:
Subandrio
Didahului oleh:
Mohammad Yamin
Menteri Penerangan Indonesia
1963–1964
Diteruskan oleh:
Achmadi Hadisoemarto
Jabatan akademik
Didahului oleh:
Periode PTPG Bandung dan FKIP UNPAD
Rektor IKIP Bandung
1964–1966
Diteruskan oleh:
Achmad Sanusi