Kamuflase

Revisi sejak 1 Juli 2023 05.28 oleh Shalma Marselina (bicara | kontrib) (1. Survey Lapangan Survey/peninjauan lapangan dilakukan untuk mengetahui keadaan daerah perencanaan dengan melakukan observasi terhadap daerah-daerah genangan, observasi sungai eksisting dan observasi saluran drainase eksisting. 2. Identifikasi Masalah Melakukan identifikasi apa yang menjadi penyebab genangan dan banjir. 3. Pengumpulan Data Primer Data primer merupakan hasil pengamatan di lapangan, data tersebut antara lain : - Melihat kondisi daerah-daerah genangan/banjir dan saluran dra...)

1. Survey Lapangan Survey/peninjauan lapangan dilakukan untuk mengetahui keadaan daerah perencanaan dengan melakukan observasi terhadap daerah-daerah genangan, observasi sungai eksisting dan observasi saluran drainase eksisting.

2. Identifikasi Masalah Melakukan identifikasi apa yang menjadi penyebab genangan dan banjir.

3. Pengumpulan Data Primer Data primer merupakan hasil pengamatan di lapangan, data tersebut antara lain : - Melihat kondisi daerah-daerah genangan/banjir dan saluran drainase yang ada. - Melihat DAS (Daerah Aliran Sungai) - Uji Test Perkolasi

4. Pengumpulan Data Sekunder Mengumpulkan data-data penunjang berkaitan dengan perencanaan yang dilakukan serta mencari informasi dari berbagai instansi, seperti BAPEDA, Dinas Permukiman dan Tata Wilayah, BPS, PUSAIR, Sub Dinas Pengairan, Dinas PU Kabupaten Bandung. Adapun data sekunder yang dikumpulkan, antara lain : 1. Data Curah hujan Data curah hujan harian maksimum diperoleh dari PUSAIR, Sub Dinas Pengairan Kabupaten Bandung. Dari minimal 5 stasiun curah hujan yang berada disekitar daerah perencanaan dengan jumlah data > 20 tahun untuk setiap stasiunnya. 2. Peta Daerah Perencanaan Peta Daerah Perencanaan dibutuhkan untuk mengetahui letak wilayah studi beserta batas administrasi kotanya. 3. Peta Topografi Peta Topografi adalah gambaran permukaan bumi yang diwakili oleh unsur-unsur spasial yang umum digunakan sebagai patokan dan standar. Unsur-unsur spasial ini meliputi kontur ketinggian, sungai, jalan raya, lintasan kereta api maupun batas administrasi. Peta topografi sangat penting terutama untuk menentukan kelandaian tanah, lokasi sungai dan gambaran suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS). 4. Peta Tata Guna Lahan Peta Tata Guna Lahan dibutuhkan untuk mengetahui seberapa besar pola pemanfaatan terhadap lahan terbangun dan lahan non terbangun yang akan digunakan untuk menganalisis kebutuhan dan permasalahan dalam wilayah studi. 5. Peta Daerah Genangan Peta ini dibutuhkan untuk mengetahui daerah mana saja yang merupakan daerah banjir dan genangan. 6. Data penunjang lain seperti : Data Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kecamatan Dayeuhkolot yang diperoleh dari BAPEDA Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung dalam angka Tahun 2005/2006, Data Monografi Kecamatan Dayeuhkolot tahun 2006.

3.2.2 Tahap Analisis Data 1. Analisis Hidrologi - Melakukan analisa curah hujan - Menetapkan intensitas hujan terbaik yang akan dipakai dalam perhitungan perencanaan sistem drainase. - Analisis ini dilakukan untuk menentukan metoda frekuensi curah hujan harian maksimum yang digunakan beserta perhitungannya dan persamaan intensitas curah hujan. Keduanya akan dipakai dalam perhitungan debit saluran.

2. Usulan alternatif sistem drainase Pengusulan jalur alternatif diusulkan berdasarkan kondisi fisik daerah perencanaan dan memberikan usulan dua alternatif jalur sistem drainase.

3. Alternatif jalur drainase terpilih Jalur alternatif yang terpilih harus dapat mengalirkan limpasan air hujan tanpa menyebabkan banjir di wilayah sekitarnya. 3.2.3 Tahap Perencanaan dan Desain 1. Perhitungan dimensi saluran Melakukan perhitungan dimensi saluran (dimensionering) berdasarkan kriteria desain yang ada dan rumus-rumus yang umum di gunakan. 2. Penentuan Bangunan Pelengkap Menentukan jenis bangunan pelengkap apa saja yang akan dipakai dalam perencanaan sistem drainase disertai dengan perhitungannya. 3. RAB dan Spesifikasi Teknik Melakukan Perhitungan Rencana Anggaran Biaya yang akan dipakai dalam perencanaan sistem drainase disertai dengan Spesifikasi Tekniknya. 4. Gambar Detail Perencanaan Gambar detail perencanaan dari hasil perhitungan desain sistem drainase yang direncanakan.

Kamuflase militer

Dalam peperangan pada masa lampau kamuflase tidak banyak digunakan. Pasukan-pasukan pada abad ke-19 cenderung mengenakan warna-warna yang cerah dan berani, serta rancangan-rancangan yang mencolok. Semua ini dimaksudkan untuk membuat lawan kecil hati, meruntuhkan mental dan nyali, menarik rekrut, memperkuat ikatan dalam kesatuan atau mempermudah identifikasi satuan dalam kabut perang.

Satuan-satuan perintis yang lebih kecil dan tidak reguler pada abad ke-18 adalah orang-orang pertama yang mengadopsi warna-warna hijau dan coklat pucat. Pasukan-pasukan besar mempertahankan warnanya hingga akhirnya diyakinkan untuk menggantinya. Setelah menderita banyak korban, tentara Britania di India pada 1857 mencelup warna celana mereka yang merah menjadi warna-warna netral, mulanya dengan warna lumpur yang disebut khaki (dari bahasa Urdu yang berarti 'berdebu'). Ini hanyalah upaya sementara, dan baru menjadi standar di kalangan dinas militer di India pada tahun 1880-an. Tapi baru setelah Perang Boer Kedua pada 1802, seragam seluruh tentara Britania distandarkan dengan warna ini untuk seragam tempur mereka.

Amerika Serikat segera mengikuti Britania, mengadopsi warna khaki pada tahun yang sama. Rusia mengikutinya, sebagian, pada 1908. Tentara Italia menggunakan grigio-verde ("kelabu-hijau") di Pegunungan Alpen dari 1906 dan seluruh tentara pada 1909. Jerman mengadopsi warna feldgrau ("kelabu lapangan") pada 1910.

Tentara-tentara lainnya tetap mempertahankan warna-warna yang lebih cerah. Pada permulaan Perang Dunia I Prancis mengalami kekalahan besar karena pasukan-pasukannya mengenakan celana merah (garance) sebagai seragam mereka. Ini diubah pada awal 1915, sebagian karena korban yang jatuh dan sebagian lagi karena warna merah diproduksi di Jerman. Tentara Prancis juga mengadopsi jaket dengan warna baru "biru cakrawala". Tentara Belgia mulai menggunakan seragam khaki pada 1915.


Referensi

Pranala luar