Kamuflase
Konsep perubahan sosial mengacu pada transformasi dalam struktur sosial, nilai-nilai, norma, dan institusi dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial merupakan fenomena yang terjadi secara alami seiring dengan perkembangan dan evolusi masyarakat. Perubahan sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk, skala, dan tingkat kecepatan, mulai dari perubahan kecil dalam kehidupan sehari-hari hingga transformasi besar yang melibatkan seluruh sistem sosial.
Berikut ini adalah beberapa konsep yang relevan dalam memahami perubahan sosial:
1. Faktor-faktor Perubahan Sosial: Ada berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan sosial, termasuk perubahan demografi, teknologi, ekonomi, politik, budaya, dan lingkungan. Perubahan dalam faktor-faktor ini dapat menyebabkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan sosial.
2. Proses Perubahan Sosial: Perubahan sosial dapat terjadi melalui berbagai proses, seperti modernisasi, industrialisasi, urbanisasi, globalisasi, revolusi, dan konflik sosial. Proses-proses ini dapat mempengaruhi struktur sosial, nilai-nilai, dan pola interaksi dalam masyarakat.
3. Dampak Perubahan Sosial: Perubahan sosial memiliki dampak yang luas pada masyarakat. Dampak tersebut dapat bersifat positif atau negatif, tergantung pada konteks dan perspektif yang digunakan. Perubahan sosial dapat membawa perbaikan dalam kualitas hidup dan kemajuan sosial, namun juga dapat menyebabkan ketidakstabilan, konflik, dan ketimpangan sosial.
4. Teori Perubahan Sosial: Ada berbagai teori dan pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan perubahan sosial. Beberapa teori yang terkenal termasuk teori evolusi sosial, teori konflik sosial, teori fungsionalisme, dan teori interaksionisme simbolik. Teori-teori ini memberikan kerangka pemahaman tentang bagaimana perubahan sosial terjadi dan mengapa hal itu terjadi.
5. Respon terhadap Perubahan Sosial: Masyarakat memiliki berbagai respons terhadap perubahan sosial. Respons ini dapat berupa adaptasi, resistensi, atau transformasi. Beberapa kelompok masyarakat mungkin mengadopsi perubahan dengan cepat, sementara yang lain mungkin mengalami ketegangan dan perlawanan terhadap perubahan tersebut.
Penting untuk dicatat bahwa perubahan sosial adalah proses yang kompleks dan seringkali sulit diprediksi. Masyarakat modern terus menghadapi berbagai perubahan sosial yang signifikan, dan pemahaman tentang konsep ini membantu kita memahami dan merespons perubahan-perubahan tersebut dengan bijaksana.
Kamuflase militer
Dalam peperangan pada masa lampau kamuflase tidak banyak digunakan. Pasukan-pasukan pada abad ke-19 cenderung mengenakan warna-warna yang cerah dan berani, serta rancangan-rancangan yang mencolok. Semua ini dimaksudkan untuk membuat lawan kecil hati, meruntuhkan mental dan nyali, menarik rekrut, memperkuat ikatan dalam kesatuan atau mempermudah identifikasi satuan dalam kabut perang.
Satuan-satuan perintis yang lebih kecil dan tidak reguler pada abad ke-18 adalah orang-orang pertama yang mengadopsi warna-warna hijau dan coklat pucat. Pasukan-pasukan besar mempertahankan warnanya hingga akhirnya diyakinkan untuk menggantinya. Setelah menderita banyak korban, tentara Britania di India pada 1857 mencelup warna celana mereka yang merah menjadi warna-warna netral, mulanya dengan warna lumpur yang disebut khaki (dari bahasa Urdu yang berarti 'berdebu'). Ini hanyalah upaya sementara, dan baru menjadi standar di kalangan dinas militer di India pada tahun 1880-an. Tapi baru setelah Perang Boer Kedua pada 1802, seragam seluruh tentara Britania distandarkan dengan warna ini untuk seragam tempur mereka.
Amerika Serikat segera mengikuti Britania, mengadopsi warna khaki pada tahun yang sama. Rusia mengikutinya, sebagian, pada 1908. Tentara Italia menggunakan grigio-verde ("kelabu-hijau") di Pegunungan Alpen dari 1906 dan seluruh tentara pada 1909. Jerman mengadopsi warna feldgrau ("kelabu lapangan") pada 1910.
Tentara-tentara lainnya tetap mempertahankan warna-warna yang lebih cerah. Pada permulaan Perang Dunia I Prancis mengalami kekalahan besar karena pasukan-pasukannya mengenakan celana merah (garance) sebagai seragam mereka. Ini diubah pada awal 1915, sebagian karena korban yang jatuh dan sebagian lagi karena warna merah diproduksi di Jerman. Tentara Prancis juga mengadopsi jaket dengan warna baru "biru cakrawala". Tentara Belgia mulai menggunakan seragam khaki pada 1915.
Referensi
- (Inggris) Alan Raven - Development of Naval Camouflage 1914 – 1945
- (Inggris) Craig Roland - The Art of Camouflage - The History of Camouflage[pranala nonaktif permanen]
- (Inggris) Roy R. Behrens - Art and Camouflage: An Annotated Bibliography Diarsipkan 2006-06-16 di Wayback Machine.
- (Inggris) Manual tentara AS FM 21-76 tentang kamuflase Diarsipkan 2011-07-18 di Wayback Machine.
- (Inggris) Guy Hartcup - Camouflage: A History of Concealment and Deception in War (1980)
- (Inggris) WWII War Department Field Manual FM 5-20B: Camouflage of Vehicles (1944)
- Blechman, Hardy and Newman, Alex (2004). DPM: Disruptive Pattern Material. DPM Ltd. ISBN 0-9543404-0-X.
- Behrens, Roy R. (2002). FALSE COLORS: Art, Design and Modern Camouflage. Bobolink Books. ISBN 0-9713244-0-9.
Pranala luar
- How Stuff Works
- Camouflage of Individuals and Infantry Weapon Diarsipkan 2012-11-25 di Wayback Machine.
- Roy R. Behrens, "The Thinking Eye: a Chronology of Camouflage" 2006
- Roy R. Behrens, "Dazzle Camouflage: High Difference Camouflage (Hodgepodge)" 2006
- "An informal study into camoflage" Diarsipkan 2010-03-13 di Wayback Machine.