Banjarnegara, Banjarnegara
Banjarnegara (bahasa Jawa: ꦧꦚ꧀ꦗꦂꦤꦼꦒꦫ) adalah ibu kota Kabupaten Banjarnegara yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian dari Kabupaten Banjarnegara. Banjarnegara juga merupakan sebuah wilayah kecamatan yang terletak di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini memiliki semboyan Gilar-Gilar yang mewakili sembilan aspek Kehidupan yang mencerminkan cita-cita Banjarnegara. Aspek tersebut yakni Bersih, Tertib, Teratur, Indah, Aman, Nyaman, Tenteram, Sopan, Sehat. Jumlah penduduknya 70.472 jiwa pada tahun 2021.[1] Kecamatan Banjarnegara merupakan jalur penghubung antara Kota Purwokerto di Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Wonosobo.[2]
Banjarnegara | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Tengah |
Kabupaten | Banjarnegara |
Luas | |
• Total | 37,56 km2 (14,50 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 70.472 jiwa |
• Kepadatan | 1.876/km2 (4,860/sq mi) |
Kode Kemendagri | 33.04.06 |
Desa/kelurahan | 9 kelurahan 4 desa |
Geografi
Kecamatan Banjarnegara terletak di depresi sungai serayu sehingga membentuk suatu cekungan yang tidak terlalu luas sehingga mengapa kecamatan Banjarnegara ini tidak terlalu luas dan kadang kala ada beberapa orang yang menganggapnya sebagai kota yang sepi karena kecilnya kota ini.
Pemerintahan
Banjarnegara adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara sebagai pusat pemerintahan. Secara administratif Kecamatan Banjarnegara terbagi menjadi 9 Kelurahan dan 4 Desa.
Demografi
Pada tahun 2021, jumlah penduduk kecamatan Banjarnegara sebanyak 70.472 jiwa, dengan kepadatan 1.876 jiwa/km².[1] Kemudian, persentasi penduduk kecamatan Banjarnegara berdasarkan agama yang dianut yakni Islam 97,76%, kemudian Kekristenan 1,67% di mana Protestan 1,21% dan Katolik 0,46%. Selebihnya adalah Buddha 0,05%, kemudian Hindu 0,02% dan Lainnya 0,50%. Sementara untuk rumah ibadah, terdapat 150 masjid, 8 gereja Protestan, 1 gereja Katolik dan 2 vihara.[2]
Ekonomi
Banjarnegara bukan merupakan kota industri layaknya Purbalingga ataupun Cilacap sehingga jarang sekali ditemukan aktivitas industri di Banjarnegara. Sebagian besar masyarakat Kota Banjarnegara hidupnya bergantung pada sektor pertanian karena masih luasnya areal persawahan di kota ini.
Bahasa dan Budaya
Bahasa yang umum digunakan oleh masyarakat kota Banjarnegara mengacu pada dialek Banyumasan yang biasa disebut dengan ngapak, tetapi bahasa ngapak tidak terlalu medog sebagaimana kebanyakan orang-orang di Banyumas berbicara namun ada beberapa imbuhan seperti "ka" kemudian pelafalan a menjadi e contohnya "iya" menjadi "iye".
Kuliner
Makanan khas kota ini adalah
- Dawet Ayu, adalah kuliner khas yang dibuat dari tepung terigu kemudian dibentuk menjadi cendol yang dicampur dengan santan dan gula merah ada beberapa yang ditambahkan dengan nangka ataupun durian.
Referensi
- ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 24 Agustus 2021.
- ^ a b "Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2021" (pdf). www.banjarnegarakab.bps.go.id. hlm. 10, 46, 194–195. Diakses tanggal 24 Agustus 2021.