GPIB Tamansari Salatiga
Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Tamansari Salatiga (bahasa Jawa: ꦒꦿꦺꦗꦠꦩꦤ꧀ꦱꦫꦶꦱꦭꦠꦶꦒ, translit. Gréja Tamansari Salatiga) adalah gereja tertua di Salatiga ini dibangun pada tahun 1823 untuk tempat ibadah keluarga besar Batalyon A II Bg yang bermarkas di Jl. Ahmad Yani sekarang.[1][2][3][4][5][6] Bangunan berarsitektur Gotik dengan hiasan-hiasan molding pada sudut-sudut bangunan dan jendela-jendela bersudut runcing (ujung anak panah). Menara kecil beratapkan seng tebal terdapat lonceng buatan tahun 1828 masih terawat dan berfungsi sebagai tempat ibadah jemaat GPIB.
Gereja GPIB ꦒꦿꦺꦗꦠꦩꦤ꧀ꦱꦫꦶꦱꦭꦠꦶꦒ | |
---|---|
Nama sebagaimana tercantum dalam Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya | |
Cagar budaya Indonesia | |
Kategori | Bangunan |
No. Regnas | Belum ada (Pengajuan 13 April 2015) |
Lokasi keberadaan | Jalan Jenderal Sudirman No.1, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah |
Tanggal SK | Menunggu ketetapan |
Pemilik | Yayasan GPIB Salatiga |
Pengelola | Yayasan GPIB Salatiga |
Bangunan gereja dengan fondasi batu kali belah dan dinding bata tanpa lapisan semen ini dahulu terletak ditengah tanah lapang yang luas. Jalan Jendral Sudirman/ Solose weg belum beraspal dan di sebelah selatan gereja masih berupa tanah gundukan, Hotel Berg en Dal belum dibangun, gereja telah beberapa kali mengalami renovasi kecil.
Tahun 1867 mengalami perbaikan pada genting sirap seng diganti dengan sirap kayu ulin. Perbaikan dilakukan oleh seorang opzigter militer dari zenie pasukan A II Bg yang bernama Remko Philippus Hendrikus Weiffenbach.
Tanggal 15 Mei 1972 memasuki pensiun dan menetap di Salatiga. Remko meninggal pada tanggal 7 Mei 1989 dan dimakamkan di makam yang terletak di Kp. Baru sekarang. Makam Kerkhof belum dibangun.
Selesai renovasi atap menara, tuan Remko meninggalkan pesan sebagai berikut :
Genesis 28 : 17 – 2e deel
“En hij vreesde, en zeide!
Hes vreselijk is deze plaats!
Dit is niet dan een huis Gods,
en dit is de poort des hemels!”
uit de Gelofte van Jakob
Bila diterjemahkan secara acak kurang lebih sebagai berikut :
“Saudara-saudara sekalian! Perhatikan baik-baik. Tempat ini bukan rumah Tuhan, tetapi merupakan jalan menuju Surga”
Renovasi kecil lainnya ialah penggantian kusen pintu gerbang/ pintu masuk gereja yang terbuat dari kayu jati tebal dan menggunakan arsitektur gaya Romantisme(berbentuk garis lengkung). Karena sudah rusak dimakan usia dan rayap, kemudian diganti bahan semen dengan tidak mengubah bentuk semula.
Lihat pula
Rujukan
- ^ Rosa, Angga (3 Juli 2019). "Ini Tujuh Bangunan Tua di Salatiga yang Memiliki Nilai Sejarah". Sindonews.com. Diakses tanggal 27 November 2019.
- ^ Agmasari, Silvita (13 Juli 2015). "Salatiga, Lelakon Tinggalan Kota Garnisun di Pinggang Merbabu". National Geographic Indonesia. Diakses tanggal 24 Oktober 2019.
- ^ Pemerintah Kota Salatiga (5 Mei 2014). "Nostalgia Salatiga: GPIB Tamansari Dulu Gudang Mesiu". Website Resmi Pemerintah Kota Salatiga. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-26. Diakses tanggal 27 November 2019.
- ^ Situs Budaya Indonesia (tanpa tanggal). "Gereja GPIB Salatiga". Informasi Situs Budaya Indonesia. Diakses tanggal 27 November 2019. [pranala nonaktif permanen]
- ^ Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah (3 April 2018). "Gereja GPIB Salatiga, Bangunan Kolonial Bergaya Gothic". Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses tanggal 27 November 2019.
- ^ Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah (19 Juni 2015). "Pemberian Kompensasi Pelestari Cagar Budaya Kota Salatiga". Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses tanggal 27 November 2019.
Daftar pustaka
Buku
- Aditjondro, George Junus (2003). Kebohongan-Kebohongan Negara: Perihal Kondisi Objektif Lingkungan Hidup di Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ISBN 978-979-3237-63-3.
- Budiman, Arief (2006). Kebebasan, Negara, Pembangunan: Kumpulan Tulisan 1965-2005. Tangerang Selatan: Pustaka Alvabet. ISBN 978-979-3064-33-8.
- Prakosa, Abel Jatayu (2017). Diskriminasi Rasial di Kota Kolonial: Salatiga 1917-1942. Semarang: Sinar Hidoep. ISBN 978-602-6196-60-6.
- Raap, Olivier Johannes (2015). Kota di Djawa Tempo Doeloe. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-602-4243-61-6.
- Supangkat, Eddy (2012). Salatiga: Sketsa Kota Lama. Salatiga: Griya Media. ISBN 978-979-7290-68-9.
- Zacharias, Joel Ch., dkk (2012). GPIB Jemaat Tamansari Salatiga Menuju Jemaat Misioner (1956-2010). Salatiga: Widya Sari Press Salatiga. ISBN 978-979-1098-21-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-30. Diakses tanggal 2019-11-27.
Jurnal ilmiah
- Anwar, Muhammad Khoirul (Agustus 2019). "Rekonstrusi Kota Kolonial Salatiga dan Kontribusi Teknologi Geographical Information System". Sasdaya (Gadjah Mada Journal of Humanities). 3 (2). ISSN 2549-3884.
- Rohman, Fandy Aprianto (Juni 2020). "Administrasi Pemerintahan Gemeente di Salatiga 1917-1942". Walasuji. 11 (1). ISSN 2502-2229. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-18. Diakses tanggal 2020-06-22.
Pranala luar
- Bangunan-Bangunan di Kota Salatiga Penerima Kompensasi Pelestarian Diarsipkan 2020-07-27 di Wayback Machine.
- Majelis Sinode Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat
- Pelestarian Bangunan Cagar Budaya Dapat Kompensasi