Robert Morrison
Robert Morrison lahir di Inggris tahun 1782 dan meninggal di Guangzhou, Cina pada tanggal 1 Agustus 1834.[1] Misionaris Protestan pertama yang tiba di Tiongkok ini adalah anak bungsu dari delapan bersaudara..[1][2] Orang tuanya adalah orang Skotlandia.[1] Morrison pernah bekerja menjadi tukang sepatu bersama dengan ayahnya.[1] Ia mengalami pertobatan pada masa remaja dan selanjutnya ia memutuskan untuk menjadi penginjil.[1] Kemudian, ia memutuskan untuk bergabung dengan gereja Presbiterian pada tahun 1798.[1] Morrison kemudian belajar teologi, astronomi, dan ilmu pengobatan di universitas Hoxton.[1] Morrison memersiapkan dirinya untuk menjadi seorang misionaris di Akademi Misionaris yang berada di Hampshire.[1] Morrison bergabung dengan London Missionary Society (LMS) pada tahun 1804, kemudian ia diutus untuk belajar kebudayaan Cina di London.[1] Morrison ditahbis pada bulan Juni 1807 lalu ia berangkat ke Tiongkok pada September 1807 melalui New York.[1]
Misinya di Tiongkok
Morrison tiba di Guangzhou Cina pada tahun 1807.[1] Di Guangzhou, Morrison memerbaiki kemampuannya dalam berbahasa Tionghoa dengan dibantu oleh dua orang penduduk Cina pribumi yang beragama Katolik.[3] Pada saat Morrison datang, Cina sama sekali tertutup bagi orang-orang asing karena para penguasa itu terkena xenofobia.[1] Penguasa di Tiongkok pada saat itu, mencurigai dan takut berhubungan dengan orang asing.[1] Morisson menyadari kondisi itu sehingga dari Guangzhou ia menulis surat kepada LSM agar mereka dapat melakukan penginjilan dengan metode stepping stone.[1] Metode stepping stone adalah metode penginjilan dengan mendirikan basis penginjilan di perbatasan Cina Selatan dan pesisir selatan Asia.[3] Melalui metode ini, para misionaris belajar tentang orang-orang Tiongkok dari komunitas orang-orang Tiongkok yang berada di luar Tiongkok.[3]
Karya-karyanya di Tiongkok
Karyanya di bidang bahasa
Di Guangzhou, Morrison juga bekerja sebagai juru bahasa untuk East India Company (ICP).[1] Ia juga membantu perusahaan dagang Inggris sebagai seorang alih bahasa.[1] Robert Morrison dan William Milne menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Tionghoa.[4][1] Proyek penerjemahan Alkitab ini, mereka selesaikan pada tahun 1819.[4] Ia juga menyusun kamus bahasa Tionghoa dari tahun 1815-1823.[4][1] Tidak hanya itu, Robert Morrison juga menerjemahkan katekismus singkat dari gereja Skotlandia dan sebagian buku doa gereja Inggris.[1]
Karyanya di bidang pendidikan
Morrison mempunyai visi yang besar dalam penginjilan, sehingga ia bersama William Milne mendirikan sekolah di Malaka yaitu Anglo-Chinese College.[1] Sekolah ini berhasil didirikan pada tahun 1820.[1] Mayoritas siswa sekolah ini adalah orang pribumi Cina asli.[1] Kurikulumnya dibuat untuk tingkat pendidikan dasar.[1] Dalam 15 tahun pertamanya, 40 orang siswa berhasil menyelesaikan pendidikannya di sekolah ini dan 15 orang murid dibaptis.[1] Tujuan Morrison untuk mendirikan sekolah tersebut adalah untuk menjembatani antara kebudayaan Barat dengan kebudayaan Asia, khususnya kebudayaan Cina.[5]
Kritik penginjil pada zamannya terhadap Morrison
Morrison juga mendapat kritikan dari penginjil pada zamannya, karena metode penginjilannya yang sangat menekankan penerjemahan Alkitab dan kurang menekankan pembaptisan.[3] Morison diremehkan karena ia baru bisa membaptis orang di Tiongkok 7 tahun setelah kedatangannya.[3] Hanya sepuluh orang yang berhasil dibaptis Morrison selama 25 tahun ia menginjili di sana.[3]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x (Inggris) Scott W. Sunquist (ed.), A Dictionary of Asian Christianity. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 2001. Hal 301-303.
- ^ (Inggris) Ruth A. Tucker, From Jerusalem to Irian Jaya: A Biographycal History of Christian Mission. Grand Rapids: Zondervan. 2004. hal. 178.
- ^ a b c d e f (Inggris) Samuel Hugh Moffet, A History of Christianity in Asia vol 2. New York: Harper Collins Publisher. 1992. Hal 289.
- ^ a b c Anne Ruck. Sejarah Gereja Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2006. Hal 137-138.
- ^ Van Den End, Sejarah Gereja Asia. Yogyakarta: PPIP Dutawacana. 1988. Hal 34.