Pembicaraan:Undang-Undang Pornografi

Sebenarnya saya sebagai warga Indonesia malu sampai-sampai hal-hal seperti ini harus diurus oleh undang-undang sampai terjadi kericuhan. Kalau saja ibu Tien masih ada pasti masalah seperti ini dipecahkan secara subtil dan diskret. Meursault2004 08:50, 13 Maret 2006 (UTC)

Mungkin dibuatnya RUU ini biar DPR kelihatan "sibuk" menanggapi aspirasi rakyat :-) Hayabusa future (bicara) 09:21, 13 Maret 2006 (UTC)
Apa itu artinya kita merasa tidak bersalah 'melecehkan' aspirasi rakyat yang memang jelas-jelas riil. Mengerikan, sama saja kita mencedari demokrasi yang tengah susah payah kita bangun.Zakifath(bicara)


Tapi harus dipertanyakan siapakah "rakyat" ini dan apakah "aspirasi" mereka. Jika misalkan "aspirasi" rakyat adalah menghabisi suatu suku tertentu seperti di Jerman pada tahun 1930-an, masakan harus dituruti. Mungkin perlu ditulis di artikel ini, siapa (partai mana) yang merancang UU ini. Meursault2004 09:41, 13 Maret 2006 (UTC)

Betul, bisa juga yang mengaku "rakyat" itu pebisnis media dan pemodal yang langsung merasa terganggu dengan RUU APP ini. Seperti seorang Guru Besar yang banyak menulis buku referensi Sistem Pakar di tanah air, "Bisnis 'paling cepat untung dan paling menguntungkan' itu ada tiga : Prostitusi, Judi, Minuman Keras". Dan ketiganya itu, memang berdekatan dengan pornografi, sama-sama amoral. Jika misalkan "aspirasi" rakyat adalah menghabisi suatu bangsa tertentu untuk diBarat-kan dengan nilai-nilai permisivitas dan liberalisme akut, masakan harus dituruti. Mungkin perlu ditulis di artikel ini, siapa (partai mana, LSM mana) yang menolak RUU APP ini, dan siapa yang mendukung. Sehingga kalau memungkinkan ke depannya bisa dituliskan artikel tentang suatu organisasi/lembaga langsung terhubung ke sikapnya mengenai suatu isu tertentu.Zakifath(bicara)
kalau mau jujur, yg terang2 menolak dan terganggu dengan RUU APP ini lebih banyak dari kalangan aktivis/lsm perempuan dan HAM, seniman, budayawan, karena RUU APP ini dinilai sebagai bentuk campur tangan pemerintah yg terlalu jauh terhadap kehidupan pribadi WN (masalah cara berpakaian, dll) dan juga bentuk pemaksaan/ancaman ideologi/paham/budaya tertentu terhadap kebhinekaan (keberagaman budaya) indonesia. kalau ada yg tertarik bisa baca: Menjadikan Indonesia 'Wahabbi'?(radio netherland) dan RUU Porno: Arab atau Indonesia?(tulisan Goenawan Mohamad di koran tempo) Ciko bicara 10:52, 12 April 2006 (UTC)

Playboy?

Mengapa ada logo Playboy di artikel ini? Adakah hubungan langsung RUU APP dan kontroversi atas majalah tersebut? sentausa 15:18, 9 April 2006 (UTC)

Secara tidak langsung ada hubungannya. Meursault2004 08:18, 10 April 2006 (UTC)

ya, sebab tidak bisa kita pungkiri, hebohnya pembahasan tentang Pornografi&Pornoaksi belakangan ini memang salah satunya tersulut akibat rencana penerbitan majalah Playboy Indonesia, walaupun saya pribadi tidak menyalahkan playboy indonesia sebagai penyebab utama. --HarisX 08:36, 10 April 2006 (UTC)

Kalau begitu mungkin perlu dituliskan juga di artikel, atau di keterangan gambarnya. sentausa 10:01, 11 April 2006 (UTC)

Kayaknya logonya sebaiknya diambil/hapus aja deh, it doesn't really need a picture... Gambarnya walaupun ada hubungannya tapi sedikit menyesatkan. Euh, kesesatan metaforis non verbal - I've checked. Dihapus saja Serenity 03:31, 15 Mei 2006 (UTC)

Karnaval budaya

Menurut saya artikel ini tidak perlu mendeskripsikan panjang lebar karnaval budaya 22 April 2006 di Jakarta karena tidak secara langsung membahas RUU APP itu sendiri. Deskripsi tentang karnaval tersebut menurut saya lebih patut dijadikan berita (dan memang sudah tercantum di Peristiwa terkini); di artikel sebaiknya disebutkan tanpa perlu penjelasan mengenai bentuk dan proses karnaval tersebut, tapi perlu disertai argumen utama yang dikemukakan pelaku karnaval tersebut. sentausa 11:52, 23 April 2006 (UTC)

Saya setuju saja. Jadi disingkat tidak apa2. Siapa tahu nanti ada demo atau aksi2 serta aksi pendukungan lainnya sehingga artikel menjadi penuh. Meursault2004 12:39, 23 April 2006 (UTC)
Kembali ke halaman "Undang-Undang Pornografi".