Surya Satelit 1
Surya Satelit 1 adalah satelit nano buatan Indonesia yang diluncurkan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada tanggal 27 November 2022. Satelit ini merupakan hasil kerja sama antara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Universitas Indonesia (UI).
Jenis misi | APRS Digipiter |
---|---|
Operator | Lapan RI, Universitas Surya, Amsat ID, Orari |
Durasi misi | 1 Year |
Properti wahana | |
Massa luncur | 1,3 kilogram (2,9 pon) |
Dimensi | 10 cm × 10 cm × 11,35 cm (3,94 in × 3,94 in × 4,47 in) |
Awal misi | |
Tanggal luncur | 28 November 2022 |
Tempat peluncuran | Kennedy Space Center, Florida, AS |
Kontraktor | SpaceX |
Parameter orbit | |
Sistem orbit | Low Earth |
Periode | 90 minutes |
Transponder | |
Frekuensi | UHF, Ghz |
SS1 Satelit memiliki ukuran 10x10x11,35 cm dan berat 1,3 kg. Satelit ini dilengkapi dengan modul Automatic Packet Reporting System (APRS) yang berfungsi untuk mengirimkan pesan teks singkat ke Bumi. Teknologi APRS ini dapat dikembangkan untuk berbagai aplikasi, seperti mitigasi bencana, pemantauan jarak jauh, dan komunikasi darurat.
SS1 Satelit diluncurkan dari Cape Canaveral, Amerika Serikat, menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX. Satelit ini berhasil mencapai ISS pada tanggal 28 November 2022.
Pengembang
SS-1 dikembangkan oleh Surya University dengan dukungan dan supervisi ahli dari Pusat Teknologi Satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Pusteksat LAPAN) BRIN. Proyek ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI), PT Pudak Scientific, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), dan pemangku kepentingan lainnya.
Biaya
Biaya pembuatan satelit nano ini sekitar Rp3 miliar termasuk bantuan komponen satelit dari pihak PSN. Peluncuran satelit SS-1 itu dinilai menjadi sejarah bagi industri antariksa nasional karena menjadi satelit pertama yang dikembangkan secara mandiri oleh anak-anak muda Indonesia.
Misi
1. Mitigasi bencana: APRS dapat digunakan untuk mengirimkan informasi dan data tentang bencana ke Bumi.
2. Pemantauan jarak jauh: APRS dapat digunakan untuk memantau wilayah yang sulit dijangkau, seperti daerah pegunungan dan hutan.
3. Komunikasi darurat: APRS dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang membutuhkan bantuan, seperti dalam keadaan darurat bencana alam.