Saniangbaka, X Koto Singkarak, Solok

nagari di Kabupaten Solok, Sumatera Barat
Revisi sejak 28 September 2023 18.13 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (Batas: Bot: Merapikan artikel)

Saniangbaka adalah nagari di kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Indonesia.

Saniangbaka
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Barat
KabupatenSolok
KecamatanX Koto Singkarak
Kode Kemendagri13.02.11.2008 Edit nilai pada Wikidata
Luas91,72 km²
Jumlah penduduk-
Kepadatan-
Peta
PetaKoordinat: 0°43′8.400″S 100°31′1.200″E / 0.71900000°S 100.51700000°E / -0.71900000; 100.51700000

Geografi

Nagari Saniangbaka berada pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun. Pemukiman di nagari dikelilingi oleh perbukitan, yang oleh masyarakat dinamakan hutan tunjuk, Danau Singkarak dan sebagian lainnya oleh area persawahan. Kontur tanah nagari yang beragam membuat nagari ini kaya akan sumber daya alam. Hutan tunjuknya, yang kebanyakannya adalah pusako, merupakan ladang subur yang menghasilkan hasil perkebunan seperti kopi, cengkeh, kayu jati dan sebagainya. Penduduk nagari juga sering kali mengumpulkan kayu bakar dari hutan ini. Selain menjadi daerah perladangan, salah satu bukit di antara perbukitan yang menjadi hutan tunjuk tersebut diduga mengandung batu bara.

Jorong

  1. Aia Angek
  2. Balai Batingkah
  3. Balai Panjang
  4. Balai Lalang
  5. Balai Gadang
  6. Kapalo Labuah

Batas

Utara Kecamatan Junjung Sirih
Timur Nagari Singkarak
Selatan Nagari Koto Sani dan Sumani
Barat Kota Padang

suku/klan

  1. Pinyangek
  2. Sikumbang
  3. Sumpadang
  4. Koto
  5. Piliang
  6. Balaimansiang
  7. Tanjuang
  8. Guci

Sejarah Asal Mula Saniangbaka

Menurut Tambo Pada tahun 1165 Sutan panduko basa yang berumur 18 tahun diangkat sebagai panghulu dan sekaligus bergelar datuk Ketumanggungan, dilantik menjadi raja dari Kerajaan Bungo Setangkai, Sungai Tarab.

Berawal dari semakin ramai dan terjadi kepadatan penduduk pada wilayah kerajaan, sehingga pada tahun 1186-1192 Sutan Panduko Basa Datuk Katumenggungan memerintahkan untuk melakukan perluasan wilayah dan membuka tanah-tanah baru guna penyebaran penduduk disertai pengaturan suku, diawali membangun nagari bernama Batipuh. selanjutnya hulubalang yang tidak tercatat namanya tersebut membuat 10 koto terdiri dari Paninjauan, Gunung, Jao, Tambangan, Singgalang, Pandai Sikek, Koto Laweh, Koto Baru, Aia Angek, Panyalaian.

Setelahnya datuk ketumanggungan kembali memerintahkan membuat 10 kubu pertahanan ke arah timur, yang akan menjadi yaitu cikal bakal Sungai Jambu, Labuatan, Simawang, Bukit Kandung, Sulit Aie, Tanjung Balit, Singkarak, Saniangbaka, Silungkang dan Padang Sibusuk

Adapun dari daerah pertahanan hingga membentuk sebuah nagari, mengalami proses yang panjang. Nagari tersebut berkembang mulai dari Taratak, Kata Taratak konon berasal dari tatak, artinya menandai batas-batas pada tebangan kayu dalam membuka lahan oleh seorang atau sekelompok orang. Pada lahan yang telah ditatak (ditandai) itu mereka membangun pondok untuk tempat berteduh atau tinggal, Kemudian datang lagi kelompok lain dengan maksud yang sama yaitu untuk membuka ladang. Kemudian setelah beberapa taratak terbuka dengan pondok-pondok atau rumah-rumah kecil, maka berdirilah dusun ditempat tersebut. Dari beberapa taratak yang lain berdiri pula dusun sehingga menjadi beberapa dusun, Setelah penduduk dusun tersebut menjadi ramai, maka berdirilah koto, Seiring waktu, tempat tersebut menjadi tempat bertemu antar penduduk, tempat berbincang-bincang dan semacamnya, Dari berbagai perbincangan dan perundingan beberapa anggota dusun maka bersepakatlah untuk membuat suatu nagari.

Penamaan Saniangbaka ( Saning Bakar ) sendiri tercatat ada banyak versi, ada yang menyebutkan berawal dari seseorang bernama Saniang sedang membakar lokasi taratak, ada juga yang bilang Saniang Tabaka, dan versi lainnya, sehingga mereka namakan daerah taratak tersebut menjadi namanya.

kapan persisnya Saniangbaka tidak tertulis, hanya bisa diperkirakan antara tahun 1186 ke tahun 1192, dan Datuk ketumanggungan turun tahta tahun 1292 dan meninggal tahun 1296, diperkirakan masa itulah kira kira Saniangbaka berdiri

Saniangbaka Saat Penjajahan VOC

Saniangbaka sebelumnya adalah salah satu pintu utama para pedagang dalam membawa hasil pertanian dari Luhak Tanah Datar. Pusat perniagaan Batipuh dan dari Ombilin para pedagang akan membawa barang dagangan mereka untuk dibawa pialang ke Padang melintasi pebukitan yang masa itu dikenal dengan Gunung Salayo, salah satu pebukitan di Bukit Barisan.

Ada juga beberapa dari pedagang itu sendiri yang memilih langsung mengantarkannya, dengan menyewa beberapa pesilat dan pengangkut barang untuk langsung bertransaksi dengan para pialang di Padang. Melalui pialang inilah kemudian barang dagangan bertemu dengan para pengusaha dagang Belanda, dan pengusaha lainnya.

Selain itu juga Jalur lintas darat Raffles ( Jendral Inggris dan Gubernur Bengkulu ) bersama rombongannya memilih memasuki Padangsche Bovelanden melalui jalur Saniangbaka Pada Rabu [22 Juli 1818], Dari Padang ia mendaki melewati Desa Limau Manih, melintasi perbukitan Bukit Barisan, menuruni Gunung Salayo, dan Gedong Beo.

Wilayah ulayat yang luas

mempunyai hutan(rimbo), bukik(gurun), sawah, batang air(kali), danau(pasia), rumah-rumah/gedung-gedung, balai-balai dan masjid, padan pekuburan, surau-surau/mushola, sungai-sungai/banda-banda, jalan-jalan kecil dalam kampung, tali-tali bandar, basuku-suku, buah balai, lurah-lurah, munggu, parak / kebun kopi.

Uraiannya ulayat nagari Saniangbaka sebagai berikut:

1. Nama-nama hutan / rimbo adalah sebagai berikut:

Rimbo gabus, air busuk, kumpam (Pua), parawangan, munti / tarusan, puncak ngarai tapanggang, puncak cacah awan, gedung beo, barabatdll

2. Nama-nama Gurun (bukit) adalah sebagai berikut:

Bukit ujung kampung, sigantingan,kucai, kampung pauh, sawah rajo, sawah batu kajang, sawah gadang, sigambuang, alam paneh, lakukdalimo, gajah dubalang, gadang, rimbo setumpuk, batu karuik, luncuran, aur duri, gurun labek, aia manca, lakuk gadang, tampat, batang raso, puncak talago, sarang alang, dan lain lain.

3. Nama sawah (tanah sawah) adalah sebagai berikut:

Sawah tapi muaro, tarikan, tumbo, ujung patak / kotokacik, asam jao, karambia tujuh batang, rawang tengkuluk, munggugantiang, banda siku,sigantingan, ujung kampuang, padang data, bandamarunggai, batu ampa, kubang, palobanda, damamaraok, lubuk guci, batuang, sapan, batu karuik, aialasi, tampang, taruko, jambak dan sekitarnya, aiabareh, pasia gudang, pasiaalahan, pasiamuarokapeh, pasialakuk, bualan, rangeh, banda gadang, pulau, guguk gadang, batu kuciang, pinang, aiarabang, puruk, barumbuang, nafia, sasok, kurung parik, kaluat / tabing, landok, matoaia, tanah putih, rawang, luapiliang, bungo, talao, luapinyangek, dan lain lain.

4. Nama batang aia (kali) adalah sebagai berikut:

Batang aiatarusan, kapau, bareh, batang raso, rabang, gaduang beo, aiaangek dan lainlain.

5. Nama-nama pasia ditepi pantai danau sebagai berikut:

Pasia gudang, alahan, kurung-kurung (pantai dewi), muarokapeh, lakuk, bulaan (pasialaweh), rawang, pulau, puruk, aia rabang.

6. Rumah-rumah di saniangbaka sebagai berikut:

Rumah bagonjong / berpuncakampek ada 3 ruang (petak) dan ada 5 petak, beratap los (tidak berpuncak), gaduangtungkuih nasi, gaduang potongan (beruntuk) bangunan nasional, bentuk gubuk / pondok, update tambahan: rumah Balenggek, rumah Banjuang, rumah Batu ( informasi pak Busri Saleh )

7. Saniangbaka memiliki 2 buah masjid dan surau-surau sebagai berikut:

Nama-nama masjid:Masjid raya saniangbaka, taqwa muhammadiyah

Nama-nama surau:

Surau pasia (wakaf), balengek, gadang, bungo balai lalang, bungolapaumanggih, kapalobanda, kapalo labuh, baru lawang guci, kasik, baruh balai lalang, batuang, tangah, taluk, lua, ateh, aialasi, aiaangek, lambak, ampalam, sago, batu, jambu, palak, empat surau yang terakhir sudah tidak ada.

Saniangbaka mempunyai pandam pekuburan (lawang) berada dalam nagari pada tiap-tiap kaum keluarga lebih kurang 40 (empat puluh) buah padam.

8. Nama-nama sungai-sungai di saniangbaka (matoaia) dalam nagari sebagai berikut:

Sungai buah galapuang sumpadang, sungai rawang balai mansiang, sungai tanjung, sungai kapalo labuh, sungai sikumbang, sungai mingkuang, sungai surau tangah, sungai sumpadang, sungai batu kuciang, sungai jarak, sungai matoaia, sungai rawang, sungai gati, sungai bango, sungai bulaan, sungai kalam pinang dan lain-lain.

9. Nama-nama jalan kampuang sebagai berikut:

Jalan gobah, jalan surau ampalan, jalan lapau langkok, jalan surau taluk, jalan buah galapuang, jalan kampuangtanjuang, jalan surau kasik, jalan tangah, jalan lapaumanggih / lawang guci, jalan syehabdulmajid.

10. Nama-nama tali banda di nagari saniangbaka sebagai berikut:

Tali banda batu bagirik, marunggai, surian, tapi piliang, kaluat, aia mondok aia angek, dan lain-lain.

11. Nama-nama 5 buah balai yaitu:

Balai kapompoang (kapalo labuh), balai gadang (tampuruang), balai lalang, balai batingkah, balai panjang.

12. Saniangbaka mempunyai lurah (anak-anak sungai waktu hujan) sebagai berikut:

Lurah batu karuik, lurah cepuik, lurah sabak, lurah batuang/aur duri, lurah sonsang/kampung pauh, lurah kabau hanyuik, lurah gantuang, lurah dalam, lurah banto, lurah air rabang.

13. Nama munggu dipersawahan sebagai berikut:

Munggu kotokacick, munggu karambia tujuh batang, munggu padang data, munggu gantiang, munggu dama, munggu bulek, munggu panjang dan lain-lain.

14. Saniangbaka mempunyai ladang / kebun kopi / kulit manis sebagai berikut:

Batuangtabaka, air barch, kampeh, batu kambiang, lurah kariang, dangau rarak, kayu manang, kapau gadang, kumpam, kapau ketek, rimbokumayan, tanah sirah, ngalau, bukit putus, rawang, dama gadang, parawangan, lekok rompong, munti, lubuk bagalung, puncak tarusan (tarusan), tarusan bawah, sorong sorongan, tabuh-tabuh, parak lobak, titian kawek / rawang, ganting, bukit cacah awan aia angek, kandang kudo, paku, cubadak, garagah, batu cabeh, kancah-kancah, puncak ranjau, puncak malalo (lantik), puputan, aia mati, mudik aia, kapuk, parak laweh, parak lalang, caragah dan lain-lain.

Adat Salingka Nagari Saniangbaka

Adat perkawinan, turun mandi, kematian, menaiki rumah, pergaulan, korong bakampuang.

Adat istiadat yang dipakai dalam nagari, adalah berdasarkan malu jo sopan, raso jo pareso, kalamak di awak katuju diurang, adat dunia baleh babaleh, syariat palu mamalu, tangan mancacang bahu mamikua, tapijak dibaro itam, tapijak di kapua putih tapak, salah ditumbang, utang di baia.

Pemerintahan

Saniangbaka mempunyai 1 buah balai adat berpuncakampek berukir dindingnya yang di pergunakan untuk bermusyawarah oleh Ninik mamak / KAN (kerapatan adat nagari) saniangbaka dan bundokanduang.

Nama-Nama Gelar Penghulu/Datuk Dalam Nagari Saniangbaka

- Di suku koto sebagai berikut: Datuk tanbasa, datuk tumanggung, datuk rajojuhan, datuk rangkayo basa, datuk baginda nan gadang, datuk tan nali, datuk mudo nan sati, datuk tanbagagar,

- Di suku sikumbang: Datuk rangkayo Marajo, datuk tan patih, datuk kayo air angek, datuk bandaro basa, datuk rajoradin.

- Di suku piliang: Datuk rangkayo sati, datuk rajo nan gadang, datuk rajo nan do, datuk talelo basa nan kuniang, datuk talelo basa nan itam, datuk majo basa.

- Di suku balaimansiang: Datuk rajo alam, datuk sinaro, datuk mustapa nan kuniang, datuk mustapa nan itam, datuk pangulu basa, datuk mudo nan itam, datuk mudo nan kuniang, Datuk Gadang.

- Di suku sumpadang: Datuk pangeran, datuk palindih, datuk padodiaceh, datuk

bandaroaceh, datuk majolelo, datuk jobagaga.

- Di suku tanjung: Datuk rajo sutan intan, datuk sinaro sati, datuk rajosampono

- Di suku pinyangek: Datuk batuah, datuk singolabih, datuk sutan pemuncak

- Di suku guci: Datuk tianso, datuk tombak alam

Perkumpulan Warga Saniangbaka

  • IWS Ikatan Warga Saniangbaka / Pulang Basamo
  • Keluarga Besar Saniangbaka / Forum Sosial Media

Tokoh Terkenal