Sakera adalah seorang tokoh pejuang legenda keturunan Pulau Madura. Ia berjuang melawan penjajahan Belanda sekitar permulaan abad ke-19. Sakera dikenal sebagai seorang ahli bela diri yang melawan pemerintahan Belanda di perkebunan tebu di daerah Bangil. Karena perlawanannya terhadap Belanda, Sakera akhinya ditangkap setelah dikhianati oleh salah satu rekannya sendiri. Ia dimakamkan di wilayah Bekacak, Kelurahan Kolursari. Daerah paling selatan di Kota Bangil. Legenda jagoan asli Madura ini sangat populer di Jawa Timur.[1]

Berkas:Sakera.jpg
Ilustrasi Sakera digambarkan dengan senjata khasnya, Arit

Sakera yang bernama asli Sadiman adalah golongan dari keluarga ningrat yang di sebut dengan kelas Mas, berlatar belakang Islam yang amat sholeh dan pekerja keras. Profesinya sebagai mandor di perkebunan tebu milik pabrik gula Kancil Mas Bangil. Ia dikenal sebagai seorang mandor yang baik hati dan sangat memperhatikan kesejahteraan para pekerja, sehingga dijuluki Sakera. Sakera adalah pejuang yang anti penjajahan.

Suatu saat setelah musim giling selesai, pabrik gula tersebut membutuhkan banyak lahan baru untuk menanam tebu. Karena kepentingan itu orang Belanda ambisius untuk membeli lahan perkebunan yang seluas-luasnya dan dengan harga semurah-murahnya. Dengan cara yang licik, orang Belanda itu menyuruh Carik Rembang untuk bisa menyediakan lahan baru untuk Perusahaan dalam jangka waktu singkat dan murah, dengan iming-iming harta dan kekayaan. Sehingga Carik Rembang bersedia memenuhi keinginan tersebut. Carik Rembang pun menggunakan cara-cara kekerasan kepada rakyat dalam mengupayakan tanah untuk perusahaan.

Sakera pun selalu membela rakyat, karena sikap ketidakadilan yang berkali kali dilakukan oleh Carik Rembang. Sehingga Carik Rembang melaporkan hal ini kepada pemimpin perusahaan. Pemimpin perusahaan marah dan mengutus wakilnya Markus untuk membunuh Sakera. Suatu hari pekerja sedang istirahat di perkebunan, Markus marah-marah dan menghukum para pekerja serta menantang Sakera. Sakera yang mengetahui hal ini, marah dan membunuh Markus serta pengawalnya di kebon tebu. Sejak saat itu Sakera menjadi buronan polisi pemerintah Hindia Belanda. Suatu saat ketika Sakera berkunjung ke rumah ibunya, ia dikeroyok oleh Carik Rembang dan polisi Belanda. Karena ibu Sakera diancam akan dibunuh maka, Sakera akhirnya menyerah, dan dimasukkan ke penjara Di Bangil.

Siksaan demi siksaan dilakukan polisi Belanda kepada Sakera setiap hari. Selama dipenjara Sakera selalu merindukan keluarganya dirumah. Berbeda dengan Sakera yang berjiwa besar, sementara Sakera ada dipenjara. Perlawanan pun tetap dimulai, Carik Rembang dibunuh dan dilanjutkan dengan menghabisi para petinggi perkebunan yang memeras rakyat. Bahkan kepala polisi Bangil pun ditebas tangannya dengan celurit senjata khas yang digunakan Sakera.

Dengan cara yang licik pula polisi Belanda mendatangi teman seperguruan Sakera yang bernama Aziz untuk mencari kelemahan Sakera. Dengan iming-iming akan diberi imbalan kekayaan oleh pemeritah Belanda di Bangil. Aziz menjebak Sakera dengan licik, akhirnya Sakera pun terjebak dan dilumpuhkan ilmunya dengan memukulkan "Jamur Kuning" ke badannya. Lagi-lagi Belanda berhasil menangkap kembali Sakera yang kemudian diadili oleh pemeritah Belanda di Bangil dan diputuskan untuk dihukum gantung. Sakera gugur digantung di Penjara Bangil dan Ia dimakamkan di Bekacak, Kelurahan, daerah paling selatan Kota Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.

Semangat perjuangan yang dilakukan Sakera tidak pernah terdokumentasikan bagi masyarakat, dan belum masuk di dalam kategori Pahlawan Nasional Indonesia. Di karenakan Sakera termasuk salah satu dari banyaknya Pahlawan Di Indonesia. Yang memperjuangkan daerahnya sendiri dari keganasan penjajahan Belanda. Sehingga Nama dan Jasa-jasanya Sakera, hanya bisa di dengar di daerahnya sendiri.

Referensi

[1] [2][pranala nonaktif permanen] [3][pranala nonaktif permanen]

  1. ^ "Cerita Sakera". Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Pasuruan.