Tara Dharmasetu

Revisi sejak 8 November 2023 04.16 oleh Raden Salman (bicara | kontrib) (Perbaikan Data)
Untuk pengertian lain, lihat Tara

Tara merupakan Maharani Sriwijaya ke-10 bergelar Sri Kahulunan. Menurut Prasasti Nalanda, Dewi Tara adalah Putri Dharmasetu yang menikah dengan Samaragrawira dari Wangsa Sailendra, ia melahirkan Balaputradewa yang menjadi raja Kerajaan Sriwijaya.

Hal ini diperkuat oleh Naskah Wangsakerta, yang menyebutkan bahwa Samaragrawira mempunyai dua orang isteri yang satu melahirkan Pramodawardhani yang satunya lagi melahirkan Balaputradewa.

Dengan demikian, maka diketahui kalau Balaputradewa adalah saudara Pramodawardhani. Namun, berbeda Ibu Kandung.

Dalam Prasasti Nalanda, dijelaskan kalau Balaputradewa adalah Putra Samaragrawira dengan Dewi Tara. Jadi, dapat disimpulkan kalau Balaputradewa mewarisi tahta Sriwijaya dari Ibunya karena menjadi Permaisuri Raja Samaragrawira.

Hal itu juga diperkuat dengan temuan Prasasti Wukiran, Menurut sejarawan Boechari, di bukit Ratu Baka tidak dijumpai prasasti atas nama Balaputradewa, melainkan atas nama Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni. Mungkin tokoh ini yang memberontak terhadap pemerintahan Rakai Pikatan karena ia juga mengaku sebagai keturunan asli pendiri kerajaan, yaitu Sanjaya.

Sementara itu istilah Walaputra dalam prasasti Wantil bermakna “putra bungsu”. Jadi, istilah ini bukan nama lain dari Balaputradewa, melainkan julukan untuk Dyah Lokapala, yaitu pahlawan yang berhasil mengalahkan Rakai Walaing, musuh ayahnya.

Dengan demikian, teori yang menyatakan terjadi perang saudara antara Rakai Pikatan melawan iparnya, yaitu Balaputradewa mungkin keliru. Karena Balaputradewa mewarisi tahta Sriwijaya dari Ibunya, sedangkan alasan ia memindahkan ibukota Sriwijaya ke Sumatera kemungkinan besar untuk menjaga stabilitas politik agar tetap kondusif.

Tara Dharmasetu
PasanganSamaragrawira
KeturunanBalaputradewa
WangsaSoma
(kelahiran)
Syailendra
(pernikahan)
AyahDharmasetu