Avidius Cassius
Gaius Avidius Cassius (sekitar 130 -- Juli 175) adalah seorang jenderal Romawi yang memimpin Mesir dan Suriah pada tahun 175.
Avidius Cassius | |
---|---|
Kaisar dari Kerajaan Romawi | |
Informasi pribadi | |
Lahir | sekitar 130 Cirrus, Suriah |
Meninggal | Juli 175 Mesir (provinsi Romawi) / Suriah (provinsi Romawi) |
Suami/istri | Volusia Vettia Maeciana |
Anak | Avidius Heliodorus, Avidius Maecianus, Avidia Alexandra, Volusia Laodice |
Orang tua |
|
Sunting kotak info • L • B |
Kelahiran
Cassius adalah seorang pribumi dari Cirrus, Suriah yang lahir kepada Gaius Avidius Heliodorus, seorang orator yang menjadi Prefek Mesir dari 137 hingga 142 dibawah kekuasaan Hadrian, yang beristrikan Junia Cassia Alexandra.
Kehidupan
Cassius memiliki performa amat baik ketika memimpin kerajaan Romawi (yang waktu itu dikuasai oleh Marcus Aurelius) dalam Perang Persia, sebagai seorang Legatus (Jendral) dari Legio III Gallica, menaklukkan Seleucia dan Ctesiphon, dan akhirnya berhasil masuk Senat Romawi. Dia menjadi seorang Consul Suffectus pada 160 dan sekitar 161 hingga 163, menjadi Gubernur provinsi Romawi Suriah pada 166 dan menaklukkan sebuah revolusi di Bucoli di Mesir yang terjadi pada 172.
Kekaisaran
Pada 175 dia diangkat menjadi Kaisar Romawi setelah berita premature atas kematian Marcus Aurelius; sumber juga menyatakan bahwa dia diyakinkan oleh istri Marcus Aurelius, Faustina, karena khawatir atas kesehatan suaminya yang diperkirakan akan segera meninggal, dan anak mereka Commodus masih terlalu muda (13 tahun pada saat itu). Namun pada kenyataannya Aurelius belum meninggal; namun Cassius melanjutkan revolusinya setelah Aurelius kembali sehat.
Menurut Cassius Dio, pertamanya, Marcus, yang sedang berperang di utara, mencoba merahasiakan revolusi Cassius kepada prajurit-prajuritnya. Namun ketika beritanya mulai bocor, Marcus mulai menanggapi berita tersebut. Dalam sebuah pidato yang Dio sangkutkan kepada Marcus, dia kecewa terhadap pengkhianatan dari "teman terdekatnya", tetapi dalam waktu yang sama berharap bahwa Cassius tidak dibunuh atau bunuh diri, agar dia dapat menunjukkan belas kasihan. Senat menganggap Cassius sebagai seorang musuh publik.
Diketahui bahwa Cassius menjadi Kaisar pada 3 Mei, mereferensikan kepada sebuah dokumen yang pertama kali diisukan Cassius dalam tahun pertama pemerintahannya. Permulaan revolusinya dimulai pada April 175.
Meskipun ia menguasai sebagian besar bagian Timur Romawi -- khususnya Mesir, penyuplai makanan bagi kota Roma -- Cassius gagal untuk menemukan dukungan untuk revolusinya. Gubernur dari Cappadocia, Martius Verus, tetap setia kepada Marcus Aurelius. Marcus tetap dalam posisi yang lebih kuat, dengan tentara yang lebih banyak daripada Cassius. "Setelah sebuah mimpi memiliki kerajaan sendiri dalam tiga bulan dan enam hari", Cassius akhirnya dibunuh oleh seorang centurion, kepalanya dipenggal, dibawa ke Marcus, yang menolak melihatnya dan menyuruhnya dikubur.
Peristiwa-peristiwa ini di dalam hidupnya diketahui berasal dari Sejarah Romawi, tulisan Cassius Dio.
Melalui nenek buyutnya, Junia Lepida, Avidius Cassius adalah penerus (cucu generasi keenam) dari kaisar Romawi pertama, Augustus Caesar, dan darah Julian akan terus turun lewat anak-anak Cassius.
Pernikahan dan Anak
Dia menikahi Volusia Vettiana atau Volusia Maeciana (sekitar 135 -- lewat 175), anak dari Lucius Volusius Maecianus, dan memiliki anak:
- ... Avidius Heliodorus
- ... Avidius Maecianus
- Avidia Alexandra
- Volusia Laodice, lahir sekitar 165, menikah kepada Quintus Tineius Sacerdos
Referensi
Bacaan lebih lanjut
- William Smith (ed) (1870), Dictionary of Greek and Roman Biography and Mythology Vol 1 p. 626
- Anthony Birley, Marcus Aurelius: A Biography
- Maria Laura Astarita, Avidio Cassio [Italian]
Pranala luar
- Relief at Ephesus, termasuk sebuah patung Cassius yang tanpa kepala