Dja Endar Moeda

tokoh pers Indonesia
Revisi sejak 20 Desember 2023 14.13 oleh Agus Damanik (bicara | kontrib) (Menambah Konten)

Dja Endar Moeda atau lengkapnya Dja Endar Moeda Harahap adalah perintis pers berbahasa Melayu kelahiran Padang Sidempuan, 1861. Dididik sebagai guru di sekolah pengajaran guru di Padang Sidempuan, kariernya di dunia pers dimulai sebagai redaktur untuk jurnal bulanan Soeloeh Pengadjar pada 1887.[1]

Sekolah dan penerbitan

Pada tahun 1884, ia lulus dari kweekschool di Kota PadangSidimpuan.[2] Sekolah ini merupakan sekolah yang didirikan oleh Willem Iskander di Tanobato.[3] Selama bersekolah di sini, Moeda menjadi salah satu murid Charles Adrian van Ophuijsen.[4] Selepas lulus, ia diangkat menjadi guru pembantu di Air Bangis, kemudian menjadi kepala sekolah di Batahan, Mandailing Natal pada tahun 1886.[5]Selama menjadi guru, ia juga menjabat sebagai editor untuk Soeloeh Pengadjar karena kemahirannya dalam Bahasa Belanda yang merupakan jurnal pendidikan yang diterbitkan di Probolinggo pada tahun 1887. [6] Dia dipandahkan dari Batahan ke Singkil dan melakukan ibadah Haji pada tahun 1892.[1] Selain naik haji, ia juga melakukan ziarah ke makam ayahnya yang meninggal di Makkah. [7] Berdasarkan catatan perjalanan haji yang diterbitkannya di Bintang Hindia berjudul Perdjalanan ke Tanah Tjoetji, ia menghabiskan uang senilai memaparkan besaran biaya yang dia butuhkan saat menunaikan ibadah naik haji 750 gulden hingga 1.000 gulden yang lebih mahal dibandingkan pada tahun 1887 senilai 500 gulden. Ia pun menyarankan agar gulden yang dimiliki ditukar dengan uang Poundsterling yang setara dengan 12,5-12,6 gulden karena bisa ditukar dengan 10 Ringgit Burung yang berlaku di Makkah, sedangkan 10 gulden hanya bisa ditukar dengan maksimal 8 Ringgit Burung.[8] Catatan tersebut berisi 44 pasal dan diterbitkan secara berkala[7]

Sepulangnya dari naik haji tahun 1893 Dja Endar Moeda mengganti namanya menjadi Haji Muhammad Saleh dan memutuskan bermukim di Kota Padang.[6] Di sana, selain mendirikan sekolah swasta dan menjadi redaktur Pertja Barat.[9] Surat kabar ini didirikan oleh Lie Bian Goan dan terbit pertama kali Juni 1894.[10] Berdasarkan laporan Sumatra courant untuk edisi 20 Februari 1900, organisasi Medan Perdamaian didirikan Dja Endar Moeda pada tahun 1900.[11] Organisasi ini pun berkembang dan juga berdiri di Pematang Siantar, Semarang dan Bukittinggi.[12] Selama menjadi ketua, Dja Endar Moeda memberikan sumbangan untuk meningkatkan pendidikan di Semarang senilai 14.490 gulden yang dilaporkan oleh surat kabar De Locomotief pada edisi 21 Agustus 1902 melalui Ophuijsen. Pada tahun 1907, organisasi ini juga berdiri di Medan dan membentuk klub sepakbola dengan nama yang sama dan berkompetisi pada tahun 1908 di Medan. Organisasi ini pun juga berdiri di Medan Perdamaian juga didirikan di Palembang dan Batavia dipimpin oleh Mohamad Sjafe'i dan Tjik Nang sebagai wakil.[9]

Pada tahun 1905, Dja Endar Moeda membeli Pertja Barat. [1]

Dja Endar Moeda juga mendirikan beberapa media cetak lain di Medan dan Kutaraja (sekarang Banda Aceh). Pemberita Atjeh didirikan pada 1906. Dengan rekan-rekannya di Sjarikat Tapanuli dia menerbitkan Pewarta Deli, dengan dirinya sebagai pemimpin redaksi. Pada 1911, setelah keluar dari Pewarta Deli, Dja Endar Moeda menerbitkan Bintang Atjeh.[13] Dia wafat di Kotaraja pada tahun 1926.[14]

Catatan kaki

  1. ^ a b c Ahmat Adam 2018, hlm. 145.
  2. ^ Pratama, Andika Yudhistira (29 Desember 2022). "Dja Endar Moeda Harahap, Sang Raja Koran dari Sumatera". tirto.id. Diakses tanggal 2023-12-19. 
  3. ^ Pulungan, Thomas (29 Agustus 2021). "Sejarah Pendidikan Jakarta dan Sekolah Guru Pertama di Batavia". SINDOnews Metro. Diakses tanggal 2023-12-19. 
  4. ^ Satyadarma (23 September 2017). "Sekolah Tanobato dan Renaisans di Tapanuli". Koran Sulindo. Diakses tanggal 19 Desember 2023. 
  5. ^ "Para Pendekar Pers dari Sumatra - Koran Sulindo". 2023-11-02. Diakses tanggal 2023-12-20. 
  6. ^ a b "Siapa Dja Endar Moeda?". Cekricek. 2022-10-10. Diakses tanggal 2023-12-20. 
  7. ^ a b Chambert-Loir, Henri (2013). Naik haji di masa silam: 1900-1950. KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bekerja sama dengan École française d'Extrême-Orient (EFEO), Forum Jakarta-Paris, Perpustakaan Nasional, Republik Indonesia. hlm. 471, 474. ISBN 978-979-9106-57-5. 
  8. ^ Siregar, Edmiraldo (24 September 2021). "Ongkos Naik Haji Zaman Dulu dan Masa Kini". kumparan. Diakses tanggal 2023-12-20. 
  9. ^ a b Arya, Mohammad (2017-09-28). "Bukan 'Boedi Oetomo', Organisasi Sosial Pertama di Indonesia Ternyata dari Padang". Padangkita.com. Diakses tanggal 2023-12-20. 
  10. ^ Sunarti, Sastri (2014). Kajian Lintas Media. Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 42. ISBN 978-979-9106-55-1. 
  11. ^ Effendi, Ahmad (2023-10-07). "Jejak Klub Sosial Anak Muda di Jogja yang Menginspirasi Pembentukan Boedi Oetomo" Periksa nilai |url= (bantuan). Diakses tanggal 2023-12-20. 
  12. ^ Santosa, Ramadhani Putra; Sayogya, Muhammad Hadi; Abadi, Muhammad Imam (2021). "Pembubaran Ormas Radikal Dalam Perspektif Undang-Undang No. 16 Tahun 2017". Dinamika Hukum & Masyarakat. 4 (2): 1–6. doi:10.30737/dhm.v3i2.2019. 
  13. ^ Ahmat Adam 2018, hlm. 145-146.
  14. ^ Lubis, Bersihar (7 Februari 2023). "Interupsi di Hari Pers Nasional". analisadaily.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 May 2023. Diakses tanggal 2023-05-25. 

Referensi

  • Ahmat Adam (2018). The Vernacular Press and the Emergence of Modern Indonesian Consciousness. Cornell University Press. 

Pranala luar