Batalyon Infanteri 900
Batalyon Infanteri 900/Satya Bhakti Wirottama, Kodam IX/Udayana adalah sebuah pasukan elit infanteri raider TNI Angkatan Darat yang sebelumnya bernama Yonif 741/Satya Bhakti Wirottama. Berdiri pada tanggal 17 Maret 1965, yonif ini diikutsertakan dalam pembentukan batalyon raider dan berganti nama Yonif Raider 900 Satya Bhakti Wirotama Kodam IX/Udayana.[1]
Batalyon Infanteri 900/ Satya Bhakti Wirottama | |
---|---|
Dibentuk | 17 Maret 1965 |
Cabang | Infanteri |
Tipe unit | Raider |
Peran | Pasukan Pemukul Reaksi Cepat Lintas Medan |
Bagian dari | Kodam IX/Udayana |
Markas | Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali |
Julukan | Yonif 900/SBW |
Moto | Cepat Senyap Tepat |
Baret | Hijau Lumut |
Maskot | Pisau Komando dan Petir |
Ulang tahun | 17 Maret |
Markas Batalyon Infanteri Raider 900 Satya Bhakti Wirotama terletak di Jl. Sudirman, Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali.
Cikal Bakal
Pada awal kelahiran Tentara Republik Indonesia (Perubahan dari Tentara Keamanan Rakyat tahun 1946) di pulau Jawa dibentuk 7 Divisi Tentara Republik Indonesia. Divisi VII/Suropati adalah salah satu dari ketujuh Divisi tersebut yang wilayahnya meliputi daerah Malang - Besuki. Batalyon VIII Resimen Infanteri 39 berada dibawa kendali Divisi tersebut dengan Komandan Batalyonnya adalah Mayor Santoso.
Berdasarkan Pengumuman Panglima Divisi VII/Suropati tanggal 6 Februari 1947, Batalyon VIII diberi nama Batalyon VIII/Ketonggeng dan Resimen Infanteri 39 diberi nama Resimen Infanteri 39/Menak Kuncar. Pada tahun 1948 Tentara Republik Indonesia mengadakan program Reorganisasi dan Rasionalisasi (RERA) maka Resimen Infanteri 39/Menak Kuncar dibubarkan dan daripadanya dibentuk 2 batalyon yaitu batalyon Mobil dipimpin oleh Mayor Suprapto dan batalyon territorial dibawah pimpinan Mayor Santoso. Karena Inti dari pembentukan batalyon Mobil ini dari Batalyon VIII/Ketonggeng maka Batalyon Mobil II/Divisi I dianggap kelanjutan dari Batalyon VIII/Ketonggeng.
a. Menjadi Batalyon 31 Brigade IV Divisi I
Berdasarkan Instruksi dari Markas Besar Komando Jawa nomor 47/KB/49, maka Batalyon Mobil II/Divisi I mendapat tugas sebagai sub Wehrkreise VI didaerah Kabupaten Lumajang. Setelah keadaan mereda, dilaksanakan Konsolidasi dan diadakan pembentukan satuan baru maka Batalyon Mobil II kemudian diganti nama menjadi Batalyon 31 Brigade IV Divisi I dipimpin oleh Mayor Santoso dan kemudian diganti oleh Mayor Wakhman.
Dalam pembentukan dan pengiriman pasukan ke Indonesia Timur dibawah pimpinan Kolonel A.E Kawilarang, Batalyon 31 dibawah pimpinan Mayor Wakhman adalah salah satu batalyon yang masuk didalamnya yang diperbantukan kepada Brigade XXVIII dibawah pimpinan Letkol Sukowati. Setelah berada di Indonesia Timur, Batalyon 31 bertugas di Sulawesi Selatan dan kemudian menjadi organik Teritorium VII/Indonesia Timur.
b. Batalyon 701 – 702
Berdasarkan Penetapan Panglima Teritorium VII No.3006/9/1959 Brigade - Brigade di Indonesia Timur (pasukan ekspedisi) mulai tanggal 17 September 1950 dirubah menjadi Komando Pasukan (Kompas), dimana Brigade Letnan Kolonel Sukowati menjadi Komando Pasukan A/Sulawesi Selatan. Sesuai dengan perubahan ini berubah pula nama - nama Batalyon, dimana Batalyon 31 yang saat itu dibawah pimpinan Kapten Sukertyo menjadi Batalyon 702/Kompas A /Teritorium VII, terhitung mulai tanggal 1 Nopember 1950.
Berdasarkan keputusan Panglima Teritorium VII No. 80042/7/1952 mulai tanggal 15 Juli 1952 komando - komando pasukan dirubah lagi menjadi Resimen Infanteri dan Komando Pasukan A/Sulawesi Selatan menjadi Resimen Infanteri 23/VII (Resimen Infanteri 23/VII). Dua minggu kemudian dengan Surat Keputusan Panglima Teritorium VII Nomor 42/KPTS/7/1952 tanggal 30 Juli 1952 berubah pula Batalyon- batalyon dimana Batalyon 702 menjadi Batalyon Infanteri 701- I/Resimen Infanteri 23/VII, terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1952 pada saat itu Batalyon Infanteri 701 berada di bawah pimpinan Kapten Slamet Wardoyo.
Pada bulan Juli 1954 Batalyon Infanteri 701 dipindahkan ke Resimen Infanteri 25/Maluku Selatan, sehingga sebutannya menjadi Batalyon Infanteri 701/Resimen Infanteri 25/VII Wirabuana di bawah pimpinan Kapten Effendi SM, kemudian dilanjutkan oleh Kapten R.Y. Leo Lapulisa, setelah ± satu setengah tahun Batalyon Infanteri 701 organik resimen Infanteri 25/Maluku Selatan, pada bulan April 1956 dipindahkan lagi ke Resimen Infanteri 26/Nusa Tenggara mendarat di Singaraja Bali dibawah pimpinan Kapten Jalal.
c. Menjadi Batalyon 741
Mulai tanggal 17 Maret 1965 berdasarkan Surat Keputusan Pangdam XVI/Udayana No. 070/3/1965 Batalyon Infanteri 701 ROI - I dirubah menjadi Batalyon Infanteri 741 ROI - 64, yang kekuatannya terdiri dari 3 Kompi Senapan, 1 Kompi Bantuan dan 1 Kompi Markas. Perubahan Batalyon Infanteri 701 ROI - I menjadi Batalyon Infanteri 741 ROI - 64 dilangsungkan pada tanggal 19 Maret 1965, dengan daerah kekuasaan meliputi Bali.
Berdasarkan Surat Perintah Pangdam IX/Udayana Nomor: Sprin/567/XI/1973 tanggal 2 Nopember 1973 sebagai realisasi Skep Kasad Nomor: Skep/20/VII/1973 susunan organisasi disesuaikan dengan ROI - 73 dengan dislokasi Markas Batalyon, Kompi Markas, Kompi Bantuan dan Kompi Senapan B di Singaraja, Kompi Senapan A di Kuta Denpasar serta Kompi Senapan C di Negara.
Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam IX/Udayana Nomor Skep/46/II/1985 tanggal 25 Pebruari 1985 tentang Pengorganikan Batalyon Infanteri 741/Satya Bhakti Wirottama pada Korem 163/Wirasatya sebagai Batalyon Infanteri Territorial.
Berdasarkan Surat Telegram Pangdam IX/Udayana Nomor STR/98/1988 tanggal 25 Pebruari 1988 tentang pengorganikan Batalyon Infanteri 741/Satya Bhakti Wirottama kepada Kodam IX/Udayana sebagai Batalyon Infanteri Pemukul Kodam Yonif PMK (Pasukan Mobile Kodam) terhitung mulai tanggal 1 Maret 1988.
d. Menjadi Batalyon 900/Raider
Pada tahun 2003 Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Membentuk 10 Batalyon Infanteri Raider. Kodam IX/Udayana menyelenggarakan Seleksi personel di satuan yang ada di jajaran Kodam IX/Udayana serta Melaksanakan Latihan Raider. Dalam pelatihan pertama tercatat sebanyak 817 anggota Yonif-741/Wirottama yang ambil bagian dalam pelatihan raider yang telah berlangsung selama empat bulan di kawasan hutan dan perairan Pulaki, Gilimanuk. Dari jumlah itu, 767 dinyatakan lulus dan 50 lainnya gugur karena berbagai hal, antara lain masalah kesehatan, mengalami kecelakaan saat latihan, kurang cakap dan lain-lain.[2] Pada tanggal 22 Desember 2003 diresmikan 10 Batalyon Infanteri Raider Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat termasuk didalamnya Batalyon Infanteri 900/Raider Kodam IX/Udayana oleh Kepala Staf Angkatan Darat di Jakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/46/XII/2003 tanggal 15 Desember 2003 tentang Pembekuan 8 Satuan Pemukul Kodam dan 2 satuan Yonif Kostrad serta Pengesahan Pembentukan 10 Satuan Yonif Raider di jajaran TNI - AD.
Tunggul Batalyon Infanteri 900/Raider dengan gambar sebagai berikut: Pisau/Sangkur, Lintas Kilat/Petir, Warna Merah Putih dan Semboyan Cepat Senyap Tepat; mempunyai arti : Batalyon Infanteri 900/Raider dengan semboyan “CEPAT SENYAP TEPAT” sebagai satuan kebanggaan TNI - AD yang memiliki mobilitas tinggi, mampu bergerak dan bertindak secara senyap, mencari dan merebut sasaran dengan tepat dalam situasi serta kondisi bagaimanapun juga, dan dengan dilandasi semangat juang yang tinggi rela berkorban dalam pengabdiannya untuk keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Karena Inti dari pembentukan Batalyon Infanteri 900/Raider Kodam IX/Udayana ini dari Batalyon Infanteri 741/Satya Bhakti Wirottama maka Batalyon Infanteri 900/Raider dianggap kelanjutan dari Batalyon Infanteri 741/Satya Bhakti Wirottama.
Komandan
- Letkol Inf Moh Iwan I (1954 - 1956)
- Mayor Inf Sumaryo (1961 - 1962)
- Letkol Inf S Sudarto (1963 - 1963)
- Mayor Inf Harto Suaryo (1965 - 1965)
- Mayor Inf Suhudi (1967 - 1968)
- Mayor Inf H Matnur (1968 - 1972)
- Mayor Inf Sri Sudarso (1972 - 1973)
- Mayor Inf Rustam Kastoor (1973 - 1975)
- Mayor Inf Sugianto (1975 - 1977)
- Mayor Inf Suparman S (1980 - 1981)
- Letkol Inf M. Sujuti (1982 - 1983)
- Letkol Inf Yunus Effendi (1983 - 1984)
- Letkol Inf Syarifuddin Z (1984 - 1987)
- Mayor Inf M. Ansyori Deas (1987 - 1988)
- Mayor Inf I.G.B. Alit Putra (1988 - 1989)
- Mayor Inf Agus Mulyadi (1989 - 1992)
- Mayor Inf Sukimin (1992 - 1993)
- Letkol Inf Herman Tedez (1993 - 1995)
- Letkol Inf Sudrajat AS (1995 - 1996)
- Mayor Inf Beny DS (1996 - 1997)
- Mayor Inf I Made Sumantra (1997 - 1998)
- Mayor Inf Syukran Hambali (1998 - 1999)⭐
- Letkol Inf Doni Monardo (1999 - 2001)⭐⭐⭐
- Letkol Inf Ganip Warsito (2001 - 2003)⭐⭐⭐
- Letkol Inf Arifin (2003 - 2003)
- Letkol Inf R. Agus Abdurrauf (2003 - 2005)⭐
- Letkol Inf Agus Arif Fadila (2005 - 2007)⭐⭐
- Letkol Inf Suhardi (2007 - 2009)⭐
- Letkol Inf I Wayan Suarjana (2009-2010)⭐
- Letkol Inf Agustinus Dedy Prasetyo (2010 - 2011)⭐
- Letkol Inf Djarot Suharso (2011 - 2012)
- Letkol Inf Agus Bhakti (2012 - 2013)⭐
- Letkol Inf Umar (2013 - 2014)
- Letkol Inf Ardiansyah (2014 - 2015)
- Letkol Inf Benny Rahadian, S.E. (2015 - 2016)
- Letkol Inf Handoko Yudho Wibowo (2016 - 2018)
- Letkol Inf Toni Sri Hartanto (2018 - 2019)
- Letkol Inf Danang Prasetyo Wibowo (2019 - 23 Agustus 2019)
- Letkol Inf Martky Jaya Perangin Angin (23 Agustus 2019 - 8 Juli 2021)
- Letkol Inf Teguh Dwi Raharja, S.Sos. (8 Juli 2021 - 16 Juni 2022)
- Mayor Inf Deden Ika Drajat (16 Juni 2022 - Sekarang)