Danau Lindu

salah satu danau di dunia
Revisi sejak 12 Februari 2024 08.34 oleh Daeng Tacinde (bicara | kontrib) (Melengkapi informasi: Luasnya mencapai 34,88 km² dengan kedalaman maksimum 72,6 meter, kedalaman rata-rata 38 meter dan berada di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan air laut; Memperbaiki penulisan kata: mas, mujair, sepat, gurame, tawes, dan lele; Menambahkan referensi mengenai hewan krustasea endemik Danau Lindu.)

Danau Lindu merupakan danau yang terletak di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia dan berada di dalam Taman Nasional Lore Lindu.


Kedalaman maksimum Danau Lindu yaitu 72,6 m yang berada di arah Timur laut Desa Anca, ketinggian 982 m di atas permukaan laut (Lukman, 2007).

Luasnya mencapai 34,88 km² dengan kedalaman maksimum 72,6 meter, kedalaman rata-rata 38 meter dan berada di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan air laut[1]. Danau Lindu adalah danau terbesar ke delapan di Pulau Sulawesi dan kedua di Provinsi Sulawesi Tengah setelah Danau Poso.[2]

Danau Lindu
Danau Lindu
LetakKabupaten Sigi,
Sulawesi Tengah,
Indonesia Indonesia
Koordinat1°19′09.2″S 120°04′50.4″E / 1.319222°S 120.080667°E / -1.319222; 120.080667
Aliran keluar utamaSungai Rawa
Panjang maksimal9,6 km
Lebar maksimal4.8 km
Area permukaan34,88 km²
Volume air1.327,8 km³
Ketinggian permukaan1.000 m (3.300 ft)
Peta
Peta

Fungsi

Danau memiliki dua fungsi yaitu fungsi tunggal dan multifungsi, hal ini disampaikan oleh Hamka Arsyad. Danau Lindu sendiri mempunyai fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, di antaranya adalah memberikan suplai air bagi masyarakat setempat dan membantu sektor pertanian bagi daerah sekitar perkantoran. Danau ini juga menjadi sumber utama masyarakat bagi beberapa desa antara lain adalah Desa Langko, Desa Tomado, dan Desa Anca yang diberi julukan sebagai kawasan masyarakat adat Lindu. Sebenarnya masih terdapat satu desa lagi yaitu Desa Puroo, namun desa ini dianggap sebagai desa pendatangan karena pada tahun 1960-an di wilayah desa ini sudah ditempati oleh transmigran lokal.[3]

Geomorfologi

Danau Lindu dimasukkan ke dalam kelas danau tektonik.[4] Pembentukannya terjadi selama era Pliosen setelah bak besar dilokalisasi dari sebuah bagian rangkaian pegunungan akibat dari proses alam berupa kekuatan geologis dahsyat. Pada kenyataannya danau ini secara geologi berada di wilayah Sesar Palu-Koro yang membelah Pulau Sulawesi dari Teluk Palu hingga Sungai Leboni. Danau Lindu dikelilingi oleh sejumlah gunung seperti Gunung Nokilalaki (2.357 m), Gunung Lantawungu (2.270 m) dan Gunung Tumawu (2.120 m). Terdapat 16 sungai utama yang mengalirkan air ke danau ini. Empat di antaranya yang terbesar yaitu Sungai Kati, Sungai Lambosa, Sungai Langko, dan Sungai Wongkodono. Sedangkan saluran keluar danau ini melalui Sungai Rawa yang kemudian masuk ke Sungai Gumbasa, anak Sungai Palu.

Keanekaragaman Hayati

Danau Lindu terkenal dengan melimpahnya ikan air tawar. Terdapat 10 spesies ikan di danau ini dan 6 di antaranya merupakan ikan yang dilepas-liarkan secara sengaja seperti ikan mas, mujair, sepat, gurame, tawes, dan lele. Sedangkan 4 spesies lainnya adalah ikan endemik di antaranya adalah ikan Sidat dan ikan Xenopoecilus sarasinorum yang sudah jarang ditemui. Selain ikan air tawar, Danau Lindu juga menyimpan keanekaragaman fauna krustasea seperti udang Caridina linduensis, Caridina dali, dan Caridina kaili yang merupakan krustasea endemik Danau Lindu[5]. Sementara jenis burung yang ada terdapat 15 spesies di antaranya yaitu Belibis Hutan, Kuntul, dan lainnya. Di danau ini juga terdapat satwa endemik katak sulawesi (Bufo celebensis). Danau Lindu merupakan habitat bagi berbagai macam tumbuhan dan hewan yang kini mulai berkurang keanekaragamannya karena menurunnya populasi spesies serta hilangnya beberapa spesies, seperti tanaman Rano.

Transportasi

Perjalanan menuju Danau Lindu dapat dimulai dari Kota Palu dengan kendaraan yang hanya bisa sampai ke Kecamatan Kulawi. Untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya dapat ditempuh dengan menggunakan ojek melalui medan yang menantang. Danau Lindu yang dikelilingi oleh punggung pegunungan memang sulit untuk dijangkau oleh kendaraan bermotor. Untuk menuju danau ini, masyarakat setempat mengunakan jasa kuda beban yang disebut pateke. Jika terdapat kendaraan bermotor maka itu adalah kendaraan bermotor yang sudah dimodifikasi, termasuk ojek.

Pariwisata

Danau Lindu menjadi salah satu objek wisata di Sulawesi Tengah karena memiliki panorama alam yang indah.[6] Hutan di sekeliling Dana Lindu merupakan kawasan pegunungan. Karena itu, Danau Lindu menjadi objek wisata bagi wisatawan pejalan kaki dan pendaki gunung. Terdapat lima desa yaitu Desa Puroo, Desa Langko, Desa Tomado, Desa Anca, dan Desa Olu yang terletak di tepi Danau Lindu dan cukup terkenal akan keindahannya. Di wilayah yang berpenduduk dengan luas wilayah ini juga terkenal dengan laboratorium untuk pemeriksaan penyakit yang disebabkan oleh sejenis cacing schistosomiasis yang hanya bisa hidup melalui perantaraan sejenis keong endemik yang juga hanya hidup dibeberapa tempat di dunia.

Referensi

  1. ^ Lukman, Lukman (2007). Danau Lindu, Keteduhan yang Merindu. Jakarta: LIPI Press. 
  2. ^ "Kanwil Kemenkumham Sulteng, Suarakan Tahun 2022 sebagai Tahun Cipta dari Danau Lindu". Web Kanwil Kemenkumham. 2022-01-23. Diakses tanggal 2022-12-23. 
  3. ^ Yetti, Erly (2018-04-17). "LEGENDA DANAU LINDU SULAWESI TENGAH: STRUKTUR NARATIF". Kandai (dalam bahasa Inggris). 12 (2): 283–296. doi:10.26499/jk.v12i2.86. ISSN 2527-5968. 
  4. ^ Hasim (April 2017). Model Pengelolaan Danau: Sebuah Kajian Transdisipliner. Gorontalo: Ideas Publishing. hlm. 7. 
  5. ^ Annawaty, Annawaty; Wowor, Daisy; Farajallah, Achmad; Setiadi, Dede; Suryobroto, Bambang (2016-04-01). "Habitat Preferences and Distribution of the Freshwater Shrimps of the Genus Caridina (Crustacea: Decapoda: Atyidae) in Lake Lindu, Sulawesi, Indonesia". HAYATI Journal of Biosciences. 23 (2): 45–50. doi:10.1016/j.hjb.2016.04.001. ISSN 1978-3019. 
  6. ^ Sani, M. Y., dan Suni, M. (2019). Wisata Bahari: Ragam Budaya dan Pembangunan Berkelanjutan (PDF). Yayasan Gema Rakyat Semesta. hlm. 161. ISBN 978-623-90814-1-6. 

Pranala luar