Mikrobiologi Tanah

Revisi sejak 21 Februari 2024 07.55 oleh Pakdhe Wawan (bicara | kontrib) (menambah referensi)

Mikrobiologi tanah adalah cabang ilmu pengetahuan dari subdisiplin mikrobiologi lingkungan yang meneliti seluruh aspek biologis mikroorganisme (bakteri, archaea, virus, jamur, parasit, dan protozoa) yang mendiami ekosistem tanah.[1] Bakteri dan jamur, memegang kendali atas fungsi ekosistem melalui proses dekomposisi dan siklus nutrisi dan dapat berperan sebagai indikator perubahan penggunaan lahan dan kesehatan ekosistem. Habitat tanah digambarkan sebagai matriks kompleks dengan pori-pori dan agregat dengan ukuran berbeda. Rizosfer menjadi tempat berkumpul bakteri dan jamur tertentu yang dapat memanfaatkan gula yang dikeluarkan oleh akar tanaman atau bahkan bersimbiosis mutualistik dengan berasosiasi secara fisik dengan sistem akar tanaman dan bertukar serta nutrisi , interkasi tersebut dapat dilihat pada mikoriza dan tanaman. Komunitas tanah dan habitatnya dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, keasaman atau alkalinitas tanah (pH).[2] Mikroba tanah memiliki peran ganda dalam ekosistem, mereka memberikan kontribusi positif yang fundamental bagi kesehatan tanah, tanaman bahkan manusia. Namun, dalam kondisi tertentu, mikroba tanah dapat menimbulkan dampak negatif yang perlu diwaspadai.

Hasil Kultur Mikroba Tanah pada Media Buatan
Mikroba Tanah pada Media Buatan

Hubungan Mikroba Tanah dengan Tumbuhan

Tanaman menunjukkan berbagai interaksi dengan organisme tanah, seperti simbiosis mutualistik dengan jamur mikoriza dan bakteri pengikat nitrogen pada kacang-kacangan. Interaksi ini telah dimanfaatkan manusia sejak lama, seperti pelapisan benih dengan bakteri seperti Azotobacter chroococcum atau Bacillus megaterium untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sejak tahun 1980-an, berbagai strain bakteri, seperti Pseudomonas dan Azospirillum, telah terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.[3][4][5][6][7][8] Mikroorganisme tanah berperan dalam dekomposisi bahan organik. Mikroorganisme tersebut memperoleh energi dan nutrisi dari beragam molekul dalam bahan organik tanah (BOT). Proses dekomposisi memegang peranan penting dalam penggunaan dan daur ulang nutrisi yang efisien dalam ekosistem terkelola, pertanian, semi-alami, dan alami pada proses ini biomolekul kompleks didegradasi menjadi bioelemen seperti nitrogen (N) dan dilepaskan dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman.[2] Mikroorganisme tanah yang hidup di lingkungan kaya karbon dapat menghasilkan eksudat akar, karbon organik volatil, dan rhizodeposisi kimiawi. Eksudat akar ini berbeda-beda antar spesies tanaman, sehingga mikrobioma rizosfer (komunitas mikroba di sekitar akar) pun berbeda-beda. Eksudat ini mengandung berbagai macam senyawa organik, seperti gula, asam amino, asam organik, nukleotida, flavonoid, zat antibakteri, dan enzim.[9][10][11][12][13]

Referensi

  1. ^ "Soil microbiology - Latest research and news | Nature". www.nature.com. Diakses tanggal 2024-02-20. 
  2. ^ a b Dixon, Geoffrey R.; Tilston, Emma L. (2010-09-08). Soil Microbiology and Sustainable Crop Production (dalam bahasa Inggris). Springer Science & Business Media. ISBN 978-90-481-9479-7. 
  3. ^ Jacoby, Richard; Peukert, M; Succurro, A; Koprivova, A; Kopriva, S (2017). "The Role of Soil Microorganisms in Plant Mineral Nutrition—Current Knowledge and Future Directions". Front Plant Sci. 8 (1617). doi:10.3389/fpls.2017.01617. 
  4. ^ Morton, Alan G. (1981). History of Botanical Science: An Account of the Development of Botany from Ancient Times to the Present Day (dalam bahasa Inggris). Academic Press. ISBN 978-0-12-508380-5. 
  5. ^ Brown, M E (1974-09). "Seed and Root Bacterization". Annual Review of Phytopathology (dalam bahasa Inggris). 12 (1): 181–197. doi:10.1146/annurev.py.12.090174.001145. ISSN 0066-4286. 
  6. ^ Burr, T. J. (1978). "Increased Potato Yields by Treatment of Seedpieces with Specific Strains of Pseudomonas fluorescens and P. putida". Phytopathology. 68 (9): 1377. doi:10.1094/phyto-68-1377. ISSN 0031-949X. 
  7. ^ Teintze, Martin; Hossain, M. B.; Barnes, C. L.; Leong, John; Van der Helm, Dick (1981-10-01). "Structure of ferric pseudobactin: a siderophore from a plant growth promoting Pseudomonas". Biochemistry (dalam bahasa Inggris). 20 (22): 6446–6457. doi:10.1021/bi00525a025. ISSN 0006-2960. 
  8. ^ Lin, Willy; Okon, Yaacov; Hardy, Ralph W. F. (1983-06). "Enhanced Mineral Uptake by Zea mays and Sorghum bicolor Roots Inoculated with Azospirillum brasilense". Applied and Environmental Microbiology (dalam bahasa Inggris). 45 (6): 1775–1779. doi:10.1128/aem.45.6.1775-1779.1983. ISSN 0099-2240. PMC 242537 . PMID 16346311. 
  9. ^ Interactions between Microorganisms. CRC Press. 2004-01-11. hlm. 174–204. 
  10. ^ "Effect of Lime and Rice Husk Ash on Index Properties of Black Cotton Soil". paper.researchbib.com. Diakses tanggal 2024-02-21. 
  11. ^ Somers, E.; Vanderleyden, J.; Srinivasan, M. (2004-01). "Rhizosphere Bacterial Signalling: A Love Parade Beneath Our Feet". Critical Reviews in Microbiology. 30 (4): 205–240. doi:10.1080/10408410490468786. ISSN 1040-841X. 
  12. ^ Fiehn, Oliver; Wohlgemuth, Gert; Scholz, Martin; Kind, Tobias; Lee, Do Yup; Lu, Yun; Moon, Stephanie; Nikolau, Basil (2008-02). "Quality control for plant metabolomics: reporting MSI‐compliant studies". The Plant Journal. 53 (4): 691–704. doi:10.1111/j.1365-313x.2007.03387.x. ISSN 0960-7412. 
  13. ^ Biological Control of Soil-borne Sclerotial Pathogens using Fluorescent Pseudomonads. CRC Press. 2005-01-06. hlm. 387–414.