Keluarga berencana alami
Keluarga berencana alami (KB alami) mencakup metode-metode keluarga berencana yang disetujui oleh Gereja Katolik Roma untuk mendapatkan maupun menunda atau menghindari kehamilan. Sesuai dengan ajaran Gereja mengenai perilaku seksual, KB alami mengecualikan penggunaan lain metode pengaturan kelahiran, yang mana disebutnya sebagai "kontrasepsi buatan".
Keluarga berencana alami | |
---|---|
Latar belakang | |
Jenis kontrol kelahiran | Perilaku |
Penggunaan pertama | Kuno: kalender, MAL Pertengahan 1930-an: SBT 1950-an: mukosa |
Tingkat kegagalan (Enam bulan pertama: MAL Per tahun: berdasarkan gejala dan kalender) | |
Penggunaan terbaik | MAL: 0.5% Berdasarkan gejala: 1–3% Berdasarkan kalender: 5–9% |
Penggunaan umum | MAL: 2% Berdasarkan gejala: 2–25% Berdasarkan kalender: 25% |
Penggunaan | |
Reversibilitas | Ya |
Pengingat pengguna | Tergantung pada kepatuhan pengguna terhadap metode |
Tinjauan klinik | Tidak perlu |
Keuntungan dan kerugian | |
Perlindungan PMS | Tidak ada |
Keuntungan periode | Perkiraan |
Manfaat | Kesadaran diri pribadi, tanpa efek samping, dapat membantu pencapaian kehamilan, sesuai dengan ajaran Katolik, tidak ada yang secara eksplisit menghalangi kemungkinan kehamilan dapat mempengaruhi hubungan seksual |
Dalam memilih metode KB alami tentunya memiliki kemudahan, praktis dan terjaga keamanannya, keunggulan dari KB alami dilihat pada siklus haid/masa subur. Namun terdapat tingkat kegagalan yang tinggi pada KB alami ini. [1]
Pantang berkala dianggap bermoral oleh Gereja untuk menghindari atau menunda kehamilan karena alasan-alasan yang dapat dibenarkan.[2] Ketika diterapkan untuk menghindari kehamilan, pasangan suami-istri dapat melakukan hubungan seksual selama waktu infertil (tidak subur) sang istri yang terjadi secara alamiah, misalnya selama fase tertentu dalam siklus ovulasinya. Berbagai metode dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah seorang wanita sedang dalam keadaan subur atau tidak; informasi ini dapat digunakan dalam upaya-upaya untuk menghindari ataupun mendapatkan kehamilan.
Suatu penelitian terhadap 19.843 wanita di India (52% Hindu, 27% Muslim, dan 21% Kristen) yang menggunakan keluarga berencana alami untuk menghindari kehamilan menghasilkan tingkat kehamilan yang tidak diharapkan sebesar 2 kehamilan per 1.000 wanita setiap tahunnya. Suatu penelitian di Jerman mencatat tingkat kehamilan yang tak diharapkan sebesar 8 kehamilan per 1.000 wanita setiap tahunnya.[3]
Keluarga berencana alami telah menunjukkan hasil yang sangat lemah dan kontradiktif dalam praseleksi jenis kelamin anak yang dikehendaki, dengan pengecualian suatu penelitian di Nigeria yang bertentangan hasilnya dengan semua hasil penelitian lain. Karena hasil-hasil yang luar biasa ini, suatu penelitian independen perlu diulang dengan menggunakan populasi lain.[4][5]
Penyebaran Informasi dan edukasi terhadap masyarakat pada partisipasi KB alami adalah melakukan edukasi serta motivasi oleh petugas penyuluh pada tiap-tiap daerah. [6]
Lihat pula
Referensi
- ^ Azis, Andi Asmawati; Arsal, Andi Farida; Purnamasari, A. Bida (2017-10-07). "Persepsi dan Pemahaman Penyuluh KB Terhadap Keluarga Berencana Alami". Seminar Nasional LP2M UNM (dalam bahasa Inggris). 2 (1).
- ^ (Inggris) "In deciding whether or not to have a child, [spouses] must not be motivated by selfishness or carelessness, but by a prudent, conscious generosity that weighs the possibilities and circumstances, and especially gives priority to the welfare of the unborn child. Therefore, when there is a reason not to procreate, this choice is permissible and may even be necessary. However, there remains the duty of carrying it out with criteria and methods that respect the total truth of the marital act in its unitive and procreative dimension, as wisely regulated by nature itself in its biological rhythms. One can comply with them and use them to advantage, but they cannot be 'violated' by artificial interference." Source: Pope John Paul II, Castel Gandolfo, 1994
- ^ (Inggris) Ryder, R. E. (1993). ""Natural family planning": Effective birth control supported by the Catholic Church". BMJ. 307 (6906): 723–6. doi:10.1136/bmj.307.6906.723. PMC 1678728 . PMID 8401097.
- ^ (Inggris) McSweeney, L (2011). "Successful sex pre-selection using natural family planning". Afr J Reprod Health. 15 (1): 79–84. PMID 21987941.
- ^ NFPS-842 Fertility File 19 Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine.. Fertilityuk.org. Retrieved on 2015-09-27.
- ^ Azis, Andi Asmawati; Arsal, Andi Farida; Purnamasari, A. Bida (2017-10-07). "Persepsi dan Pemahaman Penyuluh KB Terhadap Keluarga Berencana Alami". Seminar Nasional LP2M UNM (dalam bahasa Inggris). 2 (1).
Bacaan lanjutan
- (Inggris) "Humanae Vitae". Encyclical of Pope Paul VI. The Holy See. July 25, 1968. Diakses tanggal 2006-06-15.
- (Inggris) Moral Use of Natural Family Planning Diarsipkan 2014-02-24 di Wayback Machine. (PDF). Prof. Janet E. Smith (Moral Theologian and Public Speaker). B.A., M.A., Ph.D., School of Theology, Fr. Michael J. McGivney Chair in Life Ethics, Professor of Moral Theology. At SHMS 2001–present.
Pranala luar
- Natural Family Planning di Curlie (dari DMOZ)