Suku Lampung

kelompok etnik pribumi yang berasal dari Lampung
Revisi sejak 21 Maret 2024 07.07 oleh Nyilvoskt (bicara | kontrib) (Mengembalikan suntingan oleh Claralarisa (bicara) ke revisi terakhir oleh CommonsDelinker)

Suku Lampung[1] (Bahasa Lampung Api: /Ulun Lappung, Bahasa Lampung Nyo: /Jamma Lappung, Abjad Jawi: سوكو لامفونغ/Suku Lampung) adalah suku bangsa pribumi yang berasal dari Provinsi Lampung yang berada pada bagian ujung selatan pulau Sumatra. Pada awal mulanya, suku Lampung berdiam di tengkuk Gunung Pesagi.[2] Wilayah suku Lampung selain di provinsi Lampung juga tersebar di wilayah lainnya seperti: di sebagian provinsi Sumatera Selatan tepatnya di sekitar Danau Ranau, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan yang juga berdekatan bahkan berbatasan dengan provinsi Lampung. Suku Lampung juga tersebar di desa-desa di perbatasan antara Bengkulu dan Lampung, tersebar di desa Merpas, Nasal, Kaur di Bengkulu serta dapat juga ditemukan komunitas masyarakat Lampung di provinsi Banten tepatnya di desa Cikoneng kecamatan Anyar, kabupaten Serang. Tidak hanya itu, suku Lampung juga tersebar di wilayah perantauan terutama di perkotaan besar seperti wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Kota Palembang, Kota Cilegon, Kota Serang, kota Tangerang Selatan, Kota Bengkulu, Kota Bandung, dan juga di kota/wilayah lainnya.

Suku Lampung
Ulun Lappung
Jamma Lappung

سوكو لامفونغ Suku Lampung
Daerah dengan populasi signifikan
 Indonesia1.381.660
            Lampung1.028.190
            Sumatera Selatan95.983
            Jawa Barat92.862
            Banten69.885
            DKI Jakarta45.215
            Jawa Timur28.515
            Jawa Tengah11.677
            Bengkulu6.258
           Wilayah lainnya3.075
Bahasa
Bahasa Lampung • Bahasa Indonesia
Agama
Islam
Kelompok etnik terkait
Komering • Melayu

Sejarah

Sebagaimana asal-usul masyarakat Suku Bangsa Indonesia yang lain. Suku Bangsa Lampung merupakan bagian dari bangsa Austronesia yang leluhurnya diperkirakan berasal dari kepulauan Formosa yang bermigrasi ke Kepulauan Filipina, Sumatra Bagian Pesisir Utara, Sulawesi, Kalimantan dan kemudian berakhir di Selatan Sumatera. Dalam studi bahasa yang pernah dilakukan, Etnis Lampung memiliki akar kesamaan bahasa dengan masyarakat tradisional Puyuma di kepulauan Formosa.

Beberapa catatan sejarah dari Tiongkok menuliskan, bahwa pada abad ke VII masyarakat telah membicarakan suatu wilayah di daerah Selatan (Namphang) dimana terdapat kerajaan yang disebut To-Lang Po-Hwang, To berarti orang dan Lang-Po-Hwang adalah Lampung. Hal ini menunjukan bukti bahwa telah datang ke negeri Tiongkok, utusan dari masyarakat lemah Lampung pada abad ke VII.

Dalam kronik Taiping Huanyu Ji yang ditulis oleh Yue-Shi dari abad ke X, lebih jelas lagi disebutkan nama-nama negeri di kawasan Nan-hai (Laut Selatan), antara lain dua buah negeri yang disebutkan berurutan: To-lang dan Po-hwang. Negeri To-lang hanya disebut satu kali. Tetapi negeri Po-hwang cukup banyak disebut, sebab negeri ini telah mengirim utusan ke negeri Tiongkok pada tahun 442, 449, 451, 459, 464 dan 466.

Prof. Gabriel Ferrand, pada tulisannya dalam majalah ilmiah Journal Asiatique, Paris, 1918, hal. 477, berpendapat bahwa kedua nama itu mungkin hanya satu nama: To-lang-po-hwang, lalu negeri itu dilokasikan Ferrand di daerah Tulangbawang, Lampung. Prof. Dr. Raden Mas Ngabehi Poerbatjaraka, dalam bukunya Riwajat Indonesia I,Jajasan Pembangunan, Djakarta, 1952, hal. 25, menyetujui kemungkinan adanya kerajaan Tulangbawang, meskipun anggapan itu semata-mata karena menyatukan dua toponimi dalam kronik Tiongkok.

Adat-istiadat

Masyarakat Adat Lampung terdiri atas dua sistem Pemerintahan Adat yakni Masyarakat Komunitas Adat Budaya Lampung Saibatin (Peminggir/Pesisir) dan Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang (Pepadun/Pedalaman). Dengan penjelasan sebagai berikut:

Masyarakat Komunitas Adat dan Budaya Lampung Saibatin

Masyarakat Komunitas Adat Budaya Saibatin dari dahulu hingga saat ini dinamakan Masyarakat Adat Lampung Peminggir (Pesisir). Karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung. Beberapa kepaksian serta kemargaan yang menggunakan sistem pemerintahan adat Saibatin antara lain: Bandar Lima Way Lima, Bandar Enom Semaka, untuk di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong, Kepaksian Nyerupa, Paksi Buay Belunguh, Paksi Buay Bejalan Diway, Marga dari pada empat Kepaksian tersebut adalah Marga Ulu Krui, Marga Way Sindi, Marga Tenumbang, Marga Pugung Tampak, Marga Pugung Malaya, Marga Pidada, Marga Pasakh Krui, Marga Ngakhas, Marga Ngambukh, Marga La'ai, Marga Bengkunat, Marga Belimbing, Marga Bandakh, Marga Pulau Pisang, Pembesar Adat Jamma Balak Suku Marga Kabupaten Tanggamus, Pembesar Adat Jamma Balak Suku Marga Kabupaten Pringsewu, Pesumbaian 17 Pesawaran, Saibatin Marga Way Handak Lampung Selatan, Marga Balak, Marga Lunik, Marga Bumi Waras, Melinting Tiyuh Pitu, Marga Lima Way Handak, Enom Belas Marga Krui, Telu Marga Ranau dan Cikoneng Pak Pekon.[3]

Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang (Pepadun)

Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang atau yang sering kali juga dinamakan Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Pepadun berdiam didaerah pedalaman Lampung. Beberapa kemargaan yang menggunakan sistem pemerintahan budaya Penyimbang antara lain : Abung Siwo Mego, Mego Pak Tulangbawang, Pubian Telu Suku, Buway Lima Way Kanan dan Bunga Mayang Sungkay.[4]

Pedoman Hidup Suku Lampung Pesisir (Saibatin)

Tujuh Pedoman Hidup Suku Bangsa Lampung

  1. Berani menghadapi tantangan: mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador.
  2. Teguh pendirian: ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak.
  3. Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya kelai.
  4. Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: pak huma pak sapu, pak jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-pilih.
  5. Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: wat andah wat padah, repa ulah riya ulih.
  6. Mengutamakan persatuan dan kekompakan: dang langkang dang nyapang, mari pekon mak ranggang, dang pungah dang lucah, mari pekon mak belah.
  7. Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: wayni dang rubok, iwani dapok.

Falsafah Hidup Suku Lampung Pedalaman (Pepadun)

Falsafah Hidup Suku Bangsa Lampung termaktub dalam ajaran Piil Pesenggiri, yaitu:

  1. Pesenggiri, mengandung ajaran: Tidak mudah menyerah, tidak mengenal takut dan pantang mundur dalam menghadapi tantangan yang datang di dalam kehidupan. Keberanian adalah merupakan bagian dari harga diri.
  2. Juluk-Adok, mengandung ajaran: Selalu menggunakan nama-nama panggilan yang baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Panggilan yang baik bukan saja membuat orang lain terhormat, tetapi juga menunjukan diri yang bermartabat.
  3. Nemuy-Nyimah, mengandung ajaran: Senang berkunjung dan dikunjungi dengan sikap yang ramah dan pemurah. Berkunjung dan dikunjungi bagian dari sikap saling menghormati.
  4. Nengah-Nyappur, mengandung ajaran: Selalu bergaul ditengah masyarakat. Memperluas hubungan persahabatan dan kekeluargaan dengan semua orang.
  5. Sakay-Sambayan, mengandung ajaran: Senang tolong-menolong dan bergotong-royong dalam hubungan persaudaraan dan kekeluargaan. Sehingga persoalan bersama dapat diselesaikan pula secara bersama-sama.

Bahasa Lampung

Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Suku Bangsa Lampung yang berada di Provinsi Lampung, selatan Sumatera Selatan, selatan Bengkulu dan pantai barat Banten. Berdasarkan pemetaan bahasa. Bahasa Lampung memiliki Dua Sub-Dialek yaitu Sub-Dialek A dan Sub-Dialek O yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Sub-Dialek A (api) atau Bahasa Lampung Api dipertuturkan oleh beberapa Marga di Lampung antara lain: Sekala Brak, Bandar Enom Semaka, Bandar Lima Way Lima, Melinting Tiyuh Pitu, Saibatin Marga Ulu Krui, Saibatin Marga Way Sindi, Marga Tenumbang, Marga Pugung Tampak, Marga Pugung Malaya, Marga Pidada, Marga Pasakh Krui, Marga Ngakhas, Marga Ngambukh, Marga La'ai, Marga Bengkunat, Marga Belimbing, Marga Bandakh, Marga Pulau Pisang, Pembesar Adat Jamma Balak Saibatin Suku Marga Kabupaten Tanggamus, Pembesar Adat Jamma Balak Saibatin Suku Marga Kabupaten Pringsewu, Pesumbaian 17 Pesawaran, Saibatin Marga Way Handak Lampung Selatan, Marga Balak, Marga Lunik, Marga Bumi Waras, Marga Lima Way Handak, Enom Belas Marga Krui, Telu Marga Ranau, Pubian Telu Suku, Buway Lima Way Kanan dan Bunga Mayang Sungkay

Sementara Sub-Dialek O (nyow) atau Bahasa Lampung Nyo dipertuturkan oleh beberapa Marga di Lampung antara lain : Abung Siwo Mego, Mego Pak Tulangbawang, Marga melinting peminggir, Marga teluk peminggir, Marga pemanggilan peminggir dan Marga rebang semendo.

Selain itu terdapat pula Bahasa Lampung Cikoneng yang dipertuturkan oleh masyarakat lampung dengan marga Cikoneng Pak Pekon.

Aksara Lampung

Aksara lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tetapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.

Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.

Aksara lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had Lampung kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. Huruf atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut.

Marga Lampung

Masyarakat Lampung terdiri atas 4 Kepaksian dan 83 kemargaan yang terhimpun dalam kemargaan dan kebuwayan, tersebut antara lain:

Bandar Lima Way Lima

Terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Marga Seputih
  • Marga Sebadak
  • Marga Selimau
  • Marga Sepekhtiwi/Sepertiwi
  • Marga Sekelumbayan

Marga Teluk Peminggir

  • Teluk Betung
  • Sabu Menunggu
  • Retai
  • Punduh
  • Pugung
  • Pubian (Nuwat)

Marga Pemanggilan Peminggir

Terdiri atas beberapa marga antara lain

  • Badak
  • Putih
  • Limau
  • Kelumbaian
  • Pertiwi
  • Putih Doh
  • Talang Padang Pesisir (Gunung Alif)
  • Buay Belunguh
  • Bunawang
  • Way Ngarip Semang
  • Pematang Sawah

Marga Abung (Federasi Abung Siwo Migo)

  • Marga Selawai Kunang
  • Buay Nyunyai
  • Subing (Lebuan)
  • Sukadana
  • Unyi Way Seputih
  • Subing
  • Buay Buliuk
  • Buay Nyerupa
  • Anak Tuha
  • Buay Unyi

Marga Rebang Semende

Kelompok Marga Rebang Semende sebenarnya bagian dari Suku Semende dari wilayah Sumatra Selatan yang melakukan migrasi ke wilayah Lampung. Kelompok ini bertutur dalam Bahasa Semende. Marga Rebang Semende terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Rebang Pugung
  • Rebang Seputih
  • Kasui

Masyarakat /Marga Way Kanan (Federasi Buay Lima Way Kanan)

Terdiri atas beberapa Buay/marga antara lain:

  • Buay Bungamayang
  • Buay Berdatu
  • Buay Semenguk
  • Buay Pemuka Pengiran Udik
  • Way Tuba
  • Buay Bahuga
  • Buay Pemuka Pengiran
  • Buay Berasakti
  • Buay Pemuka Pengiran Ilir
  • Buay Pemuka Bangsa Raja

Masyarakat Marga Melinting

Terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Jabung
  • Melinting
  • Sekampung

Masyarakat Marga Tulang Bawang (Federasi Mego Pak Tulang Bawang)

Terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Mesuji Lampung
  • Buay Bulan Udik
  • Tegamoan
  • Suai Umpu
  • Buay Bulan Ilir
  • Aji

Kepaksian Pernong Sekala Brak

Terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Marga Buay Kenyangan
  • Marga Suoh
  • Marga Way Sindi
  • Marga La'ai
  • Marga Bandakh
  • Marga Pedada
  • Marga Ulu Krui/Gunung Kemala
  • Marga Way Napal
  • Marga Tenumbang
  • Marga Bengkunat

Paksi Buay Belunguh

Terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Marga Way Tenong
  • Marga Ngambur
  • Marga Ngaras
  • Marga Belimbing

Paksi Buay Bejalan Diway

Terdiri atas beberapa marga antara lain:

  • Marga Pugung Penengahan
  • Marga Pugung Malaya
  • Marga Pugung Tampak
  • Marga Pulau Pisang

Kepaksian Nyerupa

  • Marga Liwa
  • Marga Sukau
  • Pasar Krui. Catetan : Marga Pasar Krui berdiri sendiri di bawah kemargaan Bengkulu.[5]

Sastra Lampung

Tokoh Lampung

Mencakup Tokoh-Tokoh yang berasal dari Etnik Lampung

Lihat Pula

Catetan Atau Referensi

  • Adat Istiadat Daerah Lampung. Hilman Hadikusuma dkk. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung. 1977
  • Dedy Tisna Amijaya (bicara) 19 April 2021 16.05 (UTC)Profil Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak. Prof.Dr.H.A Fauzie Nurdin, M.S. 2018
  • Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Hilman Hadikusuma. Bandar Madju Bandung. 1989
  • Dedy Tisna Amijaya (bicara) 19 April 2021 16.05 (UTC)Kepaksian Pernong Sekala Brak Menjawab Sejarah. Tim Advis Prof. Dr. Sudjarwo (Koord). 2018

Pranala luar

  1. ^ "Lampung (suku)". kbbi.kemdikbud.go.id. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses tanggal 17 Juni 2021. Lampung merupakan suku bangsa yang berasal dari Provinsi Lampung. 
  2. ^ https://www.sekitarlampung.com/kerajaan-sekala-brak-lampung-barat/
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-09. Diakses tanggal 2021-05-09. 
  4. ^ Kanwil Badan Pertanahan Nasional, Provinsi Lampung (1930–2005). Peta Marga Provinsi Lampung. Provinsi Lampung: Dewan Perwatin LMAL Provinsi Lampung. hlm. 1. 
  5. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-10. Diakses tanggal 2021-05-09.