Antropologi teknologi
Antropologi Teknologi adalah ilmu yang mempelajari proses dan produk dari ilmu perekayasaan atau teknik berskala besar atau kecil baik masa sekarang maupun pada masa lalu.[1]
Secara etimologis, antropologi berarti ilmu yang mempelajari manusia dari aspek sosial, ilmu hayati (alam), dan juga humaniora. Sedangkan Arum Sutrisni Putri dalam Kompas.com yang melansir Kamus Oxford, mengatakan, antropologi adalah studi tentang masyarakat, budaya serta perkembangannya. Sedangkan dalam Encyclopaedia Britannica, antropologi adalah ilmu kemanusiaan yang mempelajari manusia dalam berbagai aspek, yaitu biologinya, sejarah, ciri-ciri masyarakat serta budayanya.[2]
Sedangkan teknologi adalah sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
salah satu bidang dalam antropologi yang tidak hanya meliputi pengkajian mengenai proses dan produk dari ilmu pengetahuan modern dan ilmu perekayasaan atau teknik, tetapi juga mengenai teknik-teknik yang dilakukan dalam masyarakat berskala kecil, misalnya pembuatan keranjang-tenun[3] dan pembuatan busur dan anak panah,[4] dan juga teknologi masa lalu yang hanya dapat ditemukan melalui arkeologi.
Antropologi Teknologi juga memiliki kemiripan dengan Sejarah teknologi dan Sosiologi Teknologi, namun kajian ini memiliki cakupan yang lebih luas. Secara metodologi, Antropologi Teknologi juga memiliki sejumlah kesamaan dengan Kajian Sains dan Teknologi. Kajian ini biasanya menggunakan metode kerja lapangan yang intensif untuk memahami pembentukan artefak dan sistem teknologi dalam ranah sosial dan budaya.
Hal ini dapat mencakup pendekatan fenomenologi seperti bagaimana orang merasakan, melihat, mengindra, mencium, dan menangkap melalui tubuh ketika teknologi dipraktikkan dan produk tertentu digunakan. Antropologi Teknologi juga menekankan keterampilan dan pengetahuan tubuh; bahwa teknologi tidak dapat dipraktikkan tanpa menggunakan muscle memory yang ada di luar pembelajaran mental.[5]
Awal kemunculan antropologi teknologi
Para antropolog pada abad 19 berfokus pada teknologi sebagai mekanisme untuk melakukan klasifikasi dan pengelompokan manusia. Gagasan tersebut bersumber pada asumsi bahwa penemuan tersebut berfungsi untuk mengangkat masyarakat dari kondisi primitif, sederhana dan "biadab" menjadi masyarakat yang beradab dan kompleks, seperti yang dicontohkan dalam karya Lewis Henry Morgan. Perdebatan tersebut berfokus pada apakah praktik teknis tertentu diperoleh melalui penemuan, difusi, atau migrasi.[6]
Pada awal abad 20, para antropolog juga menolak bagaimana museum etnologi menggunakan artefak untuk mendemonstrasikan tahapan-tahapan evolusi budaya. Menurut mereka kebudayaan adalah sesuatu yang memiliki kompleksitas tersendiri. Bronislaw Malinowski mengecam “antusiasme teknologi” para etnolog tersebut, dan bersikeras bahwa teknologi dalam masyarakat seperti itu harus dipelajari secara holistik, sebagai bagian dari formasi yang kompleks dan saling terhubung dengan banyak hal, untuk menempatkan antropologi pada pijakan yang lebih ilmiah.[6] Pada dekade-dekade berikutnya, di negara-negara berbahasa Inggris, para pemikir melihat munculnya degradasi studi budaya material ke museum etnologi, karena para antropolog lebih memilih mempelajari budaya sebagai ciptaan mental (mental creation) dan memisahkan teknologi dari pengkajian di ranah budaya.[7]
Pengaruh aliran Perancis
Munculnya antropologi teknologi saat ini dipelopori oleh para antropolog berbahasa Perancis yang mencerminkan pergerakan abad ke-20 dimana kajian antropologi mulai beralih dari dekontekstualisasi artefak menjadi ke proses teknis. Pada pertengahan dekade 1930an, Marcel Mauss dan muridnya Leroi-Gourhan menjelaskan bahwa bahwa teknik pembuatan objek yang melibatkan gerakan tubuh yang dipelajari secara sosial merupakan pembangkit makna yang ampuh, menyaingi ritual keagamaan.[6] Dari tradisi ini berkembanglah suatu metodologi, yang awalnya merupakan ciri khas teknik antropologi Perancis, dengan fokus pada chaîne opératoire, rangkaian tindakan teknis dan gerak tubuh yang terlibat dalam produksi artefak.[8]
Referensi
- ^ Pfaffenberger, Bryan (1992). "Social Anthropology of Technology". JTOR (2): 1. doi:'1..' Periksa nilai
|doi=
(bantuan). - ^ Sutrisni Putri, Arum (2022-12-28). [Klik untuk baca:
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/15/133613469/antropologi-pengertian-ahli-obyek-fungsi-tujuan-dan-manfaatnya?utm_source=Various&utm_medium=Referral&utm_campaign=Top_Desktop "Antropologi: Pengertian Ahli, Obyek, Fungsi, Tujuan, dan Manfaatnya"] Periksa nilai
|url=
(bantuan). Kompas.com. Diakses tanggal 2024-05-14. line feed character di|url=
pada posisi 17 (bantuan) - ^ Bunn, Stephanie (2022). "Technology as skill in handwork and craft: Basketwork and handweaving." dalam Bruun, Maja Hojer (ed.). The Palgrave Handbook of the Anthropology of Technology. Singapore: Palgrave Macmillan. pp. 61-83.
- ^ Lemonnier, Pierre (1986). "The Study of Material Culture today: Toward an Anthropology of Technical Systems". Journal of Anthropological Archaeology. 5 (2): 147–186. doi:10.1016/0278-4165(86)90012-7.
- ^ Ingold, Tim (2001). "Beyond art and technology: the anthropology of skill". dalam Schiffer, Michael Brian (ed.). Anthropological Perspectives on Technology. Albuquerque: Amerind Foundation, New World Studies Series 5. University of New Mexico Press. hlm. 17 - 45
- ^ a b c Brunn, Maja Hojer; Wahlberg, Ayo (2022). "The Anthropology of Technology: the formation of a field". In Bruun, Maja Hojer (ed.). The Palgrave Handbook of the Anthropology of Technology. Singapore: Palgrave Macmillan. pp. 1–33. ISBN 978-981-16-7083-1.
- ^ Ingold, Tim (1997). "Eight themes in the anthropology of technology. Social Analysis". The International Journal of Social and Cultural Practice. 41 (1): 106–138.
- ^ Schlanger, Nathan (2005). "The chaîne opératoire". In Renfrew, Colin; Bahn, Paul (eds.). Archaeology: the Key Concepts. Oxford: Routledge. ISBN 978-0-415-31758-0.