Untuk nama kecamatan di Kabupaten Ngawi, lihat Walikukun, Ngawi. Ada juga untuk nama Dukuh Walikukun di Desa Balak, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten. bahwa konon Sunan Kalijaga jalan-jalan dan pernah singgah sampai di lokasi tumbuhnya pohon Walikukun. “Saat itu, Sunan Kalijaga berhenti di daerah tersebut untuk shalat. Dia membawa tongkatnya dan kemudian menancapkan di tanah. Setelah shalat, Sunan Kalijaga lupa tongkatnya dan pergi meninggalkan tempat tersebut. Sunan Kalijaga baru teringat tongkatnya ketika sudah sampai di Dukuh Sepi, Desa Barepan, Kecamatan Cawas. Sunan Kalijaga lantas berusaha ingin mengambil tongkatnya kembali. Namun, ternyata tongkat itu sudah tumbuh menjadi pohon. Sampai sekarang belum ada yang berani menebang pohon walikukun itu dan yang bisa menebang hanya keturunan dari Sunan Kalijaga. Hingga kini, pohon walikukun itu cuma dipangkas ranting-rantingnya. Akar pohon walikukun sudah menjalar dan tumbuh menjadi pohon baru

Walikukun (Schoutenia ovata Korth.) adalah pohon hutan tipe musiman anggota suku Tiliaceae yang tumbuh di Jawa dan pulau-pulau di sebelah timurnya. Walikukun dimanfaatkan kayunya sebagai gagang tombak. Kayunya memiliki berat jenis tinggi dan tidak mudah patah. Dapat dipergunakan sebagai kayu bakar.

Pohon ini disebut-sebut dalam primbon Jawa berkhasiat melindungi rumah dari gangguan makhluk halus dengan cara ditanam di empat sudut pekarangan.

Nama-nama lain
  • Actinophora fragrans Wallich ex R.Br.
  • Actinophora hypoleuca (Pierre) o. Kuntze
  • Schoutenia hypoleuca Pierre
  • Nama lokal: kokon, daeng nieo, daeng samae, daeng saeng, popel thuge, East Indian wood, ach-sat, harikukun.

Pranala luar