Khuddakanikāya

Kumpulan kelima di Suttapiṭaka dalam kitab suci Tripitaka Pali milik Buddhisme Theravada
Revisi sejak 26 Oktober 2024 09.22 oleh Faredoka (bicara | kontrib) (Dibuat dengan menerjemahkan halaman "Khuddaka Nikāya")

Khuddaka Nikāya (Pali untuk "Kumpulan Pendek") adalah bagian terakhir dari lima nikāya ("kumpulan") dalam Sutta Piṭaka, yang merupakan salah satu bagian dari Tipitaka Pali milik aliran Theravāda. Kumpulan ini terdiri dari lima belas (Thailand), lima belas (Sri Lanka mengikuti daftar Buddhaghosa), atau delapan belas kitab ( Burma dalam edisi berbeda yang berisi berbagai topik yang dikaitkan dengan Buddha Gotama dan murid-murid utama-Nya.

Khuddakanikāya
JenisKitab kanonis
IndukSutta Piṭaka
Sastra Pāli

Kata khuddaka dalam judul berarti 'kecil' dalam bahasa Pali, dan Nikāya adalah 'kumpulan'. Kumpulan yang paralel seperti kumpulan ini dalam Tripitaka Tionghoa dan Tripitaka Tibet bernama Kṣudraka Āgama, tetapi ada perbedaan mendasar di antara kumpulan-kumpulan tersebut.

Perkembangan historis

Hirakawa Akira menyatakan bahwa Khuddaka Nikāya menggambarkan tahapan dalam pengembangan Tripitaka Pali dan kitab-kitab Āgama (paralel berbahasa Sanskerta dari kitab-kitab Nikāya) dengan penambahan kitab-kitab baru yang tidak ditambahkan ke empat nikāya utama dalam Sutta Piṭaka, namun ditambahkan ke dalam 'Khuddaka Piṭaka' sebagai gantinya.[1] Khuddaka Piṭaka ini merupakan tempat penyimpanan kitab-kitab yang dianggap sebagai bagian dari empat Nikāya (Dīgha Nikāya, Majjhima Nikāya, Saṁyutta Nikāya, dan Aṅguttara Nikāya) dan dengan demikian mencakup kitab-kitab awal dan belakangan. Beberapa aliran lain yang memasukkan Khuddaka Piṭaka dalam kanonnya adalah aliran Mahīśāsaka, Dharmaguptaka, dan Mahāsāṁghika. Khuddaka Nikāya dari aliran Theravāda adalah satu-satunya contoh Khuddaka Piṭaka yang masih ada hingga kini.[2] Kumpulan serupa dalam dari aliran Dharmaguptaka dinamakan Kṣudraka Āgama yang dilestarikan dalam terjemahan bahasa Tionghoa dan Tibet. Selain itu, fragmen versi Gandhari juga telah ditemukan.[3]

Terkait penanggalan berbagai kitab dalam Khuddaka Nikāya, Oliver Abeynayake mencatat bahwa:

Khuddaka Nikāya dapat dengan mudah dibagi menjadi dua strata, yang satu adalah 'kitab awal' dan yang lainnya adalah 'kitab belakangan'. Kitab Sutta Nipāta, Itivuttaka, Dhammapada, Theragāthā, Therigāthā, Udāna, dan Jātaka termasuk dalam lapisan 'kitab awal'. Kitab Khuddakapāṭha, Vimānavatthu, Petavatthu, Niddesa, Paṭisambhidāmagga, Apadāna, Buddhavaṁsa, dan Cariyāpiṭaka dapat dikategorikan dalam lapisan 'kitab belakangan'.[4]

Daftar isi

Nikāya ini mengandung beberapa atau semua kitab berikut:

  1. Khuddakapāṭha
  2. Dhammapada
  3. Udāna
  4. Itivuttaka
  5. Suttanipāta
  6. Vimānavatthu
  7. Petavatthu
  8. Theragāthā
  9. Therīgāthā
  10. Jātaka
  11. Niddesa
  12. Paṭisambhidāmagga
  13. Apadāna
  14. Buddhavaṁsa
  15. Cariyāpiṭaka
  16. Nettipakaraṇa atau Netti (termasuk dalam edisi Burma dan Sinhala, tetapi tidak dalam edisi Thailand)
  17. Peṭakopadesa (termasuk dalam edisi Burma dan Sinhala, tetapi tidak dalam edisi Thailand)
  18. Milindapañha (termasuk dalam edisi Burma, tetapi tidak dalam edisi Sinhala dan Thailand)

Bagian pendahuluan dalam kitab Sumaṅgalavilāsinī, sebuah kitab komentar untuk Dīgha Nikāya yang disusun pada abad ke-4 atau ke-5 oleh Buddhaghosa berdasarkan komentar-komentar terdahulu yang sudah tidak ada lagi, menyebutkan bahwa para biksu penghafal Dīgha mencantumkan 2-12 kitab dalam nikāya ini, sementara para biksu penghafal Majjhima Nikāya mencantumkan 2-15 kitab. Kemudian, ia memberikan daftar isi Kanon yang juga ditemukan dalam pengantar pada kitab-kitab komentar untuk Vinaya dan Abhidhamma Pitaka, yang mencantumkan 1-15 kitab untuk nikāya ini, meskipun ia juga memasukkan klasifikasi alternatif dengan juga memasukkan Vinaya dan Abhidhamma dalam nikāya ini sehingga kelima nikāya tersebut merupakan klasifikasi dari keseluruhan Kanon, bukan hanya Sutta Piṭaka. Berdasarkan daftar ini, para cendekiawan menyimpulkan bahwa 13-15 kitab ditambahkan kemudian, dan 1 kitab ditambahkan kemudian lagi.

Kedua kitab subkomentar yang masih ada, pada bagian tentang biksu penghafal Tripitaka, menjelaskan perbedaan yang tampak di antara para biksu penghafal sebagai perbedaan pendapat perhitungan klasifikasinya, bukan perbedaan mendasar terkait substansinya. Maka, mereka mengatakan bahwa para biksu penghafal Dīgha menganggap 15 kitab sebagai kitab kanonis, namun menghitungnya sebagai bagian dari 10 kitab dan bukan sebagai kitab yang berdiri sendiri. Demikian pula subkomentar yang lebih baru, yang disusun oleh kepala sangha Burma sekitar dua abad lalu, menyatakan bahwa 16 dan 17 kitab dihitung sebagai bagian dari 11 dan/atau 12 kitab.[5]

Daftar lengkap 18 kitab disertakan dalam catatan historis yang disetujui oleh Sidang Buddhis Kelima Burma dan dalam edisi cetak atas kitab-kitab yang disetujui pada Sidang Buddhis Keenam.

Terjemahan

Terjemahan berikut memuat isi dari paling sedikit dua kitab Khuddaka Nikāya. Untuk terjemahan kitab-kitab individual, lihat artikel terpisah.

  • Psalms of the Early Buddhists, 9 & 8 tr CAF Rhys Davids, Pali Text Society, Bristol; awalnya diterbitkan secara terpisah.
  • Minor Anthologies of the Pali Canon, 1931–75, 4 volume, Pali Text Society, Bristol; terjemahan 2, 1, 3, 4, 14, 15, 6, 7.
  • The Udana and the Itivuttaka, diterjemahkan oleh John D. Ireland, Buddhist Publication Society, Kandy, Sri Lanka; awalnya diterbitkan secara terpisah.

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Hirakawa Akira, translated and edited by Paul Groner (1993),A History of Indian Buddhism, Motilal Banarsidass Publishers, Delhi, page 128
  2. ^ Hirakawa Akira, translated and edited by Paul Groner (1993),A History of Indian Buddhism, Motilal Banarsidass Publishers, Delhi, page 128
  3. ^ Andrew Skilton (2004). A Concise History of Buddhism. Windhorse Publications. hlm. 82. ISBN 0-904766-92-6. 
  4. ^ A textual and Historical Analysis of the Khuddaka Nikaya – Oliver Abeynayake Ph. D. , Colombo, First Edition – 1984, p. 113.
  5. ^ Journal of the Pali Text Society, volume XXVIII

Pranala luar