Batu Belah Batu Bertangkup
Batu Belah batu bertangkup merupakan sebuah legenda terkenal masyarakat Melayu. Batu Belah Batu Bertangkup merupakan sebuah bongkahan batu besar yang mempunyai ruang mirip mulut yang terbuka seperti sebuah gua atau batu terbelah dua, namun dapat mengeluarkan suara yang kuat dan menyeramkan, dikisahkan ia telah menelan banyak manusia yang memujanya.
Legenda
Zaman dahulu, di sebuah dusun di Indragiri Hilir hiduplah seorang janda bernama Mak Minah dengan ketiga orang anaknya. Anak yang pertama bernama Diang, seorang wanita. Sementara dua orang yang lain adalah laki-laki yang masing-masing bernama Utuh dan Ucin. Untuk memenuhi kebutuhan hidup ketiga anaknya, Mak Minah harus selalu bekerja. Pekerjaan Mak Minah adalah berjualan kayu bakar ke pasar. Ketiga anak Mak Minah sangat nakal. Mereka tidak mau mendengarkan nasihat Mak Minah. Ketiganya kerap membantah perintah dari ibunya. Mereka hanya suka bermain-main saja, bahkan hingga larut malam. Mak Minah sering merasa sedih dengan kelakukan anak�anaknya. Ia sering mendoakan anak-anaknya agar sadar dan mau menghormati orang tuanya. Pada keesokan harinya Mak Minah menyiapkan banyak makanan untuk anak�anaknya. Setelah itu ia pergi ke sungai dan mendekati sebuah batu sambil berbicara. Batu tersebut juga bisa membuka lalu menutup kembali, layaknya seekor kerang. Orang-orang sering menyebutnya dengan batu betangkup. “Wahai Batu Batangkup, telanlah saya. Saya tak sanggup lagi hidup dengan ketiga anak saya yang tidak pernah menghormati orang tuanya,” kata Mak Minah.Batu betangkup pun
Adaptasi
Buku
- Batu Belah Batu Bertangkup (1982) karya BM. Syamsudin
Film
Versi Malaysia
Cerita mengenai batu belah batu bertangkup yang dianggap ajaib itu benar-benar ada di Tatau sebuah desa kecil di Serawak
Beberapa tahun kemudian muncul kisah mengenai keluarga Pak Uda Daik dan isterinya Mak Timah yang mempunyai seorang anak perempuan bernama Mawar dan seorang anak lelaki bernama Pekan.
Ketika Mak Timah mengandung Pekan dulu, Mak Timah pernah mengidam telur ikan Tembakul tapi tidak kesampaian. Pak Uda dikisahkan meninggal ditimpa sebatang pohon tumbang akibat hujan lebat dan agin ribut, ketika mencari telur ikan keinginan Mak Timah. Setelah kematian Pak Uda, Mak Timah bersama anak-anaknya pindah dan meninggalkan tempat tinggalnya.
Mak Timah memang pernah dikatakan merajuk kerana keinginan terhadap telur ikan tembakul. Meskipun begitu, tidak ada keterangan dan bukti yang menyatakan bahwa Mak Timah mati ditelan batu belah batu bertangkup.
Banyak orang berpendapat bahwa batu tersebut terletak di Semenanjung Melayu namun sebernarnya batu tersebut berada di Serawak tepatnya di Bukit Kana, Tatau. Banyak orang tidak menyadarinya karena batu tersebut terletak di atas bukit dan terdapat pula sebuah Resort.
Referensi
- ^ Wahiduzzaman (23 September 2010). ""Magika" Bukan Filem "Gebang Kosong"". mStar. Diakses tanggal 28 Januari 2022.
- ^ "Kelainan "Magika" Berjaya Pikat Hati Penonton". mstar. 24 September 2010. Diakses tanggal 6 Mac 2023.