Konspirasi keheningan merujuk pada praktik di mana informasi penting, yang seharusnya diketahui publik atau pihak tertentu, disembunyikan atau tidak dibocorkan. Fenomena ini sering kali terjadi dalam berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, dan teknologi. Tujuannya bisa bermacam-macam, mulai dari melindungi kepentingan kelompok tertentu hingga menghindari dampak sosial yang tidak diinginkan. Keheningan ini bukan hanya soal tidak berbicara, tetapi juga menyangkut manipulasi dan pengendalian informasi untuk tujuan tertentu.[1][2][3]

Etimologi

Kata "konspirasi" berasal dari bahasa Latin conspirare, yang berarti "bernafas bersama" atau "bersekongkol," sementara "keheningan" berasal dari silentium, yang berarti "keheningan" atau "ketidakberdayaan." Gabungan kedua kata ini merujuk pada kerjasama untuk menjaga ketidakberdayaan atau keheningan. Istilah "konspirasi keheningan" pertama kali digunakan antara 1860 hingga 1865, untuk mengkritik kurangnya perhatian terhadap suatu hal. Kini, istilah ini lebih sering digunakan untuk menggambarkan kesepakatan rahasia untuk tetap diam tentang sesuatu yang bisa berbahaya atau merugikan.[4][5]

Jenis

Konspirasi keheningan dapat terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain:

Penutupan Fakta

Terkadang, informasi penting yang dapat merugikan pihak berkuasa atau mengguncang masyarakat sengaja disembunyikan. Misalnya, fakta ilmiah tentang perubahan iklim yang tidak dipublikasikan karena bisa mengancam kebijakan atau bisnis tertentu. Penutupan fakta seperti ini sering kali dilakukan untuk melindungi kepentingan politik atau ekonomi, menghindari reaksi publik yang bisa merusak reputasi atau stabilitas. Contohnya pada kejadian di Charlestown (1972–1994) dimana komunitas Charlestown menutup fakta mengenai tindakan kriminal, seperti pembunuhan, karena ketakutan akan pembalasan dari pelaku kriminal dan rasa antipati terhadap polisi. Penutupan fakta ini dihasilkan dari ketakutan dan ketidakmauan untuk berbicara atau membantu penyelidikan [6]

Manipulasi Media

Media memegang peran penting dalam membentuk opini publik. Konspirasi keheningan dalam bentuk manipulasi media terjadi ketika ada kolaborasi antara pemerintah atau kelompok besar dengan media untuk menyembunyikan atau memutarbalikkan kebenaran. Salah satu contoh adalah pemberitaan yang hanya memunculkan narasi yang mendukung kepentingan tertentu, sementara fakta-fakta yang tidak sesuai dengan narasi tersebut disembunyikan atau diredam. Ini bisa terjadi dalam berbagai konteks, seperti politik atau bisnis. George Orwell dalam bukunya Animal Farm menyoroti bagaimana di Inggris, penyensoran literatur adalah tindakan sukarela, di mana fakta yang tidak populer sengaja disembunyikan oleh media tanpa adanya larangan resmi. Ini adalah bentuk manipulasi media, di mana fakta-fakta yang dapat mengkritik pemerintah atau ideologi tertentu tidak diberitakan untuk menjaga citra yang telah disepakati oleh media dan pemerintah.[7]

Penyembunyian Teknologi

Dalam dunia teknologi, seringkali ada upaya untuk menahan inovasi yang bisa mengguncang pasar atau merubah kekuatan ekonomi. Misalnya, perusahaan besar mungkin memilih untuk menahan penemuan atau inovasi teknologi yang dapat mengancam dominasi mereka. Ini sering kali terkait dengan keputusan bisnis yang berfokus pada keuntungan jangka panjang daripada kemajuan teknologi yang lebih luas.

Penghindaran Tanggung Jawab

Dalam banyak kasus, pihak yang terlibat dalam konspirasi keheningan berusaha menghindari pertanggungjawaban atas suatu kejadian atau kebijakan yang merugikan. Misalnya, dalam organisasi besar atau pemerintah, ada upaya untuk menutupi skandal atau kebijakan yang gagal agar tidak mengganggu reputasi atau stabilitas organisasi. Ini termasuk upaya untuk menyembunyikan informasi terkait penyalahgunaan wewenang, keputusan yang salah, atau kebijakan yang tidak efektif. Hal ini terjai pada kasus pelecehan seksual oleh tokoh berkuasa di AS (Weinstein effect, 2017), dalam skandal Harvey Weinstein dan gerakan #MeToo, banyak individu berkuasa menggunakan perjanjian non-disclosure dan penyelesaian finansial untuk menutup kasus-kasus pelecehan seksual, yang merupakan bentuk penghindaran tanggung jawab atas tindakan mereka. Sistem ini memungkinkan pelaku untuk menghindari akibat hukum dan sosial dari perbuatan mereka dengan cara menekan fakta dan mempertahankan status quo yang melindungi mereka.[8][9]

Contoh

Skandal Watergate (1972-1974)

Skandal Watergate dimulai dengan pencurian dan penyadapan ilegal terhadap markas besar Partai Demokrat yang terletak di Kompleks Watergate, Washington D.C., pada 17 Juni 1972. Kelompok yang terlibat dalam penyusupan ini memiliki hubungan dengan pemerintah Presiden Richard Nixon, terutama dengan komite kampanye Nixon yang disebut Committee to Re-elect the President (CREEP). Para penyusup memasang alat penyadap di kantor Partai Demokrat, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang bisa digunakan untuk mendukung kampanye Nixon dalam pemilu yang akan datang.[butuh rujukan]

Awalnya, kejadian ini dianggap sebagai pencurian biasa, namun investigasi lebih lanjut yang dilakukan oleh wartawan Washington Post, Carl Bernstein dan Bob Woodward, mengungkapkan adanya keterlibatan tingkat tinggi dalam pemerintahan Nixon. Mereka menemukan bahwa upaya penyadapan dan upaya penutupan fakta tersebut melibatkan orang-orang dalam lingkaran dekat Nixon. Investigasi ini menunjukkan bahwa ada upaya dari pihak Gedung Putih untuk menyembunyikan kebenaran dan menutupi skandal ini melalui konspirasi keheningan.[butuh rujukan]

Pada akhirnya, penyelidikan yang mendalam mengarah pada pembongkaran fakta yang lebih besar, termasuk keterlibatan pejabat tinggi pemerintah dalam menutupi peristiwa tersebut. Hal ini memicu serangkaian pengungkapan yang semakin merusak kredibilitas pemerintahan Nixon. Akibat tekanan politik yang semakin besar, Richard Nixon mengundurkan diri pada 9 Agustus 1974, menjadi satu-satunya presiden Amerika yang mengundurkan diri dari jabatannya. Skandal Watergate mengubah lanskap politik Amerika Serikat dan memperlihatkan bahaya dari konspirasi keheningan yang dilakukan oleh pihak berkuasa untuk menyembunyikan fakta yang penting bagi publik.[10][11]

Referensi

  1. ^ Lemus-Riscanevo P, Carreño-Moreno S, Arias-Rojas M. Conspiracy of Silence in Palliative Care: A Concept Analysis. Indian J Palliat Care. 2019 Jan-Mar;25(1):24-29. doi: 10.4103/IJPC.IJPC_183_18. PMID: 30820097; PMCID: PMC6388587.
  2. ^ "Una Europa Cultural Heritage Book Series". site.unibo.it (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-11. 
  3. ^ "Conspiracy of Silence". Psynso (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-11. 
  4. ^ Butler, Sandra (1996). Conspiracy of Silence: The Trauma of Incest (dalam bahasa Inggris). Volcano Press. ISBN 978-1-884244-12-4. 
  5. ^ Goong. "conspiracy of silence phrase Dalam Bahasa Indonesia". Goong.com - New Generation Dictionary. Diakses tanggal 2024-12-11. 
  6. ^ "The code of silence is cracked in Charlestown - The Boston Globe (Bos…". archive.ph. 2015-01-31. Diakses tanggal 2024-12-11. 
  7. ^ Orwell, George (2024). Animal Farm (dalam bahasa Inggris). StreetLib. ISBN 979-12-230-6306-4. 
  8. ^ antaranews.com (2022-11-27). ""She Said", kisah di balik layar pengungkapan skandal Harvey Weinstein". Antara News. Diakses tanggal 2024-12-11. 
  9. ^ "Terbukti Memperkosa, Mantan Produser Hollywood Harvey Weinstein Divonis 16 Tahun Penjara". VOA Indonesia. 2023-02-24. Diakses tanggal 2024-12-11. 
  10. ^ "Watergate scandal | Summary, History, Timeline, Deep Throat, & Facts | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). 2024-11-09. Diakses tanggal 2024-12-11. 
  11. ^ "Apa itu Skandal Watergate yang Menyeret Presiden AS Richard Nixon Berujung Mundur?". Tempo. Diakses tanggal 2024-12-11.