Ini adalah artikel yang memenuhi kriteria penghapusan cepat artikel tentang tokoh yang tidak mengindikasikan kepentingan subjeknya.Kriteria ini hanya berlaku untuk artikel tentang orang tersebut, bukan buku, album, acara, perangkat lunak, dll. yang dibuat olehnya. Lihat KPC A7.%5B%5BWP%3ACSD%23A7%7CA7%5D%5D%3A+Artikel+yang+tidak+dapat+memberikan+klaim+kepentingan+subjekA7
Jika artikel ini tidak memenuhi syarat KPC, atau Anda ingin memperbaikinya, silakan hapus pemberitahuan ini, tetapi tidak dibenarkan menghapus pemberitahuan ini dari halaman yang Anda buat sendiri. Jika Anda membuat halaman ini tetapi Anda tidak setuju, Anda boleh mengeklik tombol di bawah ini dan menjelaskan mengapa Anda tidak setuju halaman itu dihapus. Silakan kunjungi halaman pembicaraan untuk memeriksa jika sudah menerima tanggapan pesan Anda.
Ingat bahwa artikel ini dapat dihapus kapan saja jika sudah tidak diragukan lagi memenuhi kriteria penghapusan cepat, atau penjelasan dikirim ke halaman pembicaraan Anda tidak cukup meyakinkan kami.
Catatan untuk pembuat halaman: Anda belum membuat atau menyunting article halaman pembicaraan. Jika Anda mengajukan keberatan atas penghapusan, mengeklik tombol di atas akan membawa Anda untuk meninggalkan pesan untuk menjelaskan mengapa Anda tidak setuju artikel ini dihapus. Jika Anda sudah ke halaman pembicaraannya, tetapi pesan ini masih muncul, coba hapus singgahan (cache).
Kiai Muhammad Kamaluddin Ismail (lahir 23 Juli 1978) atau lebih dikenal dengan nama Gus Kamal adalah pimpinan dan pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Nur Muhammad (PPTQ Nur Muhammad) yang terletak di Desa Dukuhmojo dusun Wonoayu kecamatan Mojoagung kabupaten Jombang. [1]
Kiai Kamaludin merupakan pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Nur Muhammad Desa Dukuhmojo dusun Wonoayu kecamatan Mojoagung kabupaten Jombang, sebuah pondok pesantren Tahfidzil Qur’an yang secara khusus mempelajari dan mengafal al Qur’an. Sejak meninggal ayahandanya, KH. Ismail Abdurahman, pada tahun 2003 Kiai Kamaludin meneruskan jejak kepengasuhan dari ayahandanya untuk meneruskan estafet kepengasuhan dari sang ayah. [2]
Kiai kamaluddin menghabiskan masa pendidikannya dengan nyantri di Pondok Pesantren Menara Al Fattah Mangunsari Tulungagung, yang pada masa itu diasuh oleh KH. Abdul Khobir Siraj. Kiai Kamaluddin menghafal dan mengkhatamkan al Qur’an secara tuntas tiga puluh juz bil ghaib kepada Kiai Abdul Khobir Siraj.
Kehidupan pribadi
Gus Kamal merupakan anak keempat dari delapan bersaudara. Lahir dari pasangan Ismail Abdurahman dan Nur Wadhifah. Ayahnya adalah seorang tokoh agama (kiai) yang sangat dihormati masyarakat Desa Dukuhmojo Wonoayu Mojoagung Jombang, juga menjadi pemimpin spiritual yang memberikan dampak sosial pada masyarakat Wonoayu Mojoagung Jombang. Salah satunya adalah dengan mendirikan yayasan muawwanah al hasyimiah untuk pendidikan anak-anak dan masyarakat sekitar.
Selain mendirikan yayasan untuk pendidikan warga sekitar Kiai Ismail juga menjadi guru, kiai bagi orang-orang yang ingin nyantri. Kiai Ismail (ayah Gus Kamal) adalah seorang kiai yang mengasuh banyak santri. Pesantren ayahnya ini diturunkan turun temurun dari generasi ke generasi. Gus Kamal sendiri adalah generasi kelima dari pendiri awal pesantren, yakni KH. Imam Ahmad yang merupakan kakek buyutnya.
Sebagai keluarga yang memiliki latar belakang kegamaan dan spiritual yang kuat, Kamaludin remaja akhirnya dipondokkan oleh ayahnya ke KH. Khobir Siroj, yang merupakan pengasuh pondok pesantren Menara Al Fattah Mangunsari Tulungagung. Di pesantren inilah, Kamaludin nyantri, belajar dan berguru dengan disiplin dan ketat kepada gurunya itu.
Dalam ingatan Kiai Kamal, KH. Khobir Siraj sangat teliti, detail serta istiqomah tatkala mengajar dan menyimak setoran hafalan al Qur’an. bertahun-tahun Kamaludin remaja berguru dan nyantri kepada KH. Khobir Siraj, hingga dipercaya sebagai santri kinasihnya. Kamaludin remaja sering memijiti gurunya itu dikala waktu senggang.
Usai menghatamkan al Qur’an kepada KH. Abdul Khobir Siraj, Kamaludin remaja pun boyong dan pulang ke rumah. Tahun 2004 ayahnya Kiai Ismail meninggal dunia, hingga estafet kepengasuhan dilanjutkan oleh Gus Kamaludin.