Sindrom pascapensiun
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Sindrom pascapensiun adalah gejala atau tanda-tanda yang memperlihatkan kondisi seseorang mengalami ketidaksiapan mental di dalam menghadapi kenyataan yang tengah dan bakal ia hadapi. Di mana, situasi dan kondisi ini terjadi, pada umumnya menimpa mereka orang-orang yang sebelumnya aktif dalam satu institusi sipil maupun militer dengan segala bentuk fasilitas dan kemampanannya. Kemudian, secara tiba-tiba saja dan seolah-olah "dipaksakan", ia harus "rela" melepaskan kemapanan yang selama ini senantias melekat dan menjadi kebanggaan pada dirinya.
Sindrom ini tidak hanya berlaku pada mereka yang berpangkat tinggi saja, terhadap orang-orang yang berpangkat, atau golongan, atau jabatan yang paling rendahpun sekalipun dapat terjadi hal demikian, terlebih lagi mengingat pada jabatan dan posisinya yang disandang sebelumnya. Hal ini, menurut Hery Santoso, -seorang penulis, peneliti dan psikoterapis- secara empiris menyebutkan bahwa semakin tinggi dan "enak" pangkat maupun jabatan yang di sandangnya akan memberikan kontribusi besar dalam menjadikan orang tersebut terjebak dalam sindrom ini.
Mereka yang tidak siap pada kondisi ini akan mengalami tanda-tanda emosional, yang bilamana tidak dapat terkendalikan bisa menggiringnya ke arah fobia --> depresi --> stress --> manusia gagal.