Seni rupa terapan
Sejarah Singkat Batik Kayu
Sekitar tahun 70-an, seni pahat kayu di dusun Krebet pada awalnya dipelopori oleh bapak Gunjiar seorang seniman patung kayu. Beliau adalah seorang seniman murni yang tidak membuat patung-patung kayu dalam skala besar untuk dipasarkan. Banyak pemuda di dusun Krebet yang mulai mempelajari seni pahat kayu dari beliau. Kemudian tahun 1985 muncul ide untuk menuangkan motif-motif batik pada patung kayu tersebut. Ide menggabungkan batik dengan patung kayu bukan tanpa alasan karena memang nenek moyang mereka (penduduk Krebet) banyak yang berprofesi sebagai pembuat batik kain. Maka dari itu batik dan patung kayu bukan sesuatu yang asing lagi bagi penduduk Krebet. Pada waktu itu, motif batik yang dibuat oleh para pengrajin proses finishingnya hanya menggunakan media cat. Seiring dengan berjalannya waktu batik kayu mulai berkembang, mereka mulai menggunakan “malam”(sejenis lilin yang digunakan dalam proses batik) dalam proses finishingnya. Prosesnya sama dengan batik kain, media kayu diberi pola menggunakan malam, kemudian diberi pewarna lalu direbus. Proses pewarnaan dan perebusan bisa berulang-ulang sesuai dangan banyaknya warna yang digunakan. Setelah diperkenalkan kepada masyarakat, banyak masyarakat dusun Krebet yang tertarik mempelajari seni batik kayu tersebut. Dan pada awal tahun 1995 seni batik kayu berkembang dengan pesatnya. Banyak pengrajin-pengrajin batik kayu yang bermunculan. Tahun 2000 para pengrajin tersebut membuat suatu perkumpulan yang diberi nama “Maskerebet”. Maskerebet merupakan cikal bakal dari “Paguyuban Pengrajin Krebet” yang mulai berdiri tahun 2002.
“The Different Way of Batik”
Batik merupakan simbol dari kekayaan budaya bangsa Indonesia yang harus kita lestarikan. Dan biasanya motif batik yang kita jumpai hanya terdapat pada kain saja. Namun bapak Yulianto, seorang pengrajin batik di dusun Krebet, kecamatan Pajangan, kabupaten Bantul menyajikan batik dalam bentuk yang berbeda. Beliau menggunakan media kayu dalam menuangkan ide dan kreasi motif batiknya. Hasilnya sungguh luar biasa, tidak ada yang mengira bahwa motif-motif batik tersebut akan tampak begitu indah pada media kayu. Beliau mulai menggeluti usaha ini mulai tahun 2002. YUAN ART, begutulah bapak Yulianto menamai galeri miliknya tersebut. Nama Yuan Art muncul secara spontan dan diambil dari nama Yulianto yang disingkat menjadi YUAN, kemudian ditambah dengan kata ART yang berarti seni karena beliau memang seorang seniman dan menjual barang-barang seni. Pada awalnya barang-barang yang diproduksi hanya dititipkan di galeri-galeri yang ada di Jogja, namun seiring dengan berjalannya waktu, permintaan pasarakan batik kayu terus meningkat maka beliau memberanikan diri untuk memproduksinya dengan skala besar. Yuan Art sudah sering mengikuti pameran-pameran kesenian di berbagai daerah terutama Jakarta. Bahkan pameran dengan skala internasional pun sudah tidak asing lagi bagi beliau. Dari pameran-pameran itulah Yuan Art mulai menjalin kerjasama dengan para relasi bisnisnya. Terutama pada tahun 2005, saat beliau mengikuti pameran di Jakarta International Expo. Relasi bisnisnya tidak hanya datang dari Indonesia saja, banyak dari mereka yang berwarganegara asing. Hingga saat ini Yuan Art sudah dapat melayani pasar nasional dan internasional. Untuk pasar nasional, Yuan Art mampu memenuhi permintaan di Jakarta, Bali, Surabaya, dan Papua. Sedangkan untuk pasar internasional, Yuan Art telah mengekspor batik kayu tersebut ke Asia Tenggara dan Eropa. Produk-produk yang menjadi andalan Yuan Art adalah frame batik dengan berbagai macam modifikasi yang tidak akan ditemui di tempat lain. Selain itu, Yuan Art juga menawarkan produk-produk lainnya seperti mangkok batik, piring batik, almari batik, laci batik, topeng dan aneka jenis wayang kayu hingga gantungan kunci.