Ca laca
Ca laca adalah variasi dari huruf Ca dalam aksara Bali, yang melambangkan bunyi /c/ yang disusul oleh bunyi /h/.[1] Jika Ca laca dialihaksarakan menjadi huruf Latin, maka ditulis "cha".[2] Ca laca merupakan huruf konsonan yang termasuk dalam warga Talawya, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah pada anak tekak.[3] Suara /cʰə/ (begitu pula /cə/) yang dilambangkan oleh Ca laca termasuk suara yang diucapkan dengan keras (tajam) sehingga huruf Ca laca juga termasuk huruf tajam.[2]
Ca laca | |
Huruf Latin | Cha |
---|---|
Fonem | [cʰa] |
Warga aksara | Talawya (konsonan palatal) |
Gantungan | [[Berkas:|50px|alt=|link=]] |
Bentuk
Bentuk huruf Ca laca yang seutuhnya tidak diketahui, sebab yang tersisa hanya gantungan hurufnya saja.[2] Artinya, huruf ini tidak bisa berdiri sendiri selama di depannya tidak ada huruf konsonan. Karena yang tersisa hanya gantungannya saja, maka huruf ini ditulis di bawah huruf konsonan, seolah-olah menggantungkan diri pada huruf konsonan tersebut.
Fonem
Suara /cʰa/ atau /cʰə/ yang dilambangkan oleh Ca laca dihasilkan dengan mendekatkan lidah pada anak tekak. Cara tersebut sama seperti cara mengucapkan "ca" atau "ja", namun perbedaannya terletak pada bunyi /h/ yang dihembus setelah mengucapkan "ca". Jadi, Ca laca (huruf Latin: cha) diucapkan seperti bunyi /c/ yang disusul oleh hembusan bunyi /h/. Meskipun cara pengucapannya demikian, dalam kenyataannya, masyarakat Bali jarang mengucapkan bunyi /c/ yang disusul oleh /h/. Mereka biasanya mengucapkan bunyi /c/ dengan tegas (tanpa disusul hembusan bunyi "h"), seperti "c" pada kata "Campur", "Cabut", "Campak".
Penggunaan
Penggunaan Ca laca sama seperti penggunaan huruf Cha (aksara Dewanagari: छ) dalam abjad bahasa Sanskerta.[4] Penggunaan Ca laca dalam menulis bahasa Bali dengan aksara Bali sangat jarang ditemui. Biasanya hanya digunakan saat menulis bahasa non-Bali dengan menggunakan aksara Bali (contohnya saat menyalin kalimat berbahasa Sanskerta ke dalam aksara Bali). Selain itu, karena Ca laca hanya berupa gantungan aksara saja, maka Ca laca tidak bisa ditulis di awal kata. Ca laca harus berada di tengah kata atau di akhir kata, didahului oleh huruf konsonan dan ditulis di bawah huruf konsonan tersebut. Salah satu contoh penggunaan Ca laca (bunyi /c/ yang disusul dengan /h/) terdapat pada kata ica dan sueca (bahasa Bali).
Lihat pula
Catatan kaki
Referensi
- Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha
- Surada, I Made. 2007. Kamus Sanskerta-Indonesia. Surabaya: Penerbit Paramitha.