Tutur Tinular
Tutur Tinular adalah film Indonesia tahun 1989 dengan disutradarai oleh S. Tidjab dan dibintangi oleh Yoseph Hungan dan Benny G. Rahardja.
Tutur Tinular | |
---|---|
Sutradara | S. Tidjab |
Produser | Handi Muljono |
Ditulis oleh | S. Tidjab |
Pemeran | Yoseph Hungan Benny G. Rahardja Baron Hermanto Syarief Friant Elly Ermawati Lamting Rudy Wahab Aspar Paturusi Krissno Bossa Baron Achmadi Puji Astuti Diah Permatasari Suparmi |
Penata musik | Idris Sardi |
Sinematografer | William Samara |
Penyunting | Ermis Thaher |
Tanggal rilis | 1989 |
Durasi | 83 menit |
Negara | Indonesia |
Film ini meraih nominasi dalam Festival Film Indonesia 1990 untuk penata Artistik dan penata Suara..[1]
Sinopsis
Templat:Spoiler Arya Dwipangga (Baron Hermanto) senang olah sastra, adiknya Arya Kamandanu (Benny G. Rahardja) senang bersilat. Pacar Kamandanu direbut oleh Dwipangga. Ia lari dan diperangkap masuk gua ahli senjata Empu Ranubaya dan dijadikan murid. Ranubaya adalah kawan seperguruan Empu Hanggareksa, ayah Kamandanu. Tetapi dua empu ini bertolak belakang dalam sikap. Hanggareksa mengabdi raja Singasari, Kartanegara (Aspar Paturusi), Ranubaya tidak mau. Kertanegara kedatangan utusan Kubilai Khan dari Mongolia yang ingin menjalin hubungan damai. Tawaran itu ditampik. Utusan Mongolia kecewa dan pulang sambil menculik Empu Ranubaya (Yoseph Hungan). Di Mongolia Empu Ranubaya sangat diperhatikan Kubilai Khan (Syarief Friant), dan disuruh membuat cemburu perwira tinggi lain. Mereka merencanakan melenyapkan Empu Ranubaya. Untung ada kelompok lain yang menyelamatkan Empu Ranubaya dan pedangnya, yaitu Lou (Lamting) dan istrinya Mei Shin (Elly Ermawati), yang kemudian disuruh membawa pedang itu dan terdampar di Jawa. Pedang lalu diperebutkan para pendekar kerajaan Kediri yang baru saja dibangun menggantikan Singasari. Lou dan Mei Shin dibantu oleh Kamandanu. Lou meninggal. Mei Shin berniat balas dendam.[2]
Referensi
- ^ Laman Tutur Tinular, diakses pada 16 Februari 2010
- ^ Laman Tutur Tinular, diakses pada 16 Februari 2010
Pranala luar
- (Indonesia) Resensi@Perfilmanjibis.pnri