Sel T

Bagian dari sel kekebalan tubuh
Revisi sejak 21 Maret 2010 11.44 oleh ESCa (bicara | kontrib) (sunting dikit)

Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui sebagai limfosit dan memainkan peran utama pada kekebalan selular. Sel T mampu membedakan jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori dengan kemampuan untuk berkembangbiak dengan cepat untuk melawan infeksi yang mungkin terulang kembali. Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi tertentu dan sistematika perlawanannya, dieksploitasi sepanjang proses vaksinasi, yang dipelajari pada sistem kekebalan tiruan.[1]

Berkas:TCR-MHC bindings.png
Hubungan molekular antara sel CD8+ T dengan MHC kelas I dan sel CD4+ T dengan MHC kelas II

Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor sel T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida dari MHC (bahasa Inggris: major histocompatibility complexes) pada permukaan sel sehingga menimbulkan antarmuka antara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut oleh molekul co-receptor dan co-binding. Ikatan polivalen yang terjadi memungkinkan pengiriman sinyal antar kedua sel.[2] Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan seluruh isi selular, dikirimkan oleh sel target ke antarmuka sebagai MHC untuk dipindai oleh TCR yang mencari sinyal asing dengan lintasan pengenalan antigen. Aktivasi sel T memberikan respon kekebalan yang berlainan seperti produksi antibodi, aktivasi sel fagosit atau penghancuran sel target dalam seketika. Dengan demikian respon kekebalan tiruan terhadap berbagai macam penyakit diterapkan.[3]

Sel T dapat dibedakan dari tipe limfosit lainnya, seperti sel B dan sel NK, dari reseptor spesial pada permukaan sel yang disebut reseptor sel T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR). "T" pada kata sel T adalah singkatan dari kata timus yang merupakan organ penting tempat sel T tumbuh dan menjadi matang. Beberapa jenis sel T telah ditemukan dan diketahui mempunyai fungsi yang berbeda-beda.

Sel T yang telah disintesis dari kelenjar timus disebut sel T CD4 (bahasa Inggris: naive T cell), akan terbawa oleh sirkulasi darah hingga masuk ke dalam limpa dan bermigrasi ke dalam jaringan limfatik, kemudian bermigrasi kembali ke dalam sirkulasi darah, hingga suatu saat terjadi terstimulasi oleh antigen tertentu[4] dengat ikatan pada molekul MHC kelas II.

Sel T pembantu merupakan rekan sel darah putih lain dalam proses kekebalan, termasuk dalam proses pematangan sel B ke dalam sel plasma dan aktivasi sel T sitotoksik dan makrofaga.

Sel T pembantu menjadi aktif saat terpapar antigen peptida yang mengandung molekul kelas II MHC yang terdapat pada permukaan sel antigen (bahasa Inggris: antigen presenting cell, APC). Segera teraktivasi, sel T pembantu segera membelah dengan cepat dan mengeluarkan sejenis protein yang mengatur atau membantu respon kekebalan aktif.

Sel T pembantu dapat membelah menjadi beberapa jenis, antara lain TH1, TH2, TH3, TH17, atau TFH, dengan sekresi sitosina yang berbeda untuk menyulut respon kekebalan yang berlainan. Proses pembelahan sel T pembantu masih belum dapat dipahami meski pola sinyal APC dianggap mempunyai andil yang besar di dalamnya.[5]

Sel T sitotoksik adalah penghancur sel terinfeksi virus dan sel tumor dan tersirat pada penolakan organ transplantasi. Sel T sitotoksik disebut juga sel T CD8+ karena terdapat glikoprotein CD8 pada permukaan sel yang mengikat antigen kelas I MHC. Sel T sitotoksik dapat menjadi pasif pada status anergik, seperti pada penyakit autoimun.[6]

Sel T memori adalah Sel T yang mengandung informasi mengenai antigen tertentu dan tetap berada di dalam plasma bahkan setelah sebuah infeksi telah lama dipadamkan. Sel T memori dapat berkembangbiak saat terpapar kembali dengan antigen yang sama (bahasa Inggris: cognate antigen) sehingga memberikan umpan balik berupa sistem kekebalan yang terjadi pada saat infeksi sebelumnya.

Sel T γδ adalah sekelompok sel T yang mempunyai TCR yang berbeda pada permukaannya. Pada umumnya sel T mempunyai TCR berupa dua rantai glikoprotein yang disebut rantai TCR α dan β. Sel T ini mempunyai rasio sekitar 5% dari total sel T dan ditemukan terbanyak pada gut mucosa, di dalam populasi limfosit yang dikenal sebagai intraepithelial lymphocytes (IEL). Keberadaan sel T γδ di antara IEL masih merupakan misteri, mengingat hormon tiroksin secara khusus menjadikan IEL TCRß dan CD8ß sebagai target dan dapat mengurangi jumlah sel IEL yang belum matang dengan drastis hingga menurunkan sistem kekebalan intestinal.[7][8] Sel T Vγ9/Vδ2 dengan populasi terbanyak pada peripheral blood juga merupakan sel yang unik karena dapat memberikan respon yang sangat khusus dan cepat terhadap metabolit mikrobial non peptida, HMB-PP dan prekursor isopentenil pirofosfat.

Konservasi sel T γδ pada makhluk vertebrata sepanjang evolusi selama hampir 500 juta tahun menunjukkan betapa pentingnya peran yang dimiliki sel ini. Hasil analisis filogenetik pada domain konstan dari reseptor antigen bahkan membuktikan bahwa TCRγδ lebih dulu ada sebelum sel B dan TCRαβ terbentuk. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa sel T γδ adalah sel yang memungkinkan sistem kekebalan untuk mengingat.[9] Tampaknya sel T γδ memang tidak bergantung pada MHC dan dapat mengenali seluruh protein sebelum teraktivasi. Hingga saat ini belum diketahui molekul antigen yang dapat mengaktivasi sel T γδ.

Bernhard Moser dan Matthias Eberl menemukan bahwa sel T γδ mempunyai derajat plastisitas yang sangat tinggi dan lebih efektif daripada sel T αβ.

Referensi

  1. ^ (Inggris)"Memory T cells". School of Medicine, Cardiff University. Diakses tanggal 2010-03-01. 
  2. ^ (Inggris)"T Cell Recognition". School of Medicine, Cardiff University. Diakses tanggal 2010-03-01. 
  3. ^ (Inggris)"T Cell Activation". School of Medicine, Cardiff University. Diakses tanggal 2010-03-01. 
  4. ^ (Inggris)"Immunobiology, chapter 8. T Cell-Mediated Immunity". Charles A. Janeway, et al. Diakses tanggal 2010-03-20. 
  5. ^ "APC-derived cytokines and T cell polarization in autoimmune inflammation". 
  6. ^ "An integrated view of suppressor T cell subsets in immunoregulation". 
  7. ^ (Inggris)"The influence of thyroid and testicular hormones on globule leucocytes in the rat duodenal crypt epithelium". Carriere R, Buschke M. Diakses tanggal 2010-03-01. 
  8. ^ (Inggris)"Hormone regulation of murine T cells: potent tissue-specific immunosuppressive effects of thyroxine targeted to gut T cells". The Department of Biological Science and the Mervin Bovaird Center for Studies in Molecular Biology and Biotechnology, The University of Tulsa, Jin Wang dan John R. Klein. Diakses tanggal 2010-03-01. 
  9. ^ (Inggris)"γδT cells". School of Medicine, Cardiff University. Diakses tanggal 2010-03-01. 

Pranala luar